JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tengah melakukan langkah strategis dalam mempercepat restrukturisasi aset dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan target investasi hingga US$ 5 miliar pada 2025. Transformasi ini tidak hanya soal pengelolaan keuangan, tetapi juga menyangkut reformasi standar tata kelola investasi yang sejajar dengan praktik terbaik dunia.
Mohamad Al-Arief, Managing Director Global Relations and Governance Danantara Indonesia, menegaskan bahwa kolaborasi yang dijalin bersama sovereign wealth fund (SWF) ternama seperti Qatar Investment Authority (QIA), Future Fund Australia, dan China Investment Corporation (CIC) bukan sekadar transaksi finansial. Kerja sama ini dimaksudkan untuk membawa pengalaman, teknologi pengelolaan aset, dan tata kelola global agar Danantara mampu mengelola portofolio investasi secara profesional dan transparan.
Kolaborasi Strategis dan Fokus Investasi Prioritas
Proses restrukturisasi Danantara juga berjalan paralel dengan upaya mendapatkan pendanaan awal sebesar US$ 20 miliar untuk lebih dari 20 proyek prioritas, termasuk sektor hilirisasi mineral, energi terbarukan, digital, kesehatan, pangan, dan manufaktur. Dari portofolio BUMN tersebut, Danantara menargetkan dividen tahunan hingga US$ 8 miliar yang diharapkan dapat mendongkrak kinerja keuangan negara.
Kerja sama internasional ini dimulai dengan penandatanganan kesepakatan pembentukan dana investasi bersama senilai US$ 4 miliar bersama QIA pada April 2025. Dana tersebut difokuskan pada sektor industri hilirisasi, energi terbarukan, dan layanan kesehatan — bidang-bidang kunci dalam transformasi ekonomi Indonesia.
Selanjutnya, pada Mei 2025, Danantara meresmikan kerja sama dengan Future Fund Australia, yang memiliki aset lebih dari AUD 300 miliar. Melalui kemitraan ini, Australia juga mendukung keanggotaan Danantara dalam International Forum of Sovereign Wealth Funds (IFSWF), sebagai upaya meningkatkan tata kelola dan transparansi pengelolaan aset publik.
Tak kalah penting, kolaborasi dengan CIC pada Mei 2025 menandai pembentukan platform investasi ASEAN-Tiongkok. Dana investasi ini akan diarahkan pada sektor manufaktur, teknologi, kesehatan, dan barang konsumsi, dengan target imbal hasil optimal sekaligus dampak pembangunan yang terukur.
Membangun Kapabilitas dan Kelembagaan yang Kuat
Menurut Mohamad Al-Arief, kerja sama dengan SWF global membuka akses bukan hanya kepada pendanaan, tapi juga pengetahuan tentang tata kelola, manajemen risiko, dan strategi alokasi aset yang sudah teruji. Hal ini menjadi fondasi kuat bagi Danantara dalam menjalankan mandatnya mengelola aset negara secara efisien dan bertanggung jawab.
Pengalaman langsung dari pengelola aset dunia tersebut dijadikan bahan benchmarking agar model tata kelola Danantara relevan dengan kebutuhan nasional sekaligus mampu menjawab tantangan jangka panjang Indonesia. Upaya ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia tidak sekadar menjadi tujuan investasi menarik, tetapi juga telah berkembang sebagai mitra pengelola investasi terpercaya di tingkat global.
Langkah restrukturisasi dan modernisasi yang dilakukan Danantara juga sesuai dengan arahan Presiden untuk menjadikan BUMN sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional. Konsolidasi 889 entitas BUMN yang sedang berlangsung dipastikan sejalan dengan target penciptaan nilai tambah maksimal bagi negara.
Dengan segala kemajuan ini, Danantara optimistis bahwa restrukturisasi aset dan penguatan tata kelola akan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia sekaligus mengakselerasi pembangunan berkelanjutan. Target dividen sebesar US$ 8 miliar bukan hanya angka ambisius, melainkan cerminan dari komitmen dan kerja keras untuk membawa Indonesia maju melalui pengelolaan aset negara yang modern, transparan, dan efisien.