Harga Batu Bara Agustus Naik Tipis, Prospek September Dipantau

Senin, 01 September 2025 | 13:27:50 WIB
Harga Batu Bara Agustus Naik Tipis, Prospek September Dipantau

JAKARTA - Harga batu bara menutup perdagangan Agustus dengan sedikit kenaikan, meski sepanjang bulan komoditas ini masih mencatat koreksi. Pada Jumat, 29 Agustus 2025, kontrak batu bara Newcastle untuk pengiriman bulan mendatang ditutup di level US$ 109,6 per ton, naik tipis 0,05% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Meskipun begitu, sepanjang pekan lalu harga batu bara tercatat mengalami koreksi mingguan terdalam dalam tujuh pekan terakhir, dengan penurunan point-to-point sebesar 1,53%. Secara bulanan, harga batu bara di pasar internasional terpangkas 4,74%. Koreksi ini menimbulkan perhatian pelaku industri karena berpotensi memengaruhi pendapatan produsen batu bara di Indonesia.

Pencabutan Mandatori Harga Patokan Batu Bara

Salah satu faktor utama di balik tekanan harga batu bara adalah kebijakan pemerintah yang mencabut kewajiban penggunaan Harga Patokan Batu Bara (HPB) untuk ekspor. Perubahan ini memungkinkan penambang menjual batu bara dengan harga lebih fleksibel sesuai mekanisme pasar.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Sudirman Widhy Hartono, menilai kebijakan mandatori harga acuan untuk ekspor kurang tepat. Menurutnya, transaksi seharusnya dilakukan melalui mekanisme pasar tanpa intervensi pemerintah.

“Kalau dipatok harga oleh Kementerian ESDM, produsen justru kesulitan. Belum tentu pembeli dari luar bersedia menurunkan harga sesuai ketentuan pemerintah. Faktanya memang begitu,” jelas Sudirman.

Akibat pencabutan mandatori, pasokan batu bara Indonesia berpotensi melimpah di pasar global, sehingga menekan harga. Konsumen utama, seperti China dan India, kini dapat menawar harga sesuai kondisi pasar, bukan mengikuti HPB.

Analisis Teknikal dan Prospek Harga September

Dari sisi teknikal, batu bara masih berada dalam tren bearish jika dilihat dari perspektif bulanan. Relative Strength Index (RSI) berada di angka 41, menunjukkan tekanan jual masih dominan. Namun, indikator Stochastic RSI yang berada di level 58 menunjukkan adanya peluang pembelian, meski sinyal ini belum cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga signifikan.

Para analis menilai, harga batu bara untuk September berpotensi rebound dengan melihat pivot point di US$ 113 per ton. Jika berhasil menembus pivot point ini, harga berpeluang menguji level resisten berikutnya di US$ 115–119 per ton. Resisten lanjutan berada di kisaran US$ 120–126 per ton.

Di sisi lain, support terdekat berada di US$ 107 per ton. Penembusan di bawah level ini bisa menyebabkan harga melemah hingga US$ 106–104 per ton, menandakan tekanan jual masih cukup kuat. Dengan demikian, bulan September menjadi periode krusial bagi produsen dan pedagang batu bara untuk menentukan strategi penjualan.

Dinamika Pasar dan Pengaruh Global

Kondisi pasar global turut memengaruhi pergerakan harga batu bara. Sebagai salah satu eksportir utama, keputusan kebijakan pemerintah Indonesia berdampak langsung pada pasokan global. Penarikan aturan HPB membuat produsen lebih fleksibel, tetapi juga meningkatkan persaingan harga di pasar internasional.

China dan India, sebagai importir besar, kini dapat menegosiasikan harga yang lebih kompetitif. Hal ini menuntut produsen Indonesia untuk menyesuaikan strategi penjualan agar tetap menarik di mata pembeli. Dengan kata lain, harga batu bara akan lebih bergantung pada permintaan global dan kemampuan produsen menawarkan harga yang kompetitif.

Peluang dan Risiko di Bulan September

Harga batu bara menutup Agustus dengan kenaikan tipis, tetapi secara bulanan tetap mengalami koreksi. Pencabutan mandatori HPB memengaruhi mekanisme penetapan harga dan membuat pasar lebih fleksibel, meski potensi kelebihan pasokan tetap menjadi risiko bagi produsen.

Secara teknikal, ada peluang rebound dengan target resisten di US$ 115–119 per ton, sementara support terdekat berada di US$ 107 per ton. Pelaku industri perlu memantau perkembangan pasar global, khususnya negosiasi dengan China dan India, karena permintaan dari kedua negara sangat menentukan arah pergerakan harga batu bara di bulan September.

Dengan kombinasi faktor internal dan eksternal ini, September akan menjadi bulan penting bagi produsen batu bara untuk menyesuaikan strategi penjualan, menjaga volume ekspor, dan memaksimalkan pendapatan tanpa menekan harga terlalu rendah di pasar internasional.

Terkini