Sri Mulyani Jelaskan Deflasi Awal Tahun Bukan Akibat Turunnya Daya Beli

Jumat, 04 Juli 2025 | 07:59:44 WIB
Sri Mulyani Jelaskan Deflasi Awal Tahun Bukan Akibat Turunnya Daya Beli

JAKARTA - Awal tahun 2025 sempat diwarnai oleh kondisi deflasi yang sering kali diasosiasikan dengan melemahnya daya beli masyarakat. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan tegas membantah anggapan tersebut. Menurutnya, deflasi yang terjadi pada periode ini tidak berkaitan dengan penurunan konsumsi warga, melainkan lebih disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mengurangi subsidi diskon listrik.

"Deflasi karena pemerintah menurunkan adanya diskon listrik, ini sering diinterpretasikan daya beli menurun," ujar Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta.

Pengurangan subsidi listrik ini berdampak langsung pada penyesuaian harga energi, yang pada gilirannya menekan indeks harga konsumen dan memicu deflasi. Meski begitu, hal ini bukan tanda bahwa masyarakat mengurangi pengeluaran atau mengalami kesulitan ekonomi. Sri Mulyani menegaskan bahwa pemahaman yang tepat atas faktor penyebab deflasi sangat penting untuk memastikan kebijakan pemerintah tidak salah arah.

Aktivitas Ekonomi dan Konsumsi Listrik yang Malah Meningkat

Menariknya, meskipun terjadi deflasi, data justru menunjukkan tren kenaikan dalam konsumsi listrik masyarakat secara signifikan. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa konsumsi listrik naik hingga 17,7% secara quarter-to-quarter (qtq). Peningkatan ini merupakan indikasi kuat bahwa aktivitas sektor manufaktur dan ekonomi secara umum sedang tumbuh positif.

"Kalau melihat konsumsi listrik masyarakat, sebenarnya naik signifikan yaitu 17,7% secara qtq," jelasnya.

Kenaikan konsumsi listrik tersebut mencerminkan peningkatan aktivitas produksi dan kehidupan masyarakat yang lebih aktif. Ini menguatkan argumen bahwa deflasi yang terjadi bukan lantaran penurunan permintaan, melainkan dampak dari kebijakan harga energi.

Selain itu, konsumsi rumah tangga juga tetap stabil dan terjaga pada level yang sehat, yaitu sekitar 4,9% selama kuartal pertama 2025. Hal ini sekaligus menjadi faktor penopang utama perekonomian nasional yang berhasil tumbuh mendekati 5%.

Konsumsi Rumah Tangga sebagai Pilar Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi rumah tangga memang menjadi motor penggerak utama ekonomi Indonesia, terutama di tengah tantangan global yang masih membayangi. Sri Mulyani menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan berada di kisaran 4,8-5% pada kuartal pertama menunjukkan kekuatan daya beli masyarakat yang cukup solid.

"Growth masih bisa dipertahankan dekat 5%, 4,8% di tengah agregat demand konsumsi rumah tangga untuk konsumsi RT 4,9%," ungkapnya.

Angka ini memberikan gambaran bahwa masyarakat masih melakukan pengeluaran yang cukup signifikan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, sandang, pendidikan, dan lain-lain. Dengan kata lain, deflasi bukanlah tanda melemahnya permintaan, melainkan cerminan dari faktor eksternal yang memengaruhi harga.

Pentingnya Pemahaman Deflasi yang Tepat untuk Kebijakan Ekonomi

Fenomena deflasi sering kali menjadi perhatian karena berpotensi memberikan dampak negatif jika disebabkan oleh menurunnya konsumsi. Namun, dalam kasus deflasi awal tahun 2025, Menteri Keuangan menekankan pentingnya melihat konteks dan faktor penyebab secara mendalam agar tidak terjadi miskonsepsi yang bisa mempengaruhi kebijakan selanjutnya.

Sri Mulyani mengingatkan bahwa deflasi yang dipicu oleh pengurangan subsidi listrik ini sebenarnya merupakan bagian dari upaya pemerintah menata fiskal dan mendorong efisiensi anggaran. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dilakukan dengan perhitungan yang matang, tanpa mengorbankan daya beli masyarakat secara signifikan.

Prospek Ekonomi dan Kebijakan Pemerintah ke Depan

Melihat data konsumsi dan aktivitas manufaktur yang positif, Sri Mulyani optimis bahwa ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh dengan stabil sepanjang 2025. Kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis diharapkan dapat menjaga momentum ini agar tetap berkelanjutan.

Pemerintah juga terus memantau perkembangan kondisi perekonomian, khususnya konsumsi masyarakat, agar dapat menyesuaikan kebijakan dengan cepat dan tepat. Hal ini menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Deflasi awal tahun 2025 bukanlah gambaran melemahnya daya beli masyarakat, melainkan akibat kebijakan pengurangan subsidi diskon listrik yang berdampak pada penurunan harga energi. Data konsumsi listrik dan rumah tangga yang meningkat justru memperlihatkan aktivitas ekonomi yang tetap sehat dan tumbuh.

Dengan pemahaman yang tepat terhadap penyebab deflasi ini, pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang lebih terarah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Buka Rekrutmen Pegawai Baru 2025

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:09 WIB

KUR BNI 2025 Solusi Pendanaan Ringan untuk UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:08 WIB

KUR BRI 2025 Menjadi Solusi Modal Usaha Ringan UMKM

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:07 WIB

KUR BSI 2025 Solusi Modal Syariah untuk UMKM Indonesia

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:06 WIB

Skema Cicilan KUR BCA 2025 Pinjaman Rp100 Juta

Kamis, 11 September 2025 | 16:33:05 WIB