JAKARTA - Harga emas dunia kembali mencetak sejarah baru setelah melonjak tajam dan menembus level tertinggi sepanjang masa, berada di atas USD 3.900 per ons pada penutupan perdagangan Senin, 7 Oktober 2025. Kenaikan spektakuler ini menandai babak baru bagi logam mulia tersebut di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Lonjakan harga emas kali ini tidak hanya dipicu oleh faktor ekonomi, melainkan juga oleh situasi politik yang memanas di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang. Kombinasi ketidakpastian global ini membuat investor berbondong-bondong mengalihkan aset mereka ke emas, yang dikenal sebagai instrumen investasi paling aman atau safe haven.
Sentimen Politik dan Suku Bunga Jadi Pendorong Utama
Mengutip laporan perdagangan terbaru pada Selasa, 7 Oktober 2025, harga emas spot tercatat naik 1,8 persen menjadi USD 3.956,19 per ons. Bahkan sempat menyentuh level tertinggi intraday di USD 3.969,91 per ons. Sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember ditutup 1,7 persen lebih tinggi di USD 3.976,3 per ons.
Analis dari Marex, Edward Meir, menjelaskan bahwa pergerakan harga emas belakangan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai gejolak global. Menurutnya, perkembangan politik di Prancis, peningkatan imbal hasil obligasi Jepang akibat kekhawatiran inflasi, serta penutupan pemerintahan AS yang masih berlangsung menjadi faktor utama yang memperkuat permintaan terhadap emas.
“Perkembangan politik di Prancis, kenaikan imbal hasil obligasi Jepang karena kekhawatiran inflasi, dan penutupan pemerintahan AS yang berlanjut turut memperkuat sentimen terhadap emas,” ungkap Meir.
Situasi di Prancis semakin tidak menentu setelah Perdana Menteri baru, Sebastien Lecornu, bersama kabinetnya mengundurkan diri hanya beberapa jam setelah dilantik. Keputusan itu memperdalam krisis politik di negara tersebut dan menambah kekhawatiran pasar.
Sementara di Amerika Serikat, penutupan pemerintahan (government shutdown) telah memasuki hari keenam. Gedung Putih memperingatkan adanya risiko pemutusan hubungan kerja massal terhadap pegawai federal apabila kebuntuan politik tidak segera terselesaikan.
Reli Emas Terus Berlanjut, Target Baru Capai USD 4.200
Harga emas sepanjang 2025 telah mencatat kenaikan luar biasa, naik sekitar 50 persen sejak awal tahun. Lonjakan tersebut ditopang oleh beberapa faktor utama seperti ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, serta meningkatnya permintaan emas sebagai aset pelindung di tengah pelemahan dolar AS.
Emas spot pertama kali menembus level USD 3.000 per ons pada Maret 2025, dan terus merangkak naik hingga mencapai USD 3.800 per ons di akhir September. Meir menilai bahwa momentum kenaikan ini belum akan berhenti dalam waktu dekat.
“Fakta bahwa harga sudah mendekati USD 4.000 menunjukkan beberapa dana besar mungkin mencoba mendorongnya menembus level psikologis tersebut,” jelasnya.
Dalam situasi di mana suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil tetap menjadi pilihan utama investor. Hal ini dikarenakan logam mulia tersebut mampu menjaga nilai kekayaan ketika pasar keuangan dilanda ketidakpastian.
Pasar kini memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bulan Oktober, dengan kemungkinan penurunan tambahan sebesar 25 basis poin lagi pada Desember mendatang.
“Kami melihat momentum yang kuat dan alasan fundamental yang jelas bagi reli emas, dan kini memperkirakan harga dapat mencapai USD 4.200 per ons pada akhir tahun ini,” tulis lembaga keuangan UBS dalam analisis terbarunya.
Prediksi tersebut menandakan bahwa harga emas masih memiliki potensi kenaikan lebih lanjut, terutama jika kondisi ekonomi global terus menunjukkan tekanan dan dolar AS tetap melemah.
Kenaikan Logam Mulia Lain Ikut Mengikuti
Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga ikut menunjukkan penguatan signifikan di pasar. Perak spot tercatat naik 1,4 persen menjadi USD 48,66 per ons — level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun terakhir.
Sementara itu, platinum menguat 1,4 persen ke posisi USD 1.626,75 per ons, dan paladium bahkan melonjak hingga 4,3 persen menjadi USD 1.315,17 per ons.
Kenaikan harga pada berbagai logam ini menegaskan tren investor global yang tengah menghindari aset berisiko tinggi, seperti saham dan obligasi, untuk beralih ke aset nyata yang lebih stabil nilainya.
Emas Kembali Jadi “Pelindung Nilai” di Tengah Ketidakpastian
Reli harga emas dunia yang terus berlanjut menunjukkan bahwa logam mulia ini kembali menegaskan posisinya sebagai aset pelindung nilai (store of value) di tengah turbulensi ekonomi dan politik global.
Dalam kondisi seperti sekarang, para investor cenderung mencari aset yang mampu mempertahankan nilai meski pasar bergejolak. Emas, dengan sejarah panjangnya sebagai simbol stabilitas, kembali menjadi primadona di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter dan gejolak politik di negara-negara besar.
Dengan harga yang sudah menembus rekor tertinggi sepanjang masa dan potensi kenaikan menuju USD 4.200 per ons pada akhir tahun, emas diprediksi akan tetap menjadi fokus utama pasar keuangan global dalam beberapa bulan ke depan.
Reli ini sekaligus menjadi cerminan dari kekhawatiran dunia terhadap arah ekonomi global dan menegaskan bahwa di tengah krisis, emas masih menjadi tempat berlindung paling aman bagi investor di seluruh dunia.