Pacu Jalur: Tradisi Riau yang Mendunia dan Sarat Makna

Kamis, 14 Agustus 2025 | 10:18:18 WIB
Pacu Jalur: Tradisi Riau yang Mendunia dan Sarat Makna

JAKARTA - Bagi masyarakat Kuantan Singingi, Riau, Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung. Ia adalah warisan budaya yang menyatukan warga, mengikat sejarah, dan kini mendunia berkat sorotan media sosial. Dari tepian Sungai Kuantan, suara sorak penonton, dentuman meriam, hingga gerakan penari di atas perahu, semuanya membentuk kisah yang menghidupkan semangat kebersamaan.

Baru-baru ini, Pacu Jalur kembali menjadi buah bibir setelah aksi seorang penari cilik di atas perahu viral di dunia maya. Bahkan, klub sepak bola ternama asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), ikut mengunggah video para pemainnya meniru gaya Rayyan Arkan Dikha, sang penari yang mencuri perhatian. Fenomena ini membuat banyak orang penasaran dengan tradisi berusia ratusan tahun tersebut.

Fakta-Fakta Menarik Pacu Jalur

1. Ritual Adat dalam Pembuatan Jalur
Setiap jalur sebutan untuk perahu panjang dibuat melalui rangkaian upacara adat. Proses ini dipimpin oleh dukun atau pawang, mulai dari pemilihan kayu dengan upacara Babalian dan Batonung, hingga ritual menyemah, yaitu memberikan sesajen sebagai penghormatan kepada penunggu pohon. Bagi warga, hal ini diyakini memberi perlindungan selama proses pembuatan perahu.

2. Skala Besar, Partisipasi Ribuan Orang
Pacu Jalur bukan lomba biasa. Pada 2019, tercatat 175 perahu dengan 9.625 pendayung ikut serta angka yang memecahkan rekor MURI. Penontonnya pun membludak, seperti pada 2022 yang dihadiri sekitar 50.000 orang memadati tepian Sungai Kuantan.

3. Diperingati di Momen Spesial
Tradisi ini bermula pada masa kolonial Belanda untuk merayakan hari lahir Ratu Wilhelmina setiap Agustus. Setelah kemerdekaan, waktunya menyesuaikan perayaan penting, seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, atau Hari Kemerdekaan RI.

4. Dentuman Meriam sebagai Sinyal Start
Dengan jumlah peserta yang banyak dan lintasan yang panjang, meriam digunakan sebagai tanda dimulainya lomba. Dentuman pertama memberi aba-aba bersiap, dentuman kedua menandakan siap mendayung, dan dentuman ketiga memulai pacuan. Suaranya yang menggelegar mampu terdengar hingga ke seluruh arena.

5. Diangkat ke Google Doodle
Pada HUT RI ke-77, Pacu Jalur menjadi tema Google Doodle karya Wastana Haikal. Ilustrasinya menampilkan perahu jalur dengan pendayung serempak, melambangkan persatuan, kerja sama, dan keberagaman.

6. Nilai Gotong Royong dan Musyawarah
Di balik kemeriahan lomba, Pacu Jalur juga menjadi ajang kebersamaan warga. Mulai dari rapat desa (Rapek Banjar) untuk membentuk panitia, mencari kayu, membuat hingga mengecat jalur semua dilakukan secara kolektif.

7. Berawal dari Alat Transportasi
Pada abad ke-17, jalur berfungsi sebagai sarana transportasi di Sungai Kuantan. Terbuat dari batang kayu utuh, perahu ini mampu mengangkut 40–60 orang dan digunakan untuk mengirim hasil panen. Seiring waktu, jalur dihias ornamen khas dan bertransformasi menjadi ikon budaya.

Lebih dari Sekadar Perlombaan

Pacu Jalur adalah bukti bahwa tradisi mampu bertahan sekaligus beradaptasi. Kehadirannya di dunia digital melalui video viral dan dukungan publik internasional membuktikan bahwa warisan lokal bisa menembus batas ruang dan waktu. Dari tepian sungai di Riau, gaungnya sampai ke klub sepak bola Eropa.

Tak hanya memacu adrenalin, tradisi ini juga mengajarkan pentingnya kerja sama, disiplin, dan menghargai akar budaya. Setiap dentuman meriam, setiap kayuhan, dan setiap sorakan penonton adalah bagian dari cerita panjang yang terus hidup.

Terkini