Anies Baswedan dan Filosofi Papan Tulis dalam Kepemimpinan

Jumat, 04 Juli 2025 | 08:02:32 WIB
Anies Baswedan dan Filosofi Papan Tulis dalam Kepemimpinan

JAKARTA - Dalam dunia kepemimpinan, alat yang tampak sederhana bisa memiliki makna besar. Papan tulis, misalnya, sering diasosiasikan dengan ruang kelas dan aktivitas belajar mengajar. Namun, bagi mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, papan tulis memiliki peran jauh lebih penting. Bukan hanya sebagai media untuk menulis, tetapi sebagai simbol utama ruang dialog, diskusi, dan kolaborasi yang menjadi kunci keberhasilan sebuah pemerintahan.

Melalui sebuah video singkat yang diunggah di akun media sosial pribadinya, Anies menceritakan kembali pengalamannya saat hari-hari awal menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam video tersebut, yang disampaikan dalam bahasa Inggris di sebuah forum, Anies mengenakan kemeja putih dan tampak berbicara dengan gaya layaknya seorang dosen yang sedang mengajar.

“Saat Anda menggunakan papan tulis, rasanya seperti sedang berada di lingkungan kampus,” ujar Anies. Kalimat ini membuka sebuah refleksi penting tentang bagaimana sebuah ruang rapat bisa menjadi tempat belajar dan bertukar ide jika fasilitas pendukungnya mendukung.

Pengalaman Awal Menjadi Gubernur

Ketika memimpin rapat perdana dengan para kepala dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Anies merasa ada sesuatu yang kurang. Ia mencari papan tulis atau papan kapur untuk menjelaskan dan mengembangkan ide-ide secara visual. Sayangnya, yang tersedia hanyalah layar proyektor untuk presentasi.

“Saya lihat-lihat ruangan, mencari papan tulis atau papan kapur. Tapi ternyata tidak ada, yang ada hanya layar untuk menampilkan slide,” kenangnya.

Situasi ini memunculkan pertanyaan mendasar dalam pikirannya, yang kemudian ia lontarkan kepada peserta rapat, “Apakah ruangan ini digunakan untuk berdiskusi atau hanya untuk memberi instruksi?”

Pertanyaan ini bukan sekadar retoris. Di baliknya terdapat kekhawatiran tentang bagaimana budaya kerja dan komunikasi di pemerintahan berjalan. Apakah rapat hanya menjadi tempat pemimpin memberikan perintah, ataukah benar-benar menjadi forum untuk membangun ide bersama, mendengarkan masukan, dan menguji gagasan?

Membangun Budaya Diskusi dalam Kepemimpinan

Kesadaran akan pentingnya ruang dialog mendorong Anies untuk mengambil langkah konkret. Ia memutuskan memasang papan tulis di ruang rapat Gubernur. Dengan begitu, setiap pertemuan bukan sekadar transfer informasi satu arah, melainkan ajang bertukar pikiran yang aktif dan kreatif.

Menurut Anies, keberadaan papan tulis menandakan bahwa ruang tersebut adalah tempat untuk berkolaborasi dan berdiskusi. Sebaliknya, jika tidak ada papan tulis, maka rapat berpotensi hanya menjadi sarana pemberian instruksi tanpa ruang tanya jawab atau refleksi.

“Kalau ada papan tulis, itu artinya ada diskusi. Kalau tidak ada, berarti hanya satu arah,” tegasnya.

Anies juga menggarisbawahi bahwa alat seperti papan tulis bukan hanya milik para pengajar di ruang kelas. “Papan tulis bukan cuma untuk dosen. Manajer dan pemimpin juga membutuhkannya. Kecuali kalau hanya ingin memberi perintah tanpa ruang untuk mengkaji dan menguji ide,” tambahnya.

Resonansi Pesan Anies di Media Sosial

Unggahan video Anies Baswedan ini kemudian menjadi bahan perbincangan di dunia maya. Banyak warganet mengapresiasi pesan yang disampaikan, terutama mengenai pentingnya membangun budaya diskusi dan keterbukaan dalam kepemimpinan.

Komentar-komentar positif menunjukkan bahwa publik menginginkan pemimpin yang tidak hanya dominan dalam memberi arahan, tetapi juga mampu menciptakan ruang untuk dialog terbuka dan kolaborasi.

Pesan ini relevan tidak hanya bagi lingkungan pemerintahan, tapi juga bagi berbagai sektor, baik swasta maupun organisasi sosial, yang membutuhkan pendekatan kepemimpinan yang inklusif dan responsif.

Kisah Anies Baswedan tentang papan tulis lebih dari sekadar cerita tentang sebuah benda fisik. Ini merupakan metafora penting tentang bagaimana sebuah organisasi atau pemerintahan idealnya dijalankan: melalui komunikasi dua arah, pengujian ide secara kritis, dan kolaborasi aktif.

Pengalaman Anies mengingatkan bahwa dalam memimpin, alat dan fasilitas yang mendukung interaksi itu penting untuk menghindari pola kepemimpinan otoriter yang satu arah. Keberadaan papan tulis bukan hanya soal teknis, tetapi juga budaya kerja yang membuka ruang bagi kreativitas dan inovasi.

Dengan menyebarkan pesan ini, Anies Baswedan mengajak para pemimpin dan manajer di berbagai lini untuk membangun ruang rapat yang lebih interaktif dan penuh dialog. Sebuah pengingat sederhana, namun bermakna besar bagi kemajuan organisasi dan pembangunan daerah.

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen Pegawai Baru 2025

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:09 WIB

KUR BNI 2025 Solusi Pendanaan Ringan untuk UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:08 WIB

KUR BRI 2025 Menjadi Solusi Modal Usaha Ringan UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:07 WIB

KUR BSI 2025 Solusi Modal Syariah untuk UMKM Indonesia

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:06 WIB

Skema Cicilan KUR BCA 2025 Pinjaman Rp100 Juta

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:05 WIB