Sepak Bola

Indonesia Harus Mencontoh Jepang dalam Membangun Sepak Bola Jangka Panjang

Indonesia Harus Mencontoh Jepang dalam Membangun Sepak Bola Jangka Panjang
Indonesia Harus Mencontoh Jepang dalam Membangun Sepak Bola Jangka Panjang

JAKARTA – Indonesia dinilai perlu meniru pendekatan Jepang dalam membangun ekosistem sepak bola yang kuat dan berkelanjutan. Pemerhati sepak bola nasional, Ignatius Indro, menyebut Jepang sebagai contoh ideal karena telah menjalani proses reformasi yang panjang dan sistematis sejak awal 1990-an.

"Jepang memulai revolusi sepak bola mereka sejak 1993, saat J.League resmi dibentuk. Sejak saat itu, mereka membangun fondasi dari bawah, bukan sekadar mencari kemenangan cepat," ujar Indro.

Menurut Indro, kunci sukses Jepang adalah komitmen dalam investasi jangka panjang. Jepang secara konsisten mengembangkan akademi usia dini yang terintegrasi langsung dengan sistem pendidikan formal. Selain itu, mereka melahirkan pelatih-pelatih lokal berkualitas tinggi yang memiliki lisensi resmi, serta aktif mengirimkan pemain muda ke Eropa sejak usia dini agar terasah dalam kompetisi level dunia.

“Liga domestik mereka juga sangat profesional dan kompetitif. Dalam 10–15 tahun, hasilnya mulai terlihat jelas,” tambah Indro.

Saat ini, Jepang telah menikmati hasil dari pembangunan jangka panjang tersebut. Pemain-pemain seperti Takefusa Kubo, Wataru Endo, Kaoru Mitoma, hingga Ritsu Doan menjadi contoh nyata produk pembinaan sistematis yang telah berjalan sejak mereka belia.

“Tapi hari ini mereka panen: pemain seperti Takefusa Kubo, Wataru Endo, Kaoru Mitoma, hingga Ritsu Doan adalah produk sistematis. Mereka bukan hasil dadakan,” tegas Indro.

Berbanding terbalik dengan Jepang, menurut Indro, Indonesia masih sering terjebak dalam solusi instan, seperti naturalisasi pemain diaspora atau keturunan. Strategi ini digunakan sebagai jalan cepat untuk memperkuat skuad Tim Nasional, namun tanpa adanya fondasi pembinaan yang memadai.

“Timnas kita dibentuk dari kumpulan ‘talenta terbaik’, bukan hasil sistem pembinaan jangka panjang,” ujarnya.

Meski begitu, Indro tidak sepenuhnya menolak program naturalisasi. Ia mengakui bahwa strategi ini bisa berguna, asalkan tidak dijadikan pilar utama pembangunan sepak bola nasional.

“Kita bisa lolos ke putaran ke-4 kualifikasi Piala Dunia karena bantuan pemain naturalisasi. Tapi ketika menghadapi tim yang dibangun dengan sistem, kelemahan kita terbuka lebar, seperti yang terlihat saat melawan Jepang,” ucapnya.

Indro menilai, pendekatan jangka panjang tetap harus menjadi prioritas utama PSSI jika Indonesia ingin memiliki tim nasional yang tangguh dan konsisten dalam jangka waktu panjang. Pembenahan harus dimulai dari pembinaan usia dini, perbaikan liga nasional, serta peningkatan kualitas pelatih dan infrastruktur sepak bola.

“Kalau tidak, kita akan terus mengulang pola: euforia sesaat. Lalu realitas pahit datang mengetuk,” ucap Indro mengingatkan.

Selain itu, ia menegaskan bahwa Jepang harus dijadikan sebagai cermin dalam pengembangan sepak bola nasional, bukan hanya sebagai lawan bertanding.

"Bukan karena mereka lebih berbakat, tapi karena mereka lebih bersungguh-sungguh membangun sepakbolanya," ujar Indro yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI).

Sebagai informasi, Tim Nasional Jepang telah memastikan lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 berkat konsistensi performa dan kedalaman skuad yang solid. Sementara itu, Indonesia masih berjuang di putaran keempat kualifikasi zona Asia.

Melalui kritik dan pandangan tajamnya, Indro berharap agar federasi dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola nasional mulai menyadari pentingnya membangun sistem pembinaan jangka panjang. Sebab tanpa hal tersebut, capaian sesaat akan sulit dipertahankan, dan sepak bola Indonesia akan terus terjebak dalam siklus kegagalan yang berulang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index