Industri Baja Nasional Tertekan, Harapan Bangkit di 2025

Rabu, 06 Agustus 2025 | 11:43:18 WIB
Industri Baja Nasional Tertekan, Harapan Bangkit di 2025

JAKARTA - Industri baja di Indonesia tengah berada dalam situasi menantang. Di tengah proyeksi kenaikan konsumsi baja pada 2025, produsen nasional justru harus berjuang keras karena harga global yang menurun dan gempuran impor murah yang menekan pasar domestik. Kondisi ini membuat kapasitas produksi belum mampu terserap secara optimal, sehingga kinerja industri terasa tertahan.

Harga Tertekan dan Ancaman Baja Impor

Penurunan harga baja global, terutama produk Hot Rolled Coil (HRC) dari China, mencapai 24–26% sepanjang setahun terakhir. Kini, harga baja berada di kisaran CNY 3.210–3.311 per ton atau sekitar USD 694 per ton. Penurunan ini menekan margin keuntungan produsen lokal, yang juga harus bersaing dengan baja impor berharga rendah.

Praktik dumping dari beberapa negara, termasuk China, memperburuk kondisi pasar. Data terbaru menunjukkan impor baja Indonesia meningkat hingga 42%, atau setara 4,05 juta ton sepanjang 2023. Akibatnya, utilisasi pabrik lokal hanya berkisar 60–65% dari kapasitas produksi yang ada. Ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan ini membuat produsen kesulitan menjaga profitabilitas, meski permintaan domestik mulai menunjukkan tanda pertumbuhan.

Harapan Baru di Tengah Tekanan Pasar

Meski tantangan berat membayangi, prospek kebangkitan industri baja tetap terbuka. Konsumsi baja nasional diproyeksikan naik antara 3,8% hingga 5,5% pada 2025, seiring dengan pertumbuhan sektor konstruksi, otomotif, dan manufaktur. Pemerintah juga tengah mendorong proyek infrastruktur senilai sekitar Rp 400 triliun, yang diharapkan bisa menyerap produksi baja lokal secara signifikan.

PT Krakatau Steel (KRAS) bersama pelaku industri baja lainnya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk bertahan. Upaya yang ditempuh meliputi efisiensi operasional, transformasi teknologi, dan peningkatan standar mutu produk sesuai SNI agar bisa bersaing di pasar internasional. Di sisi lain, pemerintah mendorong kebijakan antidumping serta pengaturan tarif impor untuk memberikan perlindungan bagi pasar domestik.

Kontribusi sektor baja bagi perekonomian tidak bisa dianggap remeh. Industri ini menyumbang sekitar 11,5% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, dengan total investasi mencapai Rp 238 triliun pada 2024. Dengan potensi pasar domestik yang besar, sinergi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi kunci agar baja nasional mampu kembali menguat di tengah derasnya tekanan global.

Terkini

Film Sukma Tawarkan Horor Psikologis dan Refleksi Manusia

Kamis, 11 September 2025 | 14:09:08 WIB

Rivian R1S One Off Hadir dengan Livery Warna Retro

Kamis, 11 September 2025 | 14:08:59 WIB

4 Mobil Listrik Volkswagen Hadir untuk Kota Modern

Kamis, 11 September 2025 | 14:08:51 WIB

Audi Concept C Tampilkan Sportscar Listrik Modern dan Ikonik

Kamis, 11 September 2025 | 14:08:48 WIB

BMKG Ingatkan Masyarakat Malang Waspadai Cuaca Ekstrem

Kamis, 11 September 2025 | 14:08:42 WIB