JAKARTA - Perusahaan Umum Bulog Kantor Wilayah Maluku dan Maluku Utara mencatat penyerapan beras lokal dari petani di wilayahnya mencapai 1.250 ton hingga pekan kedua Juni 2025. Jumlah tersebut setara dengan 76 persen dari target penyerapan sebesar 1.629 ton pada masa panen utama tahun ini.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi Bulog dalam menjaga ketahanan pangan dan memperkuat stok beras nasional melalui penguatan peran petani lokal. Penyerapan ini dilakukan dari daerah-daerah sentra produksi padi di Maluku, yakni Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dan Kabupaten Buru.
“Kita tetap optimistis bisa mencapai target penyerapan beras petani sejumlah 1.629 ton,” ujar Jefri Tanasy, Manajer Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Kanwil Maluku dan Maluku Utara.
Selain beras, Bulog juga telah menyerap gabah petani sebanyak 101.708 kilogram. Gabah tersebut nantinya akan diolah menjadi beras cadangan pemerintah dan digunakan untuk program-program pangan strategis nasional.
Menurut Jefri, sisa target penyerapan akan dikejar dalam musim panen kedua yang diperkirakan berlangsung pada bulan Agustus 2025. Bulog memastikan bahwa proses penyerapan beras dan gabah dari petani lokal akan dilakukan secara berkelanjutan dan sesuai target.
“Realisasi target beras/gabah akan kembali dikejar pada masa panen kedua pada Agustus 2025,” katanya.
Komitmen Jaga Ketahanan Pangan
Penyerapan hasil panen dari petani lokal ini menjadi salah satu upaya Bulog dalam mendukung ketahanan pangan di daerah dan nasional, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi petani. Dengan menyerap langsung dari petani, Bulog berperan aktif dalam menjaga kestabilan harga gabah dan beras di tingkat produsen.
Kegiatan penyerapan ini juga menjadi bentuk implementasi dari Program Cadangan Beras Pemerintah (CBP), di mana Bulog berperan sebagai institusi yang menjamin ketersediaan dan distribusi pangan pokok, khususnya beras.
“Penyerapan beras petani tidak hanya membantu menjaga stabilitas harga di tingkat petani, tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional melalui penguatan stok beras di gudang Bulog,” ujar Jefri.
Stok beras yang diserap dari petani nantinya akan digunakan untuk keperluan penyaluran bantuan sosial, intervensi pasar saat harga naik, serta kebutuhan darurat di daerah rawan pangan.
Peran Sentral Petani Lokal
Daerah sentra produksi di Maluku seperti SBB, Malteng, dan Buru memiliki kontribusi besar dalam menyediakan pasokan beras untuk wilayah kepulauan ini. Meski infrastruktur pertanian di beberapa wilayah masih terbatas, potensi produksi padi di Maluku cukup menjanjikan, terutama saat musim panen raya.
Bulog mencatat, tren penyerapan hasil panen dari petani di Maluku terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini tak lepas dari kolaborasi antara Bulog, pemerintah daerah, serta kelompok tani dan penyuluh pertanian.
Di sisi lain, tantangan dalam proses distribusi dan logistik tetap menjadi fokus perhatian, mengingat kondisi geografis Maluku yang terdiri dari pulau-pulau terpisah.
Namun demikian, Bulog memastikan penyaluran dan pengelolaan stok beras tetap berjalan optimal melalui koordinasi lintas sektor dan penguatan infrastruktur gudang di berbagai titik wilayah.
Proyeksi dan Langkah Selanjutnya
Dengan masih tersisa 24 persen dari target yang harus diserap, Bulog berharap musim panen kedua pada Agustus mendatang bisa menjadi momentum untuk memenuhi sisa target tersebut. Fokus utama saat ini adalah mengoptimalkan jaringan distribusi dan memperkuat kemitraan dengan petani di daerah.
“Penyerapan beras/gabah dari petani lokal akan dilakukan sesuai target yang ditetapkan, demi memperkuat stok beras secara nasional,” tegas Jefri.
Bulog juga akan terus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan penyerapan dilakukan sesuai prosedur dan kualitas beras/gabah yang dibeli tetap terjaga.
Dengan strategi yang terencana dan pelibatan aktif petani lokal, Bulog Maluku optimistis seluruh target penyerapan tahun 2025 akan tercapai tepat waktu dan mendukung stabilitas pangan di kawasan timur Indonesia.