Apa Itu Public Speaking: Dasar hingga Tips Mengembangkannya

Bru
Kamis, 17 Juli 2025 | 08:50:35 WIB
apa itu public speaking

Apa itu public speaking adalah kemampuan menyampaikan pesan dengan percaya diri dan menarik di hadapan banyak orang.

Walaupun semua orang bisa berbicara, tidak semuanya mampu menyampaikan pesan secara efektif dan memikat ketika berada di depan publik. 

Kemampuan ini bukanlah bakat bawaan semata, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih oleh siapa pun. Teknik-tekniknya pun kini semakin mudah diakses dan bisa dipraktikkan oleh berbagai kalangan.

Bagi sebagian orang yang belum terbiasa, berbicara di depan banyak orang bisa menjadi hal yang menantang. Rasa tidak percaya diri atau kurangnya persiapan kerap menjadi penghambat utama. 

Padahal, keterampilan ini kini tak hanya dibutuhkan di lingkungan pendidikan atau kampus saja. 

Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di acara arisan warga di kampung atau dalam kegiatan keagamaan seperti ceramah, kemampuan berbicara di depan umum sangat dibutuhkan.

Di era saat ini, berbicara di depan banyak orang seringkali menjadi tantangan dalam berbagai aspek kehidupan—baik pribadi, sosial, maupun profesional. 

Mereka yang sudah terbiasa akan merasa lebih nyaman dan mampu mengendalikan suasana, sedangkan bagi yang belum berpengalaman, hal ini bisa menimbulkan rasa gugup bahkan takut. 

Bayangan tentang semua mata yang tertuju pada pembicara bisa menjadi tekanan tersendiri. Namun, suka atau tidak suka, apa itu public speaking menjadi keterampilan yang penting untuk dikuasai. 

Situasi tak terduga di mana kita harus menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran sangat diperlukan. 

Untuk membantumu mengembangkan kemampuan ini, berikut berbagai dasar dan kiat dalam dunia public speaking.

Apa Itu Public Speaking?

Apa itu public speaking? Istilah ini berasal dari tradisi retorika yang telah ada sejak sebelum masehi, di mana para ahli menyebutnya sebagai seni atau kemampuan berbicara di depan khalayak. 

Secara harfiah, frasa ini terdiri dari dua kata dalam bahasa Inggris: public yang berarti umum, dan speaking yang berarti berbicara, sehingga maknanya dalam bahasa Indonesia merujuk pada kegiatan berbicara di hadapan orang banyak.

Walaupun belum ditemukan padanan istilah yang benar-benar tepat dalam bahasa Indonesia, istilah public speaking tetap digunakan secara luas hingga kini. 

Meskipun begitu, kadang istilah ini diganti dengan frasa seperti “berbicara di depan umum” atau “berbicara di depan publik”, dan dalam beberapa konteks disebut juga sebagai “pidato”.

Salah satu pengertian public speaking yang cukup umum berasal dari Kamus Merriam-Webster yang menjelaskan bahwa ini adalah “tindakan atau keterampilan berbicara kepada sekelompok besar orang”. 

Sementara itu, David Zarefsky dalam bukunya Public Speaking Strategic for Success mendefinisikannya sebagai proses komunikasi yang berkelanjutan, di mana pesan dan simbol terus bergerak dua arah antara pembicara dan pendengar.

Public speaking juga merupakan bagian dari cabang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam ranah retorika. 

Retorika sendiri merupakan seni berbicara langsung kepada audiens, seperti dalam kegiatan pidato, menjadi moderator, MC, atau ketika melakukan presentasi. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016), retorika dijelaskan sebagai: (1) kemampuan menggunakan bahasa secara efektif; (2) kajian tentang pemanfaatan bahasa dalam menulis; dan (3) seni berbicara yang cenderung bersifat bombastis.

Dari keseluruhan penjelasan tersebut, keterampilan utama dalam public speaking terletak pada kemampuan menyampaikan ide secara jelas kepada audiens. 

Hal ini mirip dengan kegiatan percakapan sehari-hari, meskipun tetap ada perbedaan yang mendasar antara keduanya.

Persamaan antara percakapan dan public speaking adalah keduanya disusun secara logis dan sistematis untuk memastikan pesan yang disampaikan dapat dipahami. 

Keduanya juga menuntut penyesuaian isi pesan serta cara penyampaiannya dengan lawan bicara atau audiens, demi tercapainya dampak komunikasi yang positif dan maksimal. Perbedaan utamanya terletak pada struktur dan gaya bahasa. 

Public speaking menuntut penyampaian yang lebih terstruktur dan formal, serta memerlukan penggunaan bahasa tubuh yang sopan dan profesional agar menciptakan kesan positif di mata pendengar.

Karena berakar kuat pada teori-teori komunikasi, public speaking mencakup lima unsur penting, yaitu: (1) pengirim pesan (sender), (2) pesan yang disampaikan (message), (3) saluran penyampaian pesan (delivery channel), (4) penerima pesan (receiver), dan (5) tanggapan atau balasan dari pendengar (feedback). 

Memahami unsur-unsur ini merupakan langkah penting dalam menguasai keterampilan berbicara di depan umum secara efektif.

Dasar dan Metode Public Speaking

Terdapat empat pendekatan utama yang penting untuk dipelajari ketika berbicara di hadapan audiens. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang masing-masing metode beserta kelebihan dan kelemahannya.

1. Metode Spontan atau Impromtu

Pendekatan spontan mengandalkan penyampaian yang dilakukan secara langsung tanpa adanya persiapan tertulis terlebih dahulu. 

Metode ini biasanya digunakan dalam situasi mendadak ketika seseorang diminta berbicara tanpa waktu untuk menyiapkan naskah. Dalam dunia penyiaran, metode ini dikenal sebagai Ad Libitum, yaitu berbicara tanpa teks.

Kelebihan dari metode ini terletak pada spontanitas yang memungkinkan ide dan perasaan disampaikan dengan lebih jujur dan alami. Selain itu, metode ini dapat memicu pembicara untuk berpikir cepat dan reflektif. 

Namun, pendekatan ini juga memiliki kekurangan, seperti potensi gagasan yang kurang runtut, hasil penyampaian yang belum matang karena keterbatasan wawasan, serta kurang lancar jika dilakukan oleh orang yang belum terbiasa tampil di depan umum.

2. Metode Tertulis atau Naskah

Berbeda dari metode spontan, pendekatan ini menggunakan naskah yang telah disiapkan sebelumnya. Umumnya, metode ini digunakan dalam acara formal atau resmi, seperti oleh pejabat ketika menyampaikan pidato. 

Tujuannya adalah untuk meminimalisasi kesalahan karena setiap kata dalam situasi resmi bisa menjadi sorotan publik dan media.

Keunggulan dari metode tertulis ini adalah pemilihan kata yang lebih terkontrol dan efektif, penyampaian lebih lancar, serta menghindari penyimpangan dari pokok pembicaraan. Naskah juga bisa diperbanyak untuk keperluan dokumentasi. 

Namun, metode ini memiliki kelemahan, di antaranya interaksi dengan pendengar yang minim, kesan penyampaian yang kaku, waktu persiapan yang lebih lama, dan pesan yang disampaikan sulit dipengaruhi oleh respons audiens.

3. Metode Hafalan atau Memoriter

Sesuai dengan namanya, pendekatan ini dilakukan dengan cara menghafalkan naskah terlebih dahulu, sehingga ketika tampil, pembicara tidak lagi membawa teks dan menyampaikannya berdasarkan ingatan. 

Metode ini cocok bagi mereka yang memiliki daya ingat yang kuat dan pembahasan yang tidak terlalu kompleks serta singkat. Kelebihan metode ini mirip dengan metode naskah dalam hal struktur penyampaian yang rapi. 

Namun, tantangan utamanya adalah ketergantungan pada memori, yang bisa menyebabkan gangguan saat tampil jika terjadi lupa atau kesalahan. 

Jika hal tersebut terjadi, pembicara dapat kehilangan fokus dan tidak mampu menyampaikan materi dengan baik, apalagi jika kurang menguasai isi naskahnya.

4. Metode Kerangka atau Extempore

Dari semua metode yang ada, pendekatan ini kerap dianggap sebagai pilihan ideal, terutama bagi mereka yang telah berpengalaman. 

Metode ini menggunakan kerangka materi berupa poin-poin utama dan penunjang yang menjadi panduan saat berbicara. Teknik ini memungkinkan penyampaian materi secara lebih fleksibel, terstruktur, dan alami.

Kelebihan dari pendekatan ini meliputi kemampuan membangun komunikasi yang lebih aktif dengan audiens, materi bisa disesuaikan secara real-time, serta penyampaian terlihat lebih segar dan tidak kaku. 

Akan tetapi, metode ini tetap menuntut kemampuan berbicara yang baik. Jika tidak, penyampaian bisa menjadi tidak beraturan, ide-ide yang sudah dirancang dapat keluar dari jalur, dan hasil akhir kurang efektif. 

Kekurangan lainnya mencakup risiko pemilihan kata yang kurang menarik, penyampaian yang tergesa-gesa jika kurang persiapan, dan tidak cocok untuk dipublikasikan secara tertulis karena sifatnya yang tidak baku.

Keempat metode ini memberikan fleksibilitas dalam memilih cara penyampaian yang paling sesuai dengan kebutuhan, situasi, serta kemampuan pembicara. 

Dengan memahami karakteristik dari masing-masing metode, seseorang dapat lebih siap dalam menyampaikan pesan secara efektif kepada audiensnya.

Tips Mengembangkan Kemampuan Public Speaking

Biasanya ada berbagai bentuk kekhawatiran yang muncul dalam diri seseorang ketika harus berbicara di hadapan banyak orang. 

Kekhawatiran tersebut bisa berupa rasa kurang percaya diri terhadap kemampuan menyampaikan pesan, ketakutan bahwa isi pembicaraan tidak relevan atau kurang informatif, hingga rasa cemas bahwa audiens tidak akan tertarik dengan topik yang dibahas. 

Untuk membantu mengatasi hal-hal tersebut, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara di hadapan publik.

1. Rasa gugup adalah hal yang wajar

Menurut informasi dari situs bintangtrainer.com, perasaan gugup dan takut saat harus berdiri sendirian menyampaikan sesuatu kepada khalayak merupakan hal yang lumrah. 

Hampir semua orang pernah mengalami momen seperti ini, yang sering disebut sebagai demam panggung. 

Kecemasan biasanya timbul karena takut topik yang disampaikan tidak sesuai dengan ekspektasi audiens, takut melakukan kesalahan saat menyampaikan materi, atau khawatir akan mempermalukan diri sendiri karena penampilan yang dianggap buruk.

Semua perasaan tersebut sebenarnya bisa diredam dengan persiapan yang matang. Lakukan latihan secara berulang sebelum naik ke panggung. 

Latihan ini membantu meningkatkan kepercayaan diri dan menjadikan rasa gugup sebagai energi yang dapat mendorong penampilan lebih baik. Justru tanpa perasaan gugup, pembicaraan bisa terasa datar dan kurang menarik.

2. Bangun rasa percaya diri dan pancarkan energi positif

Seperti dijelaskan sebelumnya, munculnya pikiran negatif dapat memperburuk penampilan saat berbicara di depan umum. 

Karena itu, penting untuk menyingkirkan semua bentuk pikiran yang melemahkan dan menggantinya dengan semangat serta energi positif. Energi yang disalurkan pembicara akan turut dirasakan oleh audiens. 

Oleh sebab itu, suasana positif dari pembicara dapat menciptakan kesan yang menyenangkan di hadapan para pendengar.

Sebelum tampil, pastikan sudah mempersiapkan diri dengan pikiran dan sikap yang optimis. Gunakan pilihan kata yang penuh semangat dan mampu membangkitkan rasa percaya diri. 

Sebaliknya, jika yang ditampilkan adalah kecemasan atau keraguan, maka hal tersebut berisiko menular ke audiens dan membuat mereka kehilangan minat.

3. Ajak audiens terlibat dalam pembicaraan

Membangun komunikasi dua arah saat berbicara di hadapan umum adalah hal yang penting. Interaksi yang dilakukan secara tepat akan membantu menciptakan suasana yang nyaman dan mengurangi rasa gugup. 

Selain itu, cara ini juga efektif untuk menarik perhatian audiens agar lebih fokus terhadap materi yang disampaikan.

Bentuk interaksi yang bisa dilakukan misalnya dengan menyapa peserta, melemparkan pertanyaan ringan, membuat candaan sederhana, atau bahkan menceritakan pengalaman pribadi yang relevan. 

Pengalaman singkat yang dibagikan juga bisa menjadi jembatan untuk membangun kedekatan dengan audiens. Hal ini memberi keuntungan tambahan karena pembicara akan lebih mudah diingat oleh peserta.

4. Perhatikan penampilan

Selain isi pembicaraan dan cara penyampaiannya, aspek visual dari pembicara juga memiliki pengaruh besar. Penampilan yang rapi akan memberikan kesan positif di mata audiens dan menunjukkan bahwa pembicara menghargai momen tersebut. 

Tak perlu mengenakan pakaian mahal, yang terpenting adalah kombinasi pakaian yang tepat dan sesuai situasi.

Dengan memanfaatkan pakaian yang ada serta memahami prinsip berpakaian yang baik, seseorang dapat tampil menarik tanpa mengeluarkan biaya besar. 

Sebaliknya, jika tampil di depan umum dengan penampilan yang berantakan, hal itu bisa mengurangi fokus audiens terhadap materi yang disampaikan. 

Bahkan, penampilan yang tidak rapi dapat menyebabkan perhatian pendengar teralihkan sepenuhnya dari isi pembicaraan.

Keempat hal di atas merupakan langkah penting yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum. 

Dengan latihan yang konsisten, pendekatan yang tepat, dan penampilan yang mendukung, seseorang akan lebih siap dan percaya diri saat tampil menyampaikan gagasan kepada publik.

Sebagai penutup, dengan memahami apa itu public speaking, kamu bisa lebih percaya diri menyampaikan ide secara jelas, menarik, dan mampu memengaruhi audiens secara efektif.

Terkini