JAKARTA - Pada Rabu, 9 Juli 2025, harga batu bara kembali menunjukkan penguatan. Kenaikan ini menjadi perhatian pelaku pasar dan pengamat komoditas energi karena mencerminkan dinamika permintaan dan pasokan global yang terus berubah. Kenaikan harga batu bara kali ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya impor batu bara termal yang diangkut melalui jalur laut oleh dua negara besar konsumen energi, yaitu India dan China. Aktivitas impor kedua negara ini mencapai titik tertinggi dalam lima bulan terakhir pada bulan Mei, yang turut menjadi katalis kuat bagi penguatan harga.
Kenaikan Harga di Pasar Internasional
Harga batu bara Newcastle yang menjadi acuan pasar internasional, mengalami kenaikan signifikan untuk kontrak bulan Juli, Agustus, dan September 2025. Harga untuk Juli naik sebesar US$ 0,65 menjadi US$ 110,25 per ton. Kontrak Agustus melonjak US$ 1,3 ke posisi US$ 112,9 per ton, sementara kontrak September bahkan meningkat US$ 1,35 menjadi US$ 114,1 per ton. Tren positif juga terlihat pada harga batu bara Rotterdam, yang mencatat kenaikan untuk bulan Juli sebesar US$ 0,65 menjadi US$ 107,75, Agustus naik US$ 1,35 menjadi US$ 108,55, dan September meningkat US$ 1,45 menjadi US$ 108,7 per ton.
Menurut data dari Trading Economics, meskipun harga batu bara sempat mengalami tekanan di pasar, kenaikan impor termal oleh India dan China telah menahan pelemahan lebih lanjut dan mendukung penguatan harga di pasar internasional.
Faktor Pendorong dan Proyeksi Harga
Dalam satu bulan terakhir, harga batu bara telah meningkat sebesar 6,37%, yang terutama dipengaruhi oleh sentimen positif dari sisi permintaan yang meningkat serta gangguan pasokan di beberapa wilayah produksi. Namun jika dilihat secara tahunan, harga batu bara masih mencatat penurunan sebesar 17,57% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis pasar memproyeksikan bahwa harga batu bara akan terus mengalami kenaikan tipis, diperkirakan mencapai US$ 111,65 per ton pada akhir kuartal ini. Dalam jangka menengah, estimasi harga diperkirakan bisa menyentuh US$ 116,93 per ton dalam 12 bulan mendatang, yang menunjukkan optimisme pasar energi global terhadap komoditas batu bara.