Kenapa Harga Tiket Pesawat Mahal? Ini Penjelasan Lengkap dari Garuda Indonesia

Jumat, 23 Mei 2025 | 11:00:17 WIB
Kenapa Harga Tiket Pesawat Mahal? Ini Penjelasan Lengkap dari Garuda Indonesia

JAKARTA - Harga tiket pesawat yang semakin mahal menjadi keluhan masyarakat luas. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memberikan penjelasan resmi terkait faktor-faktor utama yang membuat tarif penerbangan sulit turun. Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi maskapai, termasuk kenaikan biaya operasional dan fluktuasi nilai tukar rupiah, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi V DPR RI di Jakarta.

Tiga Tantangan Utama Penyebab Kenaikan Harga Tiket Pesawat

Dalam penjelasannya, Wamildan menyebut ada tiga faktor utama yang mendorong harga tiket pesawat semakin mahal. Pertama, sejak tarif batas atas (TBA) terakhir ditetapkan pada 2019, struktur biaya maskapai mengalami perubahan signifikan, terutama peningkatan harga avtur (bahan bakar pesawat) dan biaya pemeliharaan atau maintenance.

“Kenaikan harga avtur dan beban maintenance menjadi beban utama yang membuat struktur biaya kami berubah drastis sejak 2019,” ujar Wamildan.

Kedua, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang melemah secara signifikan sejak 2019 juga berdampak besar pada biaya operasional. Banyak komponen biaya maskapai, seperti pemeliharaan, sewa pesawat, dan bahan bakar, dihitung dalam dolar AS sehingga pelemahan rupiah meningkatkan beban biaya.

Ketiga, margin keuntungan maskapai yang sangat tipis membuat industri penerbangan sangat rentan terhadap penurunan jumlah penumpang atau load factor. Wamildan mencontohkan bahwa penurunan load factor sebanyak 3-5 persen saja bisa berdampak signifikan pada profitabilitas maskapai.

“Penurunan load factor atau jumlah penumpang 3-5 persen, ini sangat mempengaruhi margin profit dari maskapai,” tegas Wamildan, dikutip dari Antara.

Biaya Operasional Penerbangan Meningkat 38 Persen dalam 6 Tahun

Sebagai gambaran, Wamildan memaparkan biaya sebuah penerbangan rute Cengkareng-Denpasar pada 2019 mencapai Rp 194 juta. Namun, hingga 2025, biaya tersebut melonjak menjadi Rp 269 juta atau naik sekitar 38 persen.

“Kenaikan biaya operasional ini disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari avtur, pemeliharaan, hingga biaya marketing dan layanan yang semuanya berbasis dolar AS,” kata Wamildan.

Data dari International Air Transport Association (IATA) menunjukkan bahwa dari 2012 hingga 2019, seluruh ekosistem industri penerbangan mengalami peningkatan margin keuntungan kecuali maskapai penerbangan itu sendiri. Kondisi ini sudah terjadi bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Usulan Penyesuaian Tarif Batas Atas (TBA)

Menanggapi kondisi biaya yang terus meningkat dan tekanan margin keuntungan, Garuda Indonesia mengajukan usulan penyesuaian tarif batas atas (TBA) kepada Ditjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan. Saat ini, rincian dan besaran usulan masih dalam tahap finalisasi.

“Untuk perhitungan tarif yang sebelumnya hanya berdasarkan jarak, namun sudah disepakati bahwa perhitungannya akan memperhitungkan juga block hour atau lamanya penerbangan,” jelas Wamildan.

Dengan perubahan formula perhitungan tarif ini, diharapkan tarif tiket dapat lebih mencerminkan biaya operasional yang sebenarnya sehingga maskapai dapat tetap beroperasi secara sehat tanpa harus mengorbankan kualitas layanan.

Implikasi untuk Penumpang dan Industri Penerbangan

Kondisi kenaikan harga tiket pesawat ini menjadi tantangan bagi konsumen yang ingin mendapatkan layanan transportasi udara dengan harga terjangkau. Namun, pihak Garuda Indonesia menegaskan bahwa kenaikan harga bukan semata-mata untuk mencari keuntungan berlebih, melainkan sebagai konsekuensi langsung dari perubahan ekonomi makro dan biaya operasional yang terus meningkat.

Sebagai salah satu maskapai nasional, Garuda Indonesia terus berupaya mencari solusi terbaik agar harga tiket tetap kompetitif tanpa mengurangi aspek keselamatan dan kenyamanan penerbangan.

Harga tiket pesawat yang mahal saat ini bukan hanya persoalan harga semata, tetapi merupakan refleksi dari kondisi biaya yang terus meningkat dan tantangan ekonomi makro yang dihadapi maskapai penerbangan. Kenaikan harga avtur, biaya maintenance yang besar, fluktuasi nilai tukar, serta margin keuntungan yang tipis, semuanya menjadi faktor utama yang menyebabkan harga tiket sulit turun.

Usulan penyesuaian tarif batas atas dengan memperhitungkan block hour penerbangan diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang bagi stabilitas tarif tiket pesawat.

Terkini

Menikmati Beragam Menu Lezat Marugame Udon di Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:18 WIB

Chocolate Bingsu, Dessert Segar Favorit Anak Muda Indonesia

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:16 WIB

4 Spot Burnt Cheesecake Paling Lezat di Malang

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:14 WIB

Menikmati Gelato Jogja: Ragam Rasa yang Menggoda Lidah

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:12 WIB

Little Salt Bread Viral: 4 Menu Best Seller Wajib Coba

Selasa, 09 September 2025 | 16:26:10 WIB