Pertamina Geothermal Energy Genjot Kapasitas Energi Bersih hingga 1,8 GW pada 2033

Kamis, 30 Oktober 2025 | 08:02:16 WIB
Pertamina Geothermal Energy Genjot Kapasitas Energi Bersih hingga 1,8 GW pada 2033

JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGE/PGEO) menegaskan langkah ambisiusnya dalam memperluas kapasitas pembangkit listrik berbasis energi bersih di Indonesia. Perseroan menargetkan pengelolaan kapasitas mandiri mencapai 1,8 gigawatt (GW) pada tahun 2033 mendatang.

Langkah besar ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk mendorong kemandirian energi nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat energi terbarukan di kawasan Asia. Dalam upayanya, PGE terus menambah kapasitas pembangkit yang beroperasi secara mandiri.

Pertengahan tahun ini, perusahaan berhasil menambah kapasitas baru melalui beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2. Fasilitas dengan kapasitas 55 megawatt (MW) ini menjadi penopang penting dalam portofolio energi bersih PGE yang kini mencapai 727 MW dari enam wilayah operasional.

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa perusahaan sedang berfokus mengejar target 1 GW kapasitas mandiri dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan. Ia menegaskan, pencapaian target itu bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju swasembada energi nasional.

“Oleh karena itu, kami terus menatap ke depan untuk mewujudkan target 1,8 GW pada 2033 dan mengembangkan potensi panas bumi hingga 3 GW,” ujarnya.

Langkah Strategis dan Komitmen Keberlanjutan

PGE saat ini tengah menggarap berbagai proyek penting untuk mempercepat pencapaian target kapasitas tersebut. Salah satu proyek utama adalah Hululais Unit 1 dan 2 dengan total kapasitas 110 MW, serta pengembangan proyek co-generation berkapasitas 230 MW.

Selain itu, kegiatan eksplorasi juga terus diperluas di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tiga, yang sebelumnya telah diresmikan oleh Presiden Prabowo pada bulan Juni 2025. Langkah ini menandai komitmen PGE untuk memperkuat portofolio energi terbarukan di berbagai wilayah potensial di Indonesia.

Menurut Julfi, perluasan kapasitas ini bukan sekadar mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan. Ia menegaskan, upaya ini juga menjadi wujud nyata komitmen PGE dalam menghadirkan manfaat bagi masyarakat melalui pemanfaatan energi panas bumi yang bersih dan berkelanjutan.

“PGE berkomitmen menghadirkan dampak positif jangka panjang bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Kami ingin menjadi motor penggerak utama dalam menciptakan masa depan energi bersih untuk Indonesia,” tambahnya.

Langkah PGE ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mempercepat transisi menuju net zero emission. Dengan sumber daya panas bumi yang besar, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pionir di sektor energi hijau kawasan Asia Tenggara.

Kinerja Keuangan Tumbuh, Tantangan Efisiensi Masih Membayangi

Dari sisi kinerja, kontribusi PLTP Lumut Balai Unit 2 yang mulai beroperasi pertengahan tahun ini berhasil meningkatkan performa keuangan perusahaan. Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio, menyebut bahwa capaian pendapatan perusahaan tumbuh 4,19% year on year (YoY) menjadi US$318,86 juta hingga kuartal III/2025.

Realisasi pendapatan tersebut bahkan melampaui target awal sebesar US$314,30 juta, menandakan peningkatan efisiensi operasional dan pengelolaan aset panas bumi. “Pencapaian ini menjadi bukti nyata kemampuan perseroan dalam memperkuat kinerja operasional sekaligus mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Rio.

Meski demikian, kinerja laba bersih perseroan belum sejalan dengan peningkatan pendapatan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2025, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk tercatat US$104,27 juta atau sekitar Rp1,73 triliun (asumsi kurs Rp16.602 per dolar AS).

Angka tersebut turun 22,17% YoY dibandingkan laba bersih periode yang sama pada 2024 sebesar US$133,99 juta atau sekitar Rp2,22 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya yang naik 16,83% YoY menjadi US$140,21 juta.

Akibatnya, laba bruto PGE turun 3,95% YoY menjadi US$178,64 juta. Selain itu, beban umum dan administrasi juga mengalami kenaikan signifikan dari US$15,02 juta menjadi US$21,16 juta, yang turut menekan margin laba perusahaan.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski ekspansi kapasitas berjalan positif, efisiensi operasional masih menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi. Keseimbangan antara pertumbuhan pendapatan dan pengendalian biaya menjadi faktor kunci bagi PGE dalam menjaga profitabilitas jangka panjang.

Proyeksi dan Tantangan Bisnis ke Depan

Berdasarkan riset yang dirilis oleh Maybank Sekuritas pada 30 September 2025, prospek keuangan PGE hingga akhir tahun ini masih menunjukkan pola serupa. Pendapatan diperkirakan terus meningkat, namun laba bersih diprediksi tidak akan naik signifikan karena tingginya beban investasi.

Analis Maybank Sekuritas, Etta Rusdiana Putra dan Hasan Barakwan, menjelaskan bahwa strategi ekspansi besar-besaran yang dilakukan PGE memang membutuhkan biaya investasi yang tinggi di awal. Namun, langkah ini diyakini akan menjadi landasan pertumbuhan yang kuat dalam jangka panjang.

Keduanya memproyeksikan pertumbuhan kapasitas pembangkit PGE mencapai compound annual growth rate (CAGR) sebesar 7,7% selama periode 2024–2028. Dengan demikian, total kapasitas PGE diperkirakan meningkat menjadi 847 MW pada tahun 2028.

Pertumbuhan kapasitas ini juga akan mendorong kenaikan pendapatan secara bertahap. Maybank memperkirakan pendapatan PGE tumbuh 7% CAGR 2024–2028, mencapai US$533 juta pada 2028 mendatang.

Sementara itu, margin EBITDA diperkirakan tetap stabil di kisaran 82–83%, dan margin laba bersih berada antara 35–38% pada rentang 2025–2027. Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa efisiensi operasional tetap menjadi kunci keberhasilan PGE dalam menjaga profitabilitas.

Untuk tahun berjalan, pendapatan PGE diperkirakan mencapai US$426 juta, meningkat dibandingkan tahun 2024 yang sebesar US$407 juta. Namun, laba bersih tahun ini ditaksir menurun menjadi US$150 juta dari US$160 juta pada tahun sebelumnya.

Meski tekanan laba masih membayangi, arah strategi bisnis PGE tetap positif. Investasi besar dalam pengembangan kapasitas dan eksplorasi panas bumi diyakini akan memberikan dampak jangka panjang bagi ketahanan energi nasional.

Menatap Masa Depan Energi Bersih Indonesia

PGE terus memperkuat posisinya sebagai salah satu penggerak utama transisi energi bersih di Indonesia. Dengan target kapasitas 1,8 GW pada 2033, perusahaan optimistis dapat berperan besar dalam mendukung pencapaian target net zero emission 2060 yang dicanangkan pemerintah.

Langkah konsisten dalam pengembangan proyek baru, peningkatan efisiensi, dan komitmen terhadap keberlanjutan menjadi fondasi utama PGE dalam menghadapi masa depan energi yang lebih hijau. Di tengah dinamika industri energi global, panas bumi tetap menjadi aset strategis yang dapat diandalkan Indonesia.

Dengan dukungan teknologi modern, pendanaan yang kuat, dan kebijakan pemerintah yang pro-transisi energi, masa depan energi bersih nasional kian terbuka lebar. PGE pun siap melangkah sebagai motor utama dalam menjadikan Indonesia mandiri energi tanpa meninggalkan prinsip keberlanjutan lingkungan.

Terkini