Minyak Dunia Naik Usai Trump Umumkan Tarif Baru

Senin, 14 Juli 2025 | 07:34:23 WIB
Minyak Dunia Naik Usai Trump Umumkan Tarif Baru

JAKARTA - Ketidakpastian pasar kembali mencuat setelah keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk mengenakan tarif impor sebesar 30% terhadap produk dari Uni Eropa dan Meksiko. Langkah tersebut tidak hanya mengguncang hubungan dagang, tetapi juga mendorong harga minyak mentah global naik selama dua hari berturut-turut.

Kebijakan tarif ini diumumkan pada akhir pekan lalu dan langsung memicu kekhawatiran akan turunnya permintaan energi secara global. Kenaikan harga minyak pun tercatat sebagai reaksi awal dari pasar yang bersiap menghadapi potensi pengetatan pasokan dan meningkatnya tensi geopolitik.

Minyak Brent dan WTI Naik, Pasar Waspadai Ketegangan Lanjutan

Minyak Brent untuk kontrak pengiriman September naik sebesar 0,4% menjadi US$70,63 per barel pada pukul 06.20 pagi waktu Singapura. Kenaikan ini mengikuti lonjakan 2,5% pada hari Jumat, 11 Juli 2025 sebelumnya. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan sebesar 0,3%, dengan harga mencapai US$68,68 per barel untuk kontrak pengiriman Agustus.

Lonjakan harga ini terjadi di tengah spekulasi atas pernyataan besar yang akan segera diumumkan oleh Trump terkait Rusia. Pasar menafsirkan bahwa segala bentuk kebijakan sepihak tambahan dari AS, baik berupa tarif maupun sanksi, dapat kembali mengganggu rantai pasok dan mengerek harga komoditas energi global.

Trump telah menetapkan bahwa tarif terhadap produk dari Meksiko dan Uni Eropa mulai berlaku per 1 Agustus. Keputusan ini langsung menghapus harapan akan adanya kompromi di menit-menit terakhir, dan justru memperbesar kemungkinan langkah serupa terhadap negara lain.

Kondisi ini menimbulkan ketidakpastian baru terkait pertumbuhan ekonomi global dan potensi penurunan permintaan minyak dalam jangka menengah. Pasar kini mengamati dengan cermat perkembangan kebijakan Gedung Putih dan dampaknya terhadap dinamika energi internasional.

Sanksi Tambahan Mengintai Rusia dan Potensi Dampaknya bagi Energi Dunia

Selain isu tarif, Trump juga disebut-sebut tengah mempersiapkan sanksi tambahan terhadap Rusia. Informasi ini menguat setelah beredar kabar bahwa salah satu rancangan undang-undang yang telah mendapatkan dukungan dari sedikitnya 85 senator di AS, mengusulkan pengenaan tarif hingga 500% bagi China dan India, jika kedua negara tersebut tetap menjalin kerja sama energi dengan Rusia.

Situasi ini menempatkan pasar minyak dalam posisi siaga tinggi. Analis memperkirakan bahwa ketegangan yang terus meningkat bisa mengganggu keseimbangan antara pasokan dan permintaan, terutama jika negara-negara besar pengimpor energi terhambat dalam mengakses sumber daya dari Rusia.

Sebelumnya, Goldman Sachs memprediksi bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) kemungkinan besar akan segera menghentikan kebijakan peningkatan produksi minyak. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap kondisi pasar yang semakin kompleks dan berisiko tinggi, termasuk ketidakpastian akibat kebijakan AS.

Di sisi lain, raksasa energi BP telah memberikan sinyal bahwa penjualan minyak mereka menunjukkan penguatan pada kuartal II-2025. Kinerja ini sebagian ditopang oleh tingginya harga jual serta permintaan dari sejumlah negara Asia yang masih menunjukkan tren pertumbuhan.

Harga Minyak Saat Ini

Brent (kontrak September) naik 0,4% menjadi US$70,63 per barel

WTI (kontrak Agustus) naik 0,3% menjadi US$68,68 per barel

Langkah Trump dalam mengubah arah kebijakan dagang dan energi secara mendadak dianggap sebagai faktor utama pemicu volatilitas harga. Dampaknya tidak hanya terasa di pasar minyak, tetapi juga bisa berimbas pada pasar global yang lebih luas, dari logistik hingga manufaktur.

Ketidakpastian Berlanjut, Pasar Tetap Waspada

Dengan tidak adanya kepastian bahwa kebijakan ini akan mereda dalam waktu dekat, pelaku pasar kini terus memantau setiap pernyataan dari Washington. Ketegangan geopolitik yang melibatkan negara-negara besar penghasil dan pengimpor energi dapat memperburuk sentimen dan memicu lonjakan harga lebih lanjut.

Di tengah kondisi tersebut, investor dan analis memperkirakan bahwa volatilitas harga minyak akan tetap tinggi dalam beberapa pekan mendatang, terlebih jika ketegangan dagang semakin membesar dan diikuti oleh aksi balasan dari pihak-pihak yang terdampak.

Meskipun demikian, sebagian pelaku pasar masih berharap bahwa tekanan diplomatik atau negosiasi multilateral dapat menurunkan suhu politik internasional. Namun, selama belum ada sinyal kuat ke arah itu, harga minyak kemungkinan akan tetap berada dalam tren naik yang fluktuatif.

Terkini

Harga HP Infinix Terbaru September 2025 Semua Seri

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:14 WIB

POCO C85 Resmi Masuk Indonesia, Baterai Besar 6000mAh

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:12 WIB

Ramalan Shio 11 September 2025: Energi Positif Tiap Shio

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:11 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini: Cabai dan Bawang Naik

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:10 WIB

Cek Penerima Bansos PKH BPNT 2025 Mudah Cepat

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:09 WIB