Fakta Olahraga di Kalangan Milenial dan Gen Z: Lebih dari Sekadar Tren

Jumat, 30 Mei 2025 | 10:13:57 WIB
Fakta Olahraga di Kalangan Milenial dan Gen Z: Lebih dari Sekadar Tren

JAKARTA - Di tengah meningkatnya minat olahraga di kalangan milenial dan Gen Z, masih banyak pihak yang dengan mudah melabeli fenomena ini sebagai bentuk FOMO (Fear of Missing Out). Padahal, semangat yang ditunjukkan generasi muda ini merupakan langkah positif menuju gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit tidak menular (PTM) yang kian mengancam masyarakat Indonesia.

Data dari berbagai riset terbaru menegaskan bahwa olahraga kini telah menjadi bagian penting dalam keseharian anak muda. Survei Populix yang dilakukan pada November 2025 menunjukkan bahwa 94% responden dari kalangan milenial dan Gen Z rutin berolahraga setidaknya sekali dalam seminggu, dengan jenis olahraga favorit seperti lari, bulu tangkis, pound fit, dan yoga.

Sementara itu, studi dari Kantar Indonesia menyebutkan bahwa 80% Gen Z menganggap kesehatan dan kebugaran sebagai salah satu sumber kebahagiaan utama dalam hidup mereka. Bagi mereka, olahraga bukan sekadar gaya hidup kekinian, tetapi juga cara untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik.

“Olahraga bukan lagi tentang ikut-ikutan. Ini sudah menjadi identitas baru anak muda yang peduli akan kesehatan mereka, baik fisik maupun mental,” ujar Sinta Yuliana.

Lebih dari Tren: Olahraga untuk Kesehatan Mental

Tak hanya bermanfaat bagi tubuh, olahraga juga menjadi alat efektif dalam menjaga kesehatan mental. Delapan dari sepuluh responden Gen Z dalam riset Dara.co.id menyebutkan bahwa olahraga rutin membantu mereka mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Aktivitas fisik seperti lari pagi, yoga, atau sekadar jalan cepat menjadi mekanisme coping yang positif di tengah tekanan dunia digital dan pekerjaan.

Fenomena ini diperkuat dengan meningkatnya minat terhadap komunitas olahraga. Berdasarkan data dari Strava, partisipasi dalam klub lari di Indonesia melonjak hingga 83% sepanjang 2024. Bahkan, 1 dari 5 Gen Z mengaku pernah berkencan dengan seseorang yang mereka temui saat berolahraga, dan 58% lainnya menjalin persahabatan baru melalui kegiatan fisik ini.

Dari Ajang Selebriti ke Ruang Sosial Digital

Tren olahraga kini semakin terlihat dalam kehidupan publik, termasuk di dunia selebriti. Ajang seperti Tiba-Tiba Tenis yang digagas oleh Vindes Sport – dengan partisipasi selebritas seperti Raffi Ahmad dan Desta – memperlihatkan bahwa olahraga bukan hanya aktivitas personal, tapi juga hiburan publik yang sehat dan positif.

Sosial media juga berperan besar dalam mengukuhkan olahraga sebagai gaya hidup. Banyak konten kreator di TikTok dan Instagram rutin membagikan tips workout, resep makanan sehat, hingga motivasi harian yang mampu memengaruhi audiens dalam jumlah besar.

“Kami melihat generasi muda tidak hanya mencari tubuh ideal, tapi ingin hidup seimbang dan sehat secara menyeluruh,” kata Iqbal Ramadhan, analis tren digital di Populix.

Dengan hadirnya platform seperti Strava dan komunitas olahraga daring, olahraga telah menjadi ruang sosial baru. Semangat ini tidak bisa diremehkan sebagai sekadar ikut-ikutan, karena dalam banyak kasus, motivasi awal – meski dipicu tren – tetap membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan individu.

Olahraga, Solusi Konkret Lawan PTM

Penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, dan diabetes kini menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa 73% kematian di Indonesia berasal dari PTM. Salah satu upaya paling efektif dalam menurunkan risiko PTM adalah dengan meningkatkan aktivitas fisik secara rutin.

Melalui program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), pemerintah mendorong masyarakat untuk aktif bergerak minimal 30 menit per hari. Ketika anak muda menyambut ajakan ini dengan antusiasme melalui komunitas dan media sosial, hal ini seharusnya diapresiasi, bukan dikritik.

“Kadang motivasi awal bisa datang dari lingkungan sosial. Yang penting adalah keberlanjutan dan manfaatnya bagi kesehatan,” ungkap dr. Retno Anggraini dari Dinas Kesehatan Jakarta.

Ubah Cara Pandang, Dukung Langkah Baik

Labelisasi negatif terhadap mereka yang baru mulai berolahraga karena terinspirasi tren hanya akan memadamkan semangat. Padahal, dorongan sosial bisa menjadi pintu awal untuk membentuk kebiasaan sehat. Alih-alih menghakimi, masyarakat seharusnya memberi dukungan agar semangat ini berkembang.

Tren olahraga di kalangan milenial dan Gen Z bukanlah fenomena musiman, melainkan fondasi menuju masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan bahagia. Yang dibutuhkan adalah ruang yang inklusif dan suportif, di mana siapa pun bisa memulai gaya hidup sehat tanpa takut dinilai.

“Tidak ada yang salah dengan memulai sesuatu karena tren, asalkan itu berdampak positif. Biarkan semangat olahraga tumbuh menjadi budaya sehat yang menetap,” tutup Sinta Yuliana.

Fenomena meningkatnya minat olahraga di kalangan milenial dan Gen Z bukan sekadar tren gaya hidup atau bentuk FOMO. Ini adalah bentuk nyata kesadaran kesehatan yang terus berkembang. Dalam konteks beban penyakit tidak menular yang semakin tinggi, dukungan terhadap semangat hidup sehat harus menjadi prioritas bersama, bukan bahan olokan. Saatnya melihat olahraga sebagai investasi jangka panjang, bukan sebagai bentuk ikut-ikutan semata.

Terkini

Adhi Karya Siapkan Pendanaan Swasta untuk LRT Jabodebek

Senin, 08 September 2025 | 15:48:25 WIB

BPI Danantara Siapkan Proyek PLTSa di Lima Kota Besar

Senin, 08 September 2025 | 15:48:22 WIB

Pemerintah Bersama PLN Jaga Kestabilan Tarif Listrik 2025

Senin, 08 September 2025 | 15:48:19 WIB

Skrining Kesehatan BPJS Kini Lebih Mudah di Aplikasi

Senin, 08 September 2025 | 15:48:16 WIB