Permintaan Global Mengangkat Harga Minyak Dunia

Rabu, 16 Juli 2025 | 13:00:39 WIB
Permintaan Global Mengangkat Harga Minyak Dunia

JAKARTA - Pasar minyak global menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah dua hari berada di bawah tekanan. Kali ini, bukan karena gangguan pasokan atau ketegangan geopolitik, tetapi justru karena kenaikan permintaan dari dua kekuatan ekonomi dunia: Amerika Serikat dan China.

Harga minyak mentah Brent mendekati USD 69 per barel, sementara minyak WTI di AS mencapai USD 66,92 per barel. Kenaikan harga ini mencerminkan ekspektasi pasar terhadap peningkatan konsumsi energi di tengah musim panas yang ramai aktivitas.

Lonjakan permintaan terjadi seiring dengan meningkatnya mobilitas, baik karena liburan musim panas di belahan bumi utara maupun karena aktivitas industri yang kembali menggeliat. Dalam laporan pasar, disebutkan bahwa “permintaan musiman yang kuat saat ini memberikan momentum kenaikan harga minyak, seiring dengan puncak perjalanan musim panas dan aktivitas industri.”

Musim panas memang dikenal sebagai periode tingginya konsumsi bahan bakar. Sektor logistik, pariwisata, dan transportasi darat serta udara mengalami lonjakan signifikan, yang akhirnya berdampak pada kebutuhan minyak mentah global.

Data AS dan China Menjadi Penopang Sementara

Amerika Serikat memberikan kontribusi besar terhadap optimisme pasar. Libur nasional pada 4 Juli 2025 tercatat mendorong penjualan bahan bakar secara signifikan. Kinerja kilang dan penyalur bahan bakar menunjukkan sinyal bahwa permintaan domestik di AS tetap kuat, meskipun ekonomi global belum sepenuhnya stabil.

Dari sisi lain dunia, China juga memberikan kejutan positif. Meskipun pertumbuhan ekonominya sedikit melambat di kuartal kedua, aktivitas kilang minyak justru meningkat. Pada bulan Juni, produksi minyak mentah naik 8,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi level tertinggi sejak September 2023.

Kebangkitan kilang di China ini menandakan adanya strategi frontloading yaitu pembentukan stok lebih awal sebelum kebijakan tarif AS terhadap minyak Rusia benar-benar diberlakukan. Hal ini menunjukkan bahwa China bersiap menyerap permintaan dalam jumlah besar, dan ini menjadi penyeimbang penting bagi pasar minyak yang sempat goyah.

Sementara itu, prediksi dari OPEC menambah semangat pelaku pasar. Organisasi tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat pada paruh kedua 2025, terutama dari negara-negara berkembang seperti India, Brasil, dan tentunya China. Harapan ini menjadi tambahan daya dorong psikologis bagi investor dan produsen energi global.

Namun demikian, kehati-hatian tetap diperlukan. Ancaman tarif terhadap Rusia dari Amerika Serikat masih menjadi faktor ketidakpastian. Jika benar-benar diterapkan, tarif ini bisa menimbulkan gangguan baru dalam rantai pasok global, dan menekan kembali harga minyak yang tengah menguat.

Pasar di Titik Keseimbangan: Antara Momentum dan Risiko

Saat ini, harga minyak berada di titik kritis, di mana sentimen positif dari sisi permintaan berhadapan dengan potensi risiko jangka panjang. Banyak analis menilai bahwa fenomena musiman seperti liburan musim panas mungkin hanya menawarkan momentum jangka pendek.

Namun di sisi lain, jika lonjakan konsumsi terus berlanjut dan kekhawatiran tarif mereda, tren kenaikan harga minyak bisa berlanjut lebih stabil. Keseimbangan inilah yang sedang diawasi ketat oleh pelaku pasar global.

Perdebatan antara proyeksi jangka pendek dan jangka panjang semakin tajam. Dalam jangka pendek, pasar cenderung optimistis, ditopang oleh aktivitas kilang yang meningkat di China dan data penjualan bahan bakar di AS. Namun untuk jangka panjang, tantangan seperti transisi energi, kebijakan iklim, dan ketegangan geopolitik tetap akan membayangi.

Para investor kini berada di persimpangan. Di satu sisi ada peluang untuk mengambil posisi dari momentum musiman. Di sisi lain, risiko kebijakan dan ketidakpastian geopolitik membuat mereka harus bersikap hati-hati.

Dengan harga Brent mendekati USD 69 dan WTI mencapai USD 66,92, pasar saat ini belum memberikan sinyal arah pasti. Semuanya tergantung pada bagaimana dua elemen utama data konsumsi global dan perkembangan geopolitik—akan berkembang dalam beberapa pekan ke depan.

Jika permintaan tetap tinggi dan gangguan pasokan bisa dihindari, tren positif kemungkinan besar akan bertahan. Namun bila terjadi eskalasi kebijakan atau pelemahan konsumsi, harga minyak bisa kembali anjlok. Volatilitas tetap menjadi kata kunci dalam pergerakan pasar energi saat ini.

Terkini