JAKARTA - Bekerja bukan sekadar rutinitas atau kewajiban, melainkan sebuah amal yang akan dinilai oleh Allah SWT berdasarkan niat dan keikhlasan pelakunya. Pesan penting ini diangkat dalam Kuliah Tujuh Menit (KULTUM) yang disampaikan oleh Dr. KH. Muhammad Ishaq Samad, MA, Wakil Rektor IV Universitas Muslim Indonesia (UMI), di Masjid Umar Bin Khattab, Kampus 2 UMI pada Senin, 14 Juli 2025. Di hadapan pimpinan fakultas, dosen, karyawan, dan mahasiswa, beliau membagikan kisah inspiratif dari zaman Rasulullah yang menegaskan nilai keikhlasan dalam bekerja.
Dalam hadits shahih, diceritakan ada seorang wanita berkulit hitam yang setiap hari bertugas menyapu dan membersihkan Masjid Nabawi. Meskipun namanya tidak tercatat dalam banyak riwayat, amalnya tercatat di langit karena keikhlasannya dalam bekerja demi Allah. Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat mengapa wanita itu tidak terlihat lagi. Para sahabat menjawab bahwa wanita tersebut telah wafat. Mendengar itu, Rasulullah merasa sedih karena tidak diberitahu sebelumnya. Beliau lalu pergi ke makam wanita itu dan menunaikan salat jenazah atasnya sebagai tanda penghormatan.
Kisah ini mengajarkan bahwa meskipun pekerjaan wanita tersebut dianggap sederhana dan remeh di mata manusia, nilai amalnya di sisi Allah sangat besar karena dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Rasulullah SAW sendiri menunjukkan penghormatan tinggi atas amal kecil yang tulus ini, sebagai contoh bagaimana keikhlasan dapat mengangkat derajat seorang hamba di hadapan Allah.
Keikhlasan: Dari Amal Kecil hingga Keberkahan yang Besar
Apa yang bisa kita petik dari kisah itu? Pertama, bahwa ikhlas mampu mengubah amal kecil menjadi sangat berarti. Pekerjaan yang tampak biasa atau bahkan dianggap sepele oleh manusia, bila diniatkan untuk mencari ridha Allah, akan bernilai luar biasa dan membawa keberkahan.
Dr. Muhammad Ishaq Samad menekankan bahwa bekerja adalah ibadah jika niatnya untuk Allah. Ketika seseorang bekerja untuk menafkahi keluarga, membantu orang lain, atau memberi manfaat bagi masyarakat, semua itu menjadi amal saleh yang mendapatkan pahala. Allah tidak melihat status, jabatan, atau seberapa besar pekerjaan itu, melainkan keikhlasan hati dan kualitas amal yang dilakukan.
“Bukan jabatan yang dilihat Allah, tapi hati dan amal kita,” tegas beliau. Bahkan firman Allah dalam Al-Qur’an mengingatkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Ini menjadi motivasi agar setiap insan, tanpa terkecuali, mengerjakan tugas dan pekerjaan dengan penuh amanah dan ikhlas.
Ikhlas Membawa Ketenangan dan Kekuatan
Dalam dunia yang penuh tuntutan dan persaingan, ikhlas terkadang menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang bekerja berharap pujian, penghargaan, atau bahkan materi sebagai balasan. Namun, kisah inspiratif lain yang disampaikan oleh Wakil Rektor IV UMI menunjukkan bahwa orang yang ikhlas tidak akan kecewa meski tidak mendapatkan penghargaan duniawi.
Contohnya, seorang mantan pemimpin yang merekrut pegawai dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan, tetap menerima kenyataan saat orang tersebut tidak lagi menunjukkan rasa hormat setelah ia tidak menjabat lagi. Ia tidak sakit hati karena niatnya sejak awal memang tulus. Inilah kekuatan keikhlasan: tidak terikat pada balasan dunia, tapi semata-mata mencari ridha Allah.
Kehidupan sehari-hari pun sering diuji dalam hal keikhlasan. Misalnya, seseorang yang tidak bisa tepat waktu ikut shalat dhuha berjamaah karena mengantar anak ke sekolah, tidak perlu merasa kecewa. Shalat dhuha yang dilakukan kapan pun dengan niat ikhlas kepada Allah tetap membawa keberkahan dan rejeki akan datang dari-Nya.
Menanamkan Keikhlasan dalam Setiap Langkah
Dr. Muhammad Ishaq Samad mengajak kita semua untuk menanamkan nilai ikhlas dalam setiap aktivitas. Jangan hanya bekerja dengan harapan mendapat pujian atau upah, tapi niatkan setiap langkah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Kahfi ayat 110 yang berbunyi:
"Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."
Ini mengingatkan bahwa tujuan utama hidup adalah menggapai ridha Allah dengan amal saleh tanpa mempersekutukan-Nya.
Lebih jauh, Allah juga berfirman dalam QS Ar-Ra’d ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri."
Ayat ini memberikan motivasi bahwa kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan ikhlas agar kehidupan dan nasib kita bisa berubah menjadi lebih baik.
Ikhlas, Jalan Menuju Kemuliaan Dunia dan Akhirat
Keikhlasan bukan hanya sekadar kata, melainkan sebuah sikap hidup yang harus diterapkan dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Dengan ikhlas, amal kecil pun bisa menjadi besar dan membawa keberkahan di dunia dan akhirat. Pekerjaan apa pun, bila diniatkan untuk Allah, menjadi ibadah yang tidak akan sia-sia.
Semoga kisah dan pesan dari Dr. Muhammad Ishaq Samad menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga hati, menanamkan keikhlasan, dan mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan ridha Allah SWT.