Produksi Domestik Meningkat, Ekspor Batu Bara RI Tertekan

Kamis, 24 Juli 2025 | 07:26:30 WIB
Produksi Domestik Meningkat, Ekspor Batu Bara RI Tertekan

JAKARTA - Penurunan permintaan dari negara tujuan utama jadi tantangan ekspor batu bara Indonesia. Industri batu bara nasional dihadapkan pada tantangan besar tahun ini, seiring dengan melemahnya permintaan dari pasar ekspor utama. Negara-negara seperti China dan India yang selama ini menjadi destinasi utama ekspor batu bara Indonesia, kini mulai mengurangi ketergantungan terhadap pasokan luar negeri.

Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia. Ia menilai tren penurunan volume ekspor ini sudah mulai terlihat sejak tahun lalu dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun depan.

Menurut Hendra, perubahan strategi negara-negara tujuan ekspor merupakan dampak dari upaya mereka untuk memperkuat kemandirian energi domestik. “Jadi ya mereka berkepentingan industri batu baranya juga maju, produksi meningkat gitu karena kebutuhan energinya meningkat, nah oleh karena itu produksinya tinggi sekali,” ungkap Hendra saat ditemui di Jakarta.

Ia menjelaskan bahwa China, misalnya, telah memproduksi hampir 5 miliar ton batu bara sepanjang tahun lalu. Angka tersebut mencerminkan kebijakan agresif Negeri Tirai Bambu untuk memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, tanpa harus terlalu bergantung pada impor.

Oversupply Jadi Sorotan

Di sisi lain, Indonesia sendiri tengah mengalami kelebihan pasokan batu bara. Produksi domestik yang terus meningkat tidak sejalan dengan permintaan global yang stagnan, bahkan menurun.

“Oleh karena itu memang dari 2023 setelah Covid mereda, itu memang udah diprediksi pasti akan oversupply. Nah sampai sekarang oversupply sampai tahun depan juga oversupply. Jadi ekspor kita pasti akan lebih berkurang dibanding tahun lalu,” jelas Hendra.

Fenomena oversupply ini tidak hanya berdampak pada aspek ekspor, tapi juga berpotensi memengaruhi harga batu bara di pasar internasional. Ketika produksi melebihi permintaan, tekanan terhadap harga tidak dapat dihindari.

Menurut Hendra, perusahaan tambang harus bersiap menghadapi kondisi pasar yang lebih kompetitif. Terlebih, negara-negara tujuan ekspor kini cenderung beralih ke batu bara dengan kandungan energi yang lebih tinggi.

“Permintaan akan batu bara berkualitas tinggi meningkat karena menghasilkan lebih banyak energi per ton, sehingga lebih efisien secara biaya,” imbuhnya.

Impor Batu Bara China Turun Drastis

Data terbaru menunjukkan penurunan signifikan dalam volume impor batu bara China dari Indonesia. Pada Juni 2025, Negeri Panda hanya mengimpor 11,62 juta metrik ton batu bara dari Indonesia turun tajam sebesar 30 persen secara tahunan (year-on-year).

Penurunan ini bahkan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata penurunan total impor batu bara China dari seluruh negara, yang tercatat mencapai 26 persen pada bulan yang sama. Volume impor tersebut juga menjadi yang terendah dalam lebih dari dua tahun terakhir.

Secara kumulatif, selama enam bulan pertama 2025, China telah mengimpor 90,98 juta ton batu bara dari Indonesia. Angka ini turun 12 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Menurut data, peralihan pembeli dari batu bara dengan kalori rendah ke kalori tinggi menjadi salah satu faktor utama. Ditambah dengan peningkatan signifikan produksi domestik China, pasar impor semakin tertekan.

Secara total, impor batu bara Tiongkok dari seluruh negara pada paruh pertama tahun 2025 tercatat sebesar 221,7 juta ton. Angka ini menurun 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tantangan Industri Tambang

Dengan kondisi pasar global yang berubah cepat, pelaku industri tambang nasional diimbau untuk segera beradaptasi. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan meningkatkan efisiensi produksi serta menjajaki pasar baru yang lebih menjanjikan.

Kondisi ini memang menantang, namun juga bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan evaluasi terhadap strategi ekspor dan kebijakan industri tambangnya. Ketergantungan yang tinggi terhadap pasar tertentu akan selalu membawa risiko ketika dinamika permintaan berubah secara tiba-tiba.

Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, China dan India tetap menjadi pasar yang potensial, namun tidak bisa lagi diandalkan sepenuhnya. Dalam jangka panjang, diversifikasi pasar dan hilirisasi produk batu bara menjadi pilihan strategis yang perlu segera diakselerasi.

Terkini

Menikmati Beragam Menu Lezat Marugame Udon di Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:18 WIB

Chocolate Bingsu, Dessert Segar Favorit Anak Muda Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:16 WIB

4 Spot Burnt Cheesecake Paling Lezat di Malang

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:14 WIB

Menikmati Gelato Jogja: Ragam Rasa yang Menggoda Lidah

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:12 WIB

Little Salt Bread Viral: 4 Menu Best Seller Wajib Coba

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:10 WIB