Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok, Konsumen Kini Punya Pilihan

Senin, 18 Agustus 2025 | 11:15:18 WIB
Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok, Konsumen Kini Punya Pilihan

JAKARTA - Pasar mobil listrik bekas sedang bergolak. Harga jual yang kian merosot membuat kendaraan ramah lingkungan ini semakin terjangkau bagi konsumen. Penurunan nilai jual bukan hanya menimpa mobil listrik produksi Tiongkok, tetapi juga merek asal Korea Selatan. Kondisi ini memunculkan dinamika baru di bursa mobil bekas, sekaligus menimbulkan tantangan bagi pabrikan yang terus menghadirkan model baru dengan banderol lebih murah.

Daniel Libianto, pemilik diler mobil bekas Victory 88 di MGK Kemayoran, mengungkapkan bahwa fenomena penurunan harga sudah tak bisa dihindari. “Ioniq sekarang parah. Ioniq sebenarnya tidak terlalu ini (mengikuti persaingan harga). Tapi, kayaknya dia tergerus mobil China, mau enggak mau strategi pemasarannya kelihatannya mulai nyontek,” ujar Daniel.

Hal senada disampaikan Andi Supriadi, pemilik Jordy Motor, yang menilai turunnya harga mobil listrik bekas tidak lepas dari derasnya arus produk baru. “Mengeluarkan model baru, merek baru, dan harga lebih murah. Otomatis yang lama pasti hancur harganya,” katanya.

Anjlok hingga 40 Persen, Banyak Konsumen Tertarik

Penurunan harga mobil listrik bekas bisa mencapai 40 persen. Andi mencontohkan, BYD yang semula dijual hampir Rp600 juta, kini harga bekasnya tinggal sekitar Rp320 juta. Begitu pula Hyundai Ioniq 5 yang semula dipasarkan Rp755 juta, saat ini berada di kisaran Rp500 jutaan.

Pantauan di situs jual beli online memperlihatkan tren serupa. BYD Seal tipe Premium, misalnya, dipasarkan baru seharga Rp639 juta, sementara kondisi bekasnya sudah ditawarkan di angka Rp400 jutaan.

Tidak hanya itu, Wuling Air ev yang semula dijual Rp184 juta, kini harga bekasnya turun ke kisaran Rp130–170 jutaan. Chery Omoda E5 (atau kini Chery E5) juga mengalami penyesuaian, dari harga baru Rp369,9–399,9 juta menjadi Rp320 jutaan untuk unit tahun 2024.

Bahkan merek besar seperti Toyota dan Nissan tidak luput dari tren depresiasi ini. Nissan Leaf yang baru masih dijual Rp738–744 juta, kini bekas tahun produksi 2022 hanya Rp265 jutaan. Toyota bZ4X pun turun drastis, dari harga baru di atas Rp1 miliar menjadi Rp585–625 juta untuk unit bekas tahun 2024.

Diskon Ratusan Juta, Mobil Baru Pun Ikut Tertekan

Menariknya, penurunan harga mobil listrik bekas juga dipicu oleh diskon besar-besaran untuk unit baru. Hyundai Ioniq 5, salah satu model populer di Indonesia, kini ditawarkan dengan potongan harga fantastis di berbagai daerah.

Seorang tenaga penjual Hyundai di Jakarta menyebut, “Diskon untuk NIK 2025 ada, cuma tidak sebesar yang 2024, misal untuk tipe Signature Long Range bisa sampai di bawah Rp700 juta dari harga awal Rp844.700.000.”

Di Bali, diskon untuk tipe yang sama mencapai Rp120 juta dari harga OTR Rp934,7 juta. Di Yogyakarta, potongannya bahkan lebih besar, hingga Rp160 juta dari harga awal Rp927,6 juta. Sementara di Solo Baru, Ioniq 5 ditawarkan dengan harga Rp773 juta dari harga normal Rp927 juta.

Tenaga penjual juga menyebut diskon masih bisa dinegosiasikan lebih lanjut setelah pembayaran tanda jadi. Hal ini membuat konsumen memiliki banyak ruang untuk mendapatkan harga terbaik. Menariknya, status NIK 2024 maupun 2025 tetap dihitung sebagai mobil baru, sehingga garansi dan layanan purna jual tidak terpengaruh.

Konsumen Diuntungkan, Pabrikan Dihadapkan Tantangan

Fenomena anjloknya harga mobil listrik bekas tentu memberi peluang bagi konsumen untuk mendapatkan kendaraan ramah lingkungan dengan harga lebih bersahabat. Namun di sisi lain, kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pabrikan. Kehadiran model baru dengan harga agresif membuat model lama cepat kehilangan nilai jual.

Di bursa mobil bekas, situasi ini juga membuat mobil konvensional relatif lebih stabil dibandingkan mobil listrik. Konsumen kini dihadapkan pada pilihan: membeli mobil listrik bekas dengan harga miring, atau memanfaatkan diskon ratusan juta untuk mobil listrik baru.

Apapun pilihannya, jelas bahwa pasar mobil listrik di Indonesia sedang bergerak dinamis. Persaingan ketat antarprodusen akan terus terjadi, dan konsumen menjadi pihak yang paling diuntungkan dengan banyaknya opsi harga menarik di pasaran.

Terkini

Adhi Karya Siapkan Pendanaan Swasta untuk LRT Jabodebek

Senin, 08 September 2025 | 15:48:25 WIB

BPI Danantara Siapkan Proyek PLTSa di Lima Kota Besar

Senin, 08 September 2025 | 15:48:22 WIB

Pemerintah Bersama PLN Jaga Kestabilan Tarif Listrik 2025

Senin, 08 September 2025 | 15:48:19 WIB

Skrining Kesehatan BPJS Kini Lebih Mudah di Aplikasi

Senin, 08 September 2025 | 15:48:16 WIB