Philips Soroti Peran AI dalam Industri Kesehatan Indonesia

Jumat, 25 Juli 2025 | 10:56:04 WIB
Philips Soroti Peran AI dalam Industri Kesehatan Indonesia

JAKARTA - Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin mendapat perhatian dalam dunia medis. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan tantangan besar di sektor kesehatan, kini menunjukkan semangat tinggi dalam memanfaatkan potensi AI. Dalam laporan Future Health Index (FHI) 2025 yang dirilis oleh Philips, potensi dan tantangan ini digambarkan secara gamblang.

Laporan edisi ke-10 tersebut merangkum pendapat dari tenaga kesehatan dan pasien di 16 negara, termasuk Indonesia. Tujuannya adalah untuk menggali seberapa besar peran AI dan transformasi digital dalam membentuk masa depan sistem kesehatan, khususnya dalam hal akses, hasil layanan, dan ketahanan jangka panjang.

Optimisme Tinggi, Tapi Tantangan Masih Ada

Presiden Direktur Philips Indonesia, Astri Ramayanti Dharmawan, menegaskan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan pandangan paling positif terhadap peran AI di sektor kesehatan.

"Untuk mewujudkan potensi tersebut, kita harus merancang dengan empati, membangun kepercayaan, dan memastikan implementasi yang bertanggung jawab demi memenuhi kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan," ujarnya.

Meski begitu, laporan tersebut juga menyingkap masalah klasik: kekurangan dokter spesialis dan waktu tunggu pasien yang sangat panjang. Saat ini Indonesia hanya mencetak sekitar 2.700 dokter spesialis per tahun, padahal kebutuhan nasional mencapai sekitar 29.000.

Akibatnya, 77% pasien melaporkan waktu tunggu yang lama untuk bertemu dokter spesialis. Bahkan 1 dari 3 pasien mengalami keterlambatan untuk mendapatkan layanan dasar. Lebih dari separuh (51%) pasien mengaku kondisi kesehatannya memburuk karena lambatnya akses, dan 45% akhirnya harus dirawat di rumah sakit.

AI Jadi Harapan, Tapi Harus Disiapkan dengan Cermat

Kendati tantangan masih besar, hasil survei menunjukkan harapan yang tinggi terhadap AI. Sebanyak 84% tenaga kesehatan dan 74% pasien percaya bahwa teknologi ini bisa membantu meningkatkan layanan kesehatan secara keseluruhan. Angka ini bahkan lebih tinggi dibanding rata-rata Asia Pasifik dan global.

Namun, proses adopsi teknologi tidak selalu berjalan mulus. Laporan ini juga mencatat bahwa lebih dari separuh tenaga kesehatan (56%) merasa mereka kini lebih banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan administratif dibanding lima tahun lalu. Selain itu, 62% menyebut kehilangan waktu klinis karena data medis yang tersebar dan tidak terintegrasi.

Tanpa penerapan teknologi yang efektif, para responden memperkirakan akan terjadi penumpukan pasien (57%), hilangnya peluang intervensi dini (49%), dan meningkatnya burnout pada tenaga kesehatan (46%).

Astri melihat bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk memimpin transformasi digital di sektor ini. “Yang paling penting saat ini adalah menyelaraskan inovasi dengan kebutuhan manusia dan memberikan solusi yang inklusif, efektif, dan berskala besar dengan perlindungan yang kuat,” ujarnya.

Dengan dukungan dari sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan roadmap transformasi digital yang digagas Kementerian Kesehatan, peluang Indonesia untuk menjadi pemimpin dalam pemanfaatan AI di sektor kesehatan terbuka lebar.

Terkini

Senam Aerobik Praktis untuk Jaga Kebugaran Tubuh Harian

Kamis, 11 September 2025 | 11:06:16 WIB

Olahraga Berkuda dengan 11 Manfaat Fisik dan Mental

Kamis, 11 September 2025 | 11:06:15 WIB

5 Manfaat dan Tips Olahraga Selancar Air untuk Semua Usia

Kamis, 11 September 2025 | 11:06:14 WIB