Wamen Investasi Bidik Hilirisasi Batu Bara Jadi Metanol untuk Dukung Biofuel

Rabu, 19 Maret 2025 | 09:20:53 WIB
Wamen Investasi Bidik Hilirisasi Batu Bara Jadi Metanol untuk Dukung Biofuel

JAKARTA – Pemerintah terus mendorong hilirisasi batu bara menjadi metanol guna mendukung program biofuel sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan nasional saat ini tengah mengembangkan produksi metanol dari batu bara.

“Ada beberapa korporasi nasional kita yang sedang mengembangkan produk metanol dari batu bara,” ujar Todotua dalam Mining Forum bertema “Industri Tambang di Tengah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen dan Gejolak Dunia” yang digelar di Jakarta.

Impor Metanol Masih Tinggi

Menurut Todotua, metanol berperan penting dalam implementasi program biofuel yang dikelola Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada impor metanol untuk memenuhi kebutuhan pencampuran biodiesel.

Ia menjelaskan, pada tahap implementasi Biodiesel 35 (B35), pemerintah masih mengimpor sekitar 1,8 juta ton metanol. Sementara itu, pada Januari 2025, standar biodiesel akan meningkat dari B35 menjadi B40. Dengan peningkatan ini, impor metanol diperkirakan mencapai 2,3 juta hingga 2,5 juta ton per tahun.

“Metanol ini salah satu bahan utama dalam produksi biofuel. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan tata kelola sumber daya alam yang kita miliki agar lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energi,” jelas Todotua.

Target Biodiesel B50 di 2026

Pemerintah juga telah menetapkan target lebih ambisius dengan mengimplementasikan Biodiesel 50 (B50) pada 2026. Presiden Prabowo Subianto memberikan arahan langsung untuk percepatan program ini guna mewujudkan kedaulatan energi nasional.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menambahkan bahwa untuk mengimplementasikan B50, Indonesia membutuhkan sekitar 2,3 juta ton metanol. Namun, kapasitas produksi dalam negeri masih jauh dari angka tersebut.

“Ketersediaan metanol dalam negeri masih terbatas. Saat ini, produksi baru sekitar 300 ribu ton, sedangkan kebutuhan mencapai 2,3 juta ton. Artinya, sekitar 2 juta ton masih harus diimpor,” ujar Yuliot di Jakarta.

Pemerintah pun terus mendorong proyek-proyek strategis nasional (PSN) untuk mengatasi defisit metanol, termasuk pembangunan fasilitas bioetanol di Bojonegoro.

“Kami sedang mengejar pengembangan PSN bioetanol di Bojonegoro sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan impor,” tambah Yuliot.

Mendorong Hilirisasi untuk Kemandirian Energi

Dengan besarnya ketergantungan pada impor metanol, hilirisasi batu bara menjadi metanol dianggap sebagai solusi jangka panjang untuk mendukung industri biofuel. Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam domestik guna memperkuat ketahanan energi nasional.

Pemerintah berharap upaya hilirisasi ini dapat mempercepat transisi energi menuju bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor metanol yang masih tinggi.

Terkini