NICL Jaga Kinerja di Tengah Fluktuasi Harga Nikel

Kamis, 24 Juli 2025 | 07:34:36 WIB
NICL Jaga Kinerja di Tengah Fluktuasi Harga Nikel

JAKARTA - Meski harga nikel global menunjukkan fluktuasi sepanjang 2025, PT PAM Mineral Tbk (NICL) tetap mampu mencetak pertumbuhan yang signifikan pada semester pertama tahun ini. Emiten yang berada di bawah kendali Christopher Sumasto Tjia ini membukukan penjualan sebesar Rp1,05 triliun, naik 152,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp419,19 miliar.
Lonjakan penjualan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan nikel dari 707.597 metrik ton (mt) menjadi 1.885.433 mt, atau melonjak 166,46%. Imbasnya, laba kotor perusahaan turut melonjak dari Rp142,85 miliar menjadi Rp523,46 miliar, mencerminkan peningkatan sebesar 266,43% year-on-year (YoY).
Tak hanya itu, marjin laba kotor NICL pun ikut meningkat dari 34,08% menjadi 49,54%. Laba usaha juga terdongkrak 419,32%, dari Rp87,87 miliar menjadi Rp456,30 miliar. Pada akhirnya, Laba Neto Periode Berjalan semester satu 2025 mencatat angka fantastis sebesar Rp358,07 miliar, melesat 386,51% dari periode sebelumnya Rp73,59 miliar.
Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka, menjelaskan bahwa sejak akhir 2024 harga acuan nikel domestik memang menurun sebesar 3,80%, namun perusahaan telah mengantisipasi tren ini sejak awal tahun.
"Kami melihat penurunan ini sebagai koreksi positif yang sudah kami perkirakan. Kinerja operasional dan keuangan kami tetap tumbuh, menandakan strategi kami berhasil," ujarnya.
Strategi Adaptif dan Prospek Semester Dua
Ruddy menegaskan bahwa perseroan tetap adaptif terhadap situasi global, termasuk ketidakstabilan geopolitik yang mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Perseroan pun mencatat pertumbuhan aset menjadi Rp1,09 triliun per Juni 2025, naik 4,73% dari Rp1,05 triliun di 2024. Di sisi lain, jumlah liabilitas turun dari Rp171,92 miliar menjadi Rp150,69 miliar, memperlihatkan kondisi neraca keuangan yang lebih sehat.
Ekuitas NICL juga naik dari Rp878,18 miliar menjadi Rp949,13 miliar, terutama karena peningkatan laba. Dalam komitmennya terhadap pemegang saham, NICL telah membagikan dividen interim sebesar Rp159,53 miliar atau 82,60% dari Laba Bersih Periode Berjalan.
Untuk semester dua 2025, NICL memprediksi harga nikel masih akan bergerak fluktuatif, dipengaruhi oleh kebijakan tarif perdagangan AS serta potensi kelebihan pasokan global. Namun, Indonesia dinilai memiliki peluang besar sebagai penyedia alternatif logam kritis di tengah ketegangan geopolitik antara China dan negara-negara barat.
NICL pun melihat keunggulan dari sisi teknologi smelter domestik yang semakin berkembang. Hal ini memberi ruang bagi perusahaan untuk menyesuaikan produk ore sesuai kebutuhan pasar. Perusahaan juga terus memperluas jaringan pemasaran ke wilayah seperti Pulau Obi dan Halmahera serta menjajaki peluang kolaborasi dengan mitra strategis untuk ekspansi usaha ke depan.

Terkini

Menikmati Beragam Menu Lezat Marugame Udon di Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:18 WIB

Chocolate Bingsu, Dessert Segar Favorit Anak Muda Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:16 WIB

4 Spot Burnt Cheesecake Paling Lezat di Malang

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:14 WIB

Menikmati Gelato Jogja: Ragam Rasa yang Menggoda Lidah

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:12 WIB

Little Salt Bread Viral: 4 Menu Best Seller Wajib Coba

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:10 WIB