JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (kode saham: BMRI) membukukan laba bersih bank-only sebesar Rp19,7 triliun pada periode Januari hingga Mei 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat tipis dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun tetap berada dalam kisaran ekspektasi pasar, yakni sekitar 34–35% dari total target laba sepanjang tahun.
Kinerja ini mencerminkan konsistensi Bank Mandiri dalam menjaga profitabilitas meskipun di tengah tekanan margin dan kondisi likuiditas yang ketat.
Penurunan Margin Bunga Bersih Masih Menjadi Tantangan
Salah satu faktor utama yang membatasi pertumbuhan laba Bank Mandiri pada periode ini adalah penurunan Net Interest Margin (NIM). Hingga Mei 2025, NIM tercatat di kisaran 4,45%–4,7%, turun sekitar 50 basis poin secara tahunan (year-on-year/YoY). Bahkan pada bulan Mei saja, NIM berada di titik terendah, yakni 4,39%–4,45%.
Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya biaya dana (cost of fund/CoF) akibat ketatnya likuiditas perbankan nasional. Kondisi pasar yang kompetitif dalam penghimpunan dana juga memperbesar beban bunga bank.
Pertumbuhan Kredit Positif, Tapi Pendanaan Masih Lemah
Meski tertekan dari sisi margin, Bank Mandiri tetap mampu mencatatkan pertumbuhan kredit yang cukup sehat. Hingga Mei 2025, kredit tumbuh antara 14%–16% YoY, hanya sedikit lebih rendah dibanding kuartal I/2025 yang mencapai 16,5%.
Namun, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tertinggal cukup jauh. DPK hanya naik sekitar 9% YoY, bahkan secara bulanan (month-to-month) pada Mei mengalami kontraksi sekitar 1%. Akibatnya, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) naik menjadi sekitar 93,1% dari sebelumnya 92,5%. Hal ini menunjukkan tekanan pada struktur pendanaan bank.
Strategi Digitalisasi dan Penguatan CASA Jadi Fokus
Menanggapi tekanan likuiditas dan penurunan NIM, Bank Mandiri mengandalkan transformasi digital untuk mendorong efisiensi dana. Digitalisasi layanan dan integrasi ekosistem nasabah menjadi pilar utama melalui platform Livin' by Mandiri dan Kopra (untuk segmen wholesale).
Upaya ini ditujukan untuk memperbesar porsi dana murah (current account saving account/CASA) dan mengurangi ketergantungan pada dana mahal. Di sisi lain, manajemen juga mengoptimalkan data dan teknologi untuk efisiensi proses dan pelayanan.
Pendapatan Non-Bunga dan Beban Operasional
Sisi positif lain datang dari pendapatan non-bunga (non-interest income/Non-II) yang menunjukkan tren pertumbuhan positif. Hingga Mei 2025, pendapatan Non-II naik sekitar 6%–13% YoY, mencerminkan diversifikasi pendapatan yang terus ditingkatkan oleh manajemen.
Namun, tantangan muncul dari meningkatnya beban operasional (opex) dan provisi kredit. Beban ini cukup menggerus keuntungan operasional meskipun pendapatan tetap tumbuh. Efisiensi biaya dan pengelolaan risiko menjadi perhatian utama untuk menjaga kinerja bottom line di sisa tahun.
Proyeksi Saham dan Rekomendasi Analis
Beberapa analis dari berbagai sekuritas masih memberikan rekomendasi beli (buy) untuk saham BMRI. Target harga yang dipatok berkisar antara Rp6.700 hingga Rp7.700 per saham, tergantung pada asumsi pemulihan margin dan pertumbuhan kredit di paruh kedua tahun ini.
Rekomendasi positif ini didukung oleh fundamental Bank Mandiri yang tetap kuat, kapitalisasi yang solid, serta kemampuan dalam menjaga kualitas aset.
Bank Mandiri saat ini menghadapi beberapa tantangan signifikan, antara lain:
Penurunan NIM akibat naiknya biaya dana dan kompetisi likuiditas.
Perlambatan pertumbuhan DPK yang menekan rasio LDR.
Beban provisi dan operasional yang meningkat.
Namun, peluang tetap terbuka. Jika strategi digitalisasi dan penghimpunan dana murah (CASA) berjalan efektif, tekanan margin diperkirakan akan berkurang. Ekspansi kredit yang berkelanjutan dan pertumbuhan pendapatan non-bunga juga menjadi penopang utama kinerja jangka menengah.
Bank Mandiri berhasil menjaga pertumbuhan laba meskipun dalam tekanan eksternal dan internal. Dengan strategi transformasi digital dan penguatan ekosistem dana murah, BMRI tetap menjadi salah satu emiten perbankan paling solid di Indonesia. Saham BMRI dinilai layak koleksi, terutama bagi investor jangka menengah hingga panjang.