Kinerja Wijaya Karya Tertekan di Paruh Pertama 2025

Rabu, 23 Juli 2025 | 08:25:24 WIB
Kinerja Wijaya Karya Tertekan di Paruh Pertama 2025

JAKARTA - Di tengah tekanan sektor konstruksi dan likuiditas yang ketat, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA membukukan rugi bersih sebesar Rp1,66 triliun pada semester I tahun 2025. Kondisi ini menandai pembalikan tajam dari kinerja tahun sebelumnya, di mana WIKA masih mencatat laba bersih sebesar Rp402 miliar pada periode yang sama tahun 2024.

Laporan keuangan terbaru menunjukkan berbagai indikator keuangan mengalami penurunan tajam, mulai dari pendapatan, margin, hingga likuiditas perusahaan. Meski begitu, manajemen WIKA menegaskan komitmen mereka untuk terus melakukan transformasi dan memburu kontrak baru demi memperbaiki kinerja keuangan ke depan.

Penurunan Pendapatan dan Margin Menjadi Faktor Utama

Penyebab utama kerugian WIKA pada semester I 2025 berasal dari penurunan pendapatan yang signifikan, yakni sebesar 22,2% secara tahunan (year-on-year). Jika pada semester I tahun lalu WIKA berhasil mencatat pendapatan Rp7,53 triliun, maka pada semester I 2025 pendapatan hanya mencapai Rp5,85 triliun.

Penurunan paling signifikan berasal dari segmen infrastruktur dan gedung, yang merosot hingga 32,4% dari Rp3,46 triliun menjadi Rp2,34 triliun. Sementara itu, segmen industri penunjang juga mengalami penurunan sebesar 29,7% menjadi Rp1,61 triliun. Sektor perhotelan bahkan mengalami kontraksi paling tajam, dengan penurunan sebesar 73,2% menjadi hanya Rp113 miliar.

Satu-satunya segmen yang mencatat pertumbuhan adalah energi dan industrial plant, yang berhasil tumbuh 27,1% dan menyumbang Rp1,53 triliun terhadap total pendapatan. Meski demikian, pertumbuhan ini belum mampu menahan tekanan besar dari sektor lainnya.

Turunnya pendapatan ini berimbas langsung terhadap margin keuntungan. Meski beban pokok pendapatan juga turun 21,8%, laba kotor tetap menyusut sebesar 26,8% menjadi Rp472,5 miliar. Laba usaha pun mengalami penurunan drastis hingga 96%, hanya menyisakan Rp133,3 miliar.

Di sisi lain, beban umum dan administrasi justru mengalami peningkatan, sedangkan pendapatan lain-lain mengalami penurunan hampir 80%. Kedua hal ini semakin membebani kinerja keuangan secara keseluruhan.

Kondisi Likuiditas Melemah, Neraca Mengalami Koreksi

Dari sisi neraca, posisi kas dan setara kas WIKA menyusut drastis dari Rp7,04 triliun pada akhir Juni 2024 menjadi hanya Rp1,61 triliun per akhir Juni 2025, atau turun sekitar 77%. Hal ini menjadi sinyal tekanan likuiditas yang cukup serius bagi perusahaan konstruksi pelat merah ini.

Total aset WIKA turun 7,1% menjadi Rp59,03 triliun. Sementara itu, total liabilitas juga menyusut 5,4% menjadi Rp48,87 triliun. Namun, ekuitas perseroan tercatat turun lebih dalam, yakni 14,4% menjadi Rp10,16 triliun.

Situasi ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap modal kerja semakin besar, dan WIKA perlu memastikan strategi efisiensi dan optimalisasi cash flow berjalan efektif.

Kontrak Baru Menjadi Harapan, Fokus pada Transformasi

Meski menghadapi tekanan cukup berat, WIKA tetap aktif dalam menjaring proyek baru. Hingga Mei 2025, perusahaan berhasil mengantongi kontrak baru senilai Rp3,37 triliun. Dari total kontrak tersebut, 46,2% berasal dari proyek sektor swasta, 30,4% dari proyek BUMN, dan sisanya 22,2% dari proyek pemerintah.

Secara segmen, kontribusi terbesar datang dari industri penunjang (48,7%), diikuti oleh infrastruktur dan gedung (33%), serta energi dan industrial plant (10,5%).

Corporate Secretary WIKA, Ngatemin, menyatakan bahwa perusahaan akan terus mengedepankan strategi transformasi dan penyehatan sebagai upaya memperbaiki kinerja.

“WIKA terus berfokus pada perolehan kontrak-kontrak baru dan secara konsisten menjalankan langkah transformasi dan penyehatan, guna meningkatkan likuiditas dan memastikan keberlanjutan,” tegas Ngatemin.

Langkah-langkah ini sejalan dengan upaya jangka pendek WIKA untuk menstabilkan arus kas, menjaga margin operasional, serta memastikan setiap proyek yang diperoleh dapat direalisasikan secara tepat waktu dan sesuai target kualitas.

Outlook: Pemulihan Butuh Waktu, Optimisme Masih Ada

Secara umum, kinerja WIKA di semester pertama 2025 mencerminkan tekanan yang belum sepenuhnya reda dari sektor konstruksi, terutama dalam hal pendanaan proyek dan efisiensi operasional. Namun, keberhasilan perusahaan dalam meraih kontrak baru dari berbagai sektor memberikan harapan pemulihan jangka menengah.

WIKA juga menunjukkan keberanian melakukan restrukturisasi menyeluruh, yang menjadi pondasi penting dalam menjaga keberlanjutan operasional.

Konsistensi dalam implementasi transformasi, penguatan struktur permodalan, dan kerja sama lintas BUMN maupun sektor swasta akan menjadi kunci bagi WIKA untuk keluar dari tekanan dan kembali mencatatkan pertumbuhan positif di masa mendatang.

Terkini

Menikmati Beragam Menu Lezat Marugame Udon di Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:18 WIB

Chocolate Bingsu, Dessert Segar Favorit Anak Muda Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:16 WIB

4 Spot Burnt Cheesecake Paling Lezat di Malang

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:14 WIB

Menikmati Gelato Jogja: Ragam Rasa yang Menggoda Lidah

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:12 WIB

Little Salt Bread Viral: 4 Menu Best Seller Wajib Coba

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:10 WIB