JAKARTA - Pasar modal Indonesia kembali bergairah menjelang semester kedua 2025 dengan hadirnya sejumlah perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juli mendatang. Para investor pun mulai mencermati peluang dari saham-saham baru ini.
Lima emiten yang tengah bersiap melantai di BEI adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), dan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR).
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
CDIA sudah membuka masa bookbuilding sejak 19 Juni 2025 dan dijadwalkan berakhir pada 24 Juni 2025. Perusahaan yang merupakan bagian dari Grup Barito ini menawarkan hingga 12,48 miliar saham baru atau sekitar 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran awal ditetapkan di kisaran Rp170 hingga Rp190 per saham, dengan potensi perolehan dana segar mencapai Rp2,37 triliun.
PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK)
CHEK, perusahaan di sektor bioteknologi, akan menawarkan maksimal 815 juta saham yang setara dengan 20,04 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga saham awal dipatok antara Rp120 hingga Rp140 per saham. Dengan begitu, CHEK menargetkan dana segar sebesar Rp97,8 miliar hingga Rp114,1 miliar.
PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN)
COIN adalah induk dari Crypto Futures Exchange (CFX), bursa berjangka aset kripto yang pertama di Indonesia. Dalam IPO-nya, COIN melepas 2,2 miliar saham dengan harga penawaran awal di kisaran Rp100 sampai Rp105 per saham.
PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG)
BLOG adalah perusahaan logistik yang memiliki afiliasi dengan Grup Alfamart. Perusahaan ini menawarkan 563,24 juta saham dengan harga penawaran awal antara Rp240 hingga Rp270 per saham.
PT Asia Pramulia Tbk (ASPR)
ASPR adalah produsen kemasan plastik yang membidik dana segar hingga Rp100,68 miliar dari penawaran saham dengan harga Rp118 hingga Rp124 per lembar saham.
Rekomendasi dari Analis Pasar Modal
Menurut Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, kondisi geopolitik global yang sedang memanas membuat investor cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
“Tahun ini juga merupakan awal masa pemerintahan baru, yang menyebabkan investor menahan diri. Kecuali emiten-emiten dengan prospek kuat dan rekam jejak solid yang mampu menarik minat pasar,” kata Valdy saat diwawancarai oleh Kontan.co.id, Sabtu (21/6).
Sementara itu, Budi Frensidy, pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa IPO dari perusahaan besar dengan pemegang saham pengendali yang memiliki reputasi baik tetap akan diminati oleh pasar.
“Selama pengendalinya punya komitmen terhadap harga sahamnya, IPO akan tetap diserap pasar. Apalagi jika ada nama besar seperti Prajogo Pangestu di baliknya,” ujar Budi.
Apa yang Perlu Diperhatikan Investor?
Investor yang tertarik dengan IPO Juli 2025 disarankan untuk memperhatikan beberapa faktor kunci, seperti prospek bisnis emiten, rekam jejak pengelolaan, hingga dinamika pasar global yang mempengaruhi sentimen investor.
Mengingat nilai penawaran dan sektor usaha yang berbeda-beda, investor juga harus menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.
Gelombang IPO Juli 2025 menawarkan beragam pilihan investasi dari sektor industri yang berbeda, mulai dari teknologi finansial hingga logistik dan bioteknologi. Dengan dukungan pengelola yang berpengalaman dan fundamental perusahaan yang solid, beberapa saham IPO ini berpotensi menjadi pilihan menarik untuk portofolio investasi.
Namun, mengingat situasi pasar yang sedang bergejolak akibat ketegangan geopolitik dan pergantian pemerintahan, investor diharapkan tetap cermat dan melakukan riset mendalam sebelum memutuskan membeli saham IPO tersebut.