Mengenal 10 Pakaian Tradisional Jepang dan Fungsinya

Selasa, 02 September 2025 | 11:49:41 WIB
Mengenal 10 Pakaian Tradisional Jepang dan Fungsinya

JAKARTA - Jepang terkenal dengan budaya yang kaya dan beragam, termasuk dalam hal pakaian tradisional. Dari kimono yang elegan hingga yukata yang kasual, setiap busana memiliki sejarah, fungsi, dan keunikan tersendiri. Meski sering dianggap sama, kimono dan yukata berbeda secara signifikan, baik dari bahan, penggunaan, hingga kesempatan dikenakan. Selain itu, ada beragam jenis pakaian tradisional lain yang menampilkan kekayaan budaya Jepang secara lengkap.

Kimono dan Yukata: Klasik versus Kasual

Kimono adalah pakaian tradisional yang berusia ratusan tahun, biasanya dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti sutra atau brokat. Busana ini bisa dikenakan sepanjang tahun dengan motif yang menyesuaikan musim. Kimono wanita berbentuk terusan, sementara kimono pria berbentuk setelan, dilengkapi beberapa lapisan seperti nagajuban, date eri, dan obi sebagai ikat pinggang. Kerah kanan harus berada di bawah kerah kiri saat dipakai, dan busana ini sering digunakan dalam pentas kabuki maupun oleh geisha.

Sementara itu, yukata dibuat dari bahan katun yang lebih ringan dan murah, sehingga cocok dikenakan di musim panas atau sebagai jubah mandi di pemandian air panas. Awalnya, yukata hanya berwarna putih dan biru tua, namun kini hadir dalam beragam warna cerah dan motif modern, seperti bunga, polkadot, atau buah-buahan. Meskipun lebih santai, yukata tetap memakai aksesoris serupa kimono, termasuk obi, alas kaki geta atau zori, dan kaus kaki tabi.

Jenis Pakaian Tradisional Jepang Lainnya

Furisode – Kimono formal wanita muda dengan lengan panjang, digunakan untuk acara penting seperti upacara kedewasaan dan pernikahan. Terbuat dari sutra dengan warna cerah dan motif khas Jepang.

Jinbei – Pakaian santai untuk pria maupun wanita saat musim panas, terbuat dari kain ringan dan nyaman, sering digunakan di rumah atau saat festival.

Haori dan Hakama – Haori adalah mantel yang dikenakan di atas kimono, sementara hakama adalah celana seperti rok. Biasanya dipakai oleh pria saat pernikahan atau upacara resmi, namun kini juga dikenakan wanita untuk acara tertentu atau seni bela diri.

Samue – Pakaian longgar dan nyaman yang awalnya digunakan oleh biksu di kuil. Terbuat dari katun, samue kini juga dipakai sebagai pakaian rumahan yang santai.

Komon – Kimono dengan motif kecil yang menutupi seluruh bagian, cocok untuk acara kasual. Pewarnaan tradisional seperti yuzen memberikan tampilan anggun meski sederhana.

Fundoshi – Pakaian dalam tradisional pria berupa kain yang dililitkan di pinggang. Kini jarang dipakai sehari-hari, namun masih muncul di festival dan olahraga sumo sebagai varian mawashi.

Happi – Mantel pendek dengan lengan lebar, berwarna cerah dan memiliki lambang khas kelompok atau acara tertentu. Digunakan saat festival atau parade, dipadukan dengan hakama dan sandal geta.

Uchikake – Kimono pernikahan wanita yang dikenakan di atas kimono utama, biasanya dihiasi bordir dan sulaman rumit dengan motif bunga, burung, atau alam. Simbol keanggunan dan budaya dalam upacara pernikahan.

Keanekaragaman yang Menarik

Pakaian tradisional Jepang tidak hanya berfungsi sebagai busana, tetapi juga sarana mengekspresikan status sosial, momen kehidupan, dan identitas budaya. Dari formal hingga kasual, setiap jenis memiliki peran dan keunikan tersendiri. Baik kimono, yukata, maupun jenis lain seperti furisode, jinbei, dan uchikake menunjukkan bagaimana tradisi Jepang tetap terjaga sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Bagi siapa pun yang ingin memahami budaya Jepang lebih dekat, mengenakan atau menyaksikan pakaian tradisional ini menjadi pengalaman yang mendalam dan edukatif. Saat berkunjung ke Jepang, mencoba kimono atau yukata bisa menjadi cara menarik untuk merasakan sejarah dan estetika negeri sakura secara langsung.

Terkini