JAKARTA – Anak usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang bergerak di sektor jalan tol, yakni PT Waskita Toll Road (WTR), bersiap untuk melepas kepemilikan pada tiga ruas tol strategis dengan total nilai diperkirakan mencapai Rp4,95 triliun pada tahun 2025. Langkah ini merupakan bagian dari program divestasi aset perusahaan guna menyehatkan keuangan dan mengurangi beban liabilitas.
Presiden Direktur PT Waskita Toll Road, Daniel Fitzgerald Liman, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu arahan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), sebagai mitra strategis yang akan turut menentukan langkah divestasi selanjutnya.
“Kita baru masuk Danantara, kita tunggu arahannya. Kita diminta konsultasi dulu,” ujar Daniel kepada awak media di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta.
Ruas Tol yang Akan Dilepas
Divestasi ini mencakup tiga ruas tol dengan nilai dan kepemilikan berbeda, yakni:
-Tol Cimanggis – Cibitung, di mana WTR memiliki saham sebesar 35% melalui PT Cimanggis – Cibitung Tollways (CCT), dengan nilai kepemilikan sekitar Rp3,3 triliun.
-Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat, dengan kepemilikan saham WTR kurang dari 1% melalui PT Hutama Marga Waskita (HMW), setara Rp53 miliar.
-Tol Pemalang – Batang, melalui PT Pemalang Batang Toll Road (PBTR), WTR memiliki saham sebesar 60%, dengan estimasi nilai sebesar Rp1,6 triliun.
Divestasi ini menjadi bagian dari strategi restrukturisasi portofolio jalan tol yang dikelola oleh Waskita Karya dan anak usahanya, serta bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung pertumbuhan bisnis berkelanjutan.
Strategi Bisnis dan Target Keuangan WSKT
Direktur Utama PT Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, dalam rapat bersama Komisi VI DPR pada 5 Maret 2025 lalu, menegaskan bahwa program divestasi menjadi prioritas utama perusahaan tahun ini.
“Target di tahun 2025 adalah program divestasi. Saya sampaikan di sini bahwa ada divestasi yang akan kita lakukan di Pemalang Batang Toll Road (PBTR), ada CCT (PT Cimanggis Cibitung Tollways), termasuk HMW (PT Hutama Marga Waskita), ini kita programkan (divestasi) di tahun 2025,” ungkap Hanugroho.
Langkah divestasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target pendapatan tahunan sebesar Rp10,8 triliun pada tahun 2025. Menurut Hanugroho, percepatan proses divestasi akan berdampak positif terhadap neraca keuangan perusahaan.
“Semakin cepat, semakin baik kita bisa lakukan divestasi, paling tidak kita bisa mengurangi liabilities yang menjadi kewajiban manajemen untuk menguranginya. Selain itu, target output nanti akan mencapai target pendapatan kita di Rp10,8 triliun pada tahun 2025,” paparnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa proyeksi pendapatan tahun ini terdiri dari 73% dari nilai kontrak eksisting serta 27% dari kontrak baru. Meski perusahaan masih menghadapi tekanan laba bersih negatif, perbaikan kinerja EBITDA menjadi fokus utama.
“Target utama kita pada tahun 2025 memang masih mengalami negative net income, tapi kita upayakan EBITDA kita mencapai Rp914 miliar dari sebelumnya sekitar Rp600 miliar,” jelas Hanugroho.
Menanti Arah Strategis dari Danantara
Masuknya Waskita Toll Road ke dalam lingkup pengelolaan investasi BPI Danantara menjadi harapan baru untuk penyelesaian rencana divestasi tersebut. Danantara sebagai lembaga investasi pemerintah dinilai memiliki peran penting dalam memberikan arahan strategis dan dukungan eksekusi transaksi.
Proses konsultasi yang kini sedang berlangsung antara WTR dan Danantara menjadi kunci lanjutan untuk mengakselerasi divestasi ketiga ruas tol tersebut. Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah mendorong BUMN untuk memperkuat struktur permodalan dan mempercepat penyelesaian proyek-proyek infrastruktur nasional.