Megaproyek Gas Masela Masuki Tahap FEED, Target Beroperasi 2029

Selasa, 05 Agustus 2025 | 11:01:55 WIB
Megaproyek Gas Masela Masuki Tahap FEED, Target Beroperasi 2029

JAKARTA - Indonesia memasuki babak baru dalam pengembangan energi nasional. Megaproyek gas Lapangan Abadi di Blok Masela, yang dioperasikan oleh perusahaan Jepang Inpex Corporation, kini mulai bergerak ke tahap Front End Engineering and Design (FEED) atau desain teknis. Langkah ini menandai dimulainya perjalanan penting menuju target operasi pada 2029, sekaligus menjadi harapan baru dalam memperkuat ketahanan energi Tanah Air.

Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengungkapkan bahwa Inpex resmi memulai FEED pada Senin, 4 Agustus 2025. Tahap ini akan diikuti percepatan proses perizinan, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan pelepasan kawasan hutan.
“Ada beberapa perizinan seperti Amdal, tadi rapat, kita mau percepat pelepasan kawasan hutan. Kan pemerintah urusannya perizinan, ya udah itu mau kita selesaikan. 2029 sih berharap paling telat harus onstream (beroperasi),” jelas Djoko di Jakarta.

Tahap FEED dan Strategi Inpex

Inpex menjelaskan, tahap FEED mencakup perancangan fasilitas produksi dan pemrosesan hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi, serta pembangunan kilang Liquefied Natural Gas (LNG) darat atau Onshore LNG (OLNG).
“Pekerjaan FEED terdiri dari empat paket, yaitu: OLNG; Floating Production, Storage and Offloading (FPSO); Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF); dan Gas Export Pipeline (GEP),” tulis Inpex dalam keterangan tertulisnya.

Seluruh paket proyek ini juga dirancang untuk mengakomodasi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS). Saat ini, kontrak telah ditandatangani untuk paket FPSO, SURF, dan GEP.

Inpex menerapkan metode dual FEED untuk paket FPSO, dengan melibatkan dua tim kontraktor berbeda yang bekerja secara paralel. Tim dengan hasil teknis dan biaya terbaik akan dipilih untuk melanjutkan pembangunan. Metode yang sama akan dipakai pada pembangunan kilang LNG di darat.

Proyek ini ditargetkan memproduksi LNG hingga 9,5 juta ton per tahun (mtpa). Selain mendukung ketahanan energi nasional, proyek ini juga diharapkan menjadi sumber energi rendah karbon yang stabil bagi Indonesia, Jepang, dan negara-negara Asia lainnya.

Dampak Ekonomi dan Energi Bersih

Selain meningkatkan kapasitas energi nasional, pengembangan Blok Masela akan memberi kontribusi signifikan pada ekonomi kawasan timur Indonesia. Penyerapan tenaga kerja diproyeksikan mencapai 10.000 orang selama masa pembangunan.

“Proyek ini diharapkan menjadi sumber energi rendah karbon yang stabil jangka panjang, dan berkontribusi besar pada pembangunan ekonomi wilayah timur serta mendukung target net zero emission 2060,” tulis Inpex.

Blok Masela juga menjadi contoh proyek energi yang memadukan kebutuhan energi dan keberlanjutan lingkungan. Melalui penerapan CCS, proyek ini sejalan dengan upaya pemerintah menekan emisi karbon dan mendukung transisi energi.

Sejarah Panjang Blok Masela

Blok Masela menyimpan cadangan gas raksasa sekitar 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan terletak 160 km lepas pantai Pulau Yamdena, Laut Arafura, dengan kedalaman laut 400-800 meter. Perjalanan proyek ini dimulai sejak 1998 saat kontrak bagi hasil ditandatangani. Dua tahun kemudian, Inpex menemukan cadangan gas jumbo di lapangan ini.

Perjalanan panjang menuju pengembangan penuh baru terlihat hasilnya pada 2019 ketika Pemerintah Indonesia menyetujui Rencana Pengembangan (Plan of Development/PoD) pertama. Dalam PoD-I, Inpex akan memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas bumi, dan 35.000 barel kondensat per hari.

Sempat terjadi dinamika kepemilikan, di mana Shell yang memegang 35% saham mundur pada 2023. Posisi tersebut kemudian diambil alih oleh Pertamina Hulu Energi sebesar 20% dan Petronas 15%. Saat ini, Inpex tetap menjadi pemegang hak partisipasi terbesar dengan 65%.

Pada 2023, pemerintah juga menyetujui Revisi 2 PoD-I yang memasukkan teknologi CCS, sebagai komitmen pengembangan energi bersih. Langkah itu berlanjut ke tender FEED dan akhirnya, pada 4 Agustus 2025, pelaksanaan FEED resmi dimulai.

Harapan ke Depan

Dengan dimulainya FEED, pemerintah optimistis proyek strategis ini bisa berjalan sesuai target dan menjadi pendorong transformasi energi Indonesia. Infrastruktur kompleks seperti pengeboran laut dalam, subsea facility, FPSO, hingga kilang LNG di darat akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi para mitra, termasuk Pertamina.

Jika semua berjalan sesuai rencana, Indonesia tidak hanya memiliki tambahan pasokan LNG yang signifikan, tetapi juga menorehkan pencapaian penting dalam pembangunan energi berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi di kawasan timur.

Terkini

Harga HP Infinix Terbaru September 2025 Semua Seri

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:14 WIB

POCO C85 Resmi Masuk Indonesia, Baterai Besar 6000mAh

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:12 WIB

Ramalan Shio 11 September 2025: Energi Positif Tiap Shio

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:11 WIB

Harga Sembako Jatim Hari Ini: Cabai dan Bawang Naik

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:10 WIB

Cek Penerima Bansos PKH BPNT 2025 Mudah Cepat

Rabu, 10 September 2025 | 16:22:09 WIB