JAKARTA - Pemerintah Indonesia menargetkan lonjakan investasi senilai lebih dari Rp13.000 triliun dalam lima tahun ke depan guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8 persen pada tahun 2029. Target ambisius ini disampaikan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, dalam diskusi daring yang disiarkan di kanal YouTube Kabar Bursa.
“Diharapkan kontribusinya kami adalah lebih dari Rp13 ribu triliun dalam lima tahun ke depan,” kata Rosan.
Ia menekankan bahwa investasi merupakan motor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Menurutnya, dalam sepuluh tahun terakhir, total investasi yang masuk ke Indonesia dari investor domestik maupun asing telah mencapai Rp9.100 triliun.
Investasi Jadi Pilar Pertumbuhan Ekonomi
Rosan menyebutkan bahwa saat ini, sektor investasi menyumbang 29 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah konsumsi rumah tangga, yang mencakup sekitar 53 persen.
“Kalau kami melihat situasi sekarang, pertumbuhan perekonomian kita bisa terdorong dari mana? Yang paling memungkinkan, dari investment, at this moment,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan dorongan yang tepat, pertumbuhan investasi tahun depan diharapkan bisa meningkat secara signifikan sebagai bagian dari strategi menuju pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029.
“Tahun ke depan memang diharapkan pertumbuhannya jump very significant, dalam rangka kita mencapai pertumbuhan 8 persen,” tegas Rosan.
Tantangan Global dan Domestik Masih Membayangi
Meski proyeksi pemerintah terbilang ambisius, tantangan global dan domestik yang kompleks menjadi catatan penting. Bank Dunia dalam laporan Macro Poverty Outlook edisi April 2025 memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat ke level 4,7 persen untuk tahun 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diperkirakan hanya akan mencapai 4,8 persen hingga 2027.
Bank Dunia juga menyoroti risiko-risiko yang muncul akibat ketidakpastian kebijakan, baik secara global maupun dalam negeri, yang dapat memicu keluarnya arus modal asing dan memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
“Ketidakpastian kebijakan global dan domestik memicu arus keluar portofolio yang menekan rupiah. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai rata-rata 4,8 persen hingga 2027, tetapi ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan dapat mempengaruhi investasi dan pertumbuhan,” demikian dikutip dari laporan Bank Dunia yang dirilis 10 April 2025.
OECD Juga Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) turut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada 2025, dari prediksi sebelumnya sebesar 4,9 persen.
Dalam laporan bertajuk Economic Outlook yang dirilis 3 Juni 2025, OECD menilai bahwa perlambatan ini disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan fiskal domestik dan permintaan global yang melemah, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan internasional.
"Pertumbuhan ekspor juga diperkirakan melambat di tengah ketegangan perdagangan global," tulis OECD.
Meski demikian, OECD menilai bahwa kondisi inflasi yang rendah serta kebijakan moneter yang longgar masih berpotensi menopang konsumsi dan investasi swasta dalam jangka pendek, selama kebijakan fiskal diarahkan dengan konsisten.
Reformasi Struktural Diperlukan
Menanggapi tantangan tersebut, para ekonom dan lembaga internasional mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan reformasi struktural yang lebih dalam. Langkah ini dianggap penting untuk mengatasi stagnasi penciptaan lapangan kerja kelas menengah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
“Kemiskinan dan pengangguran memang menurun, tetapi penciptaan lapangan kerja kelas menengah tertinggal,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Reformasi di bidang perizinan investasi, efisiensi birokrasi, serta insentif fiskal yang tepat akan menjadi kunci dalam menarik lebih banyak investasi langsung asing (FDI) ke sektor-sektor produktif dan strategis.
Menuju 2029: Tantangan dan Optimisme
Meski menghadapi tantangan global, pemerintah melalui Kementerian Investasi tetap optimistis bahwa target investasi sebesar Rp13.000 triliun dalam lima tahun adalah hal yang mungkin dicapai, asalkan kebijakan diarahkan secara konsisten dan responsif terhadap kondisi pasar.
“Kami yakin, dengan kerja sama semua pihak dan komitmen reformasi, kita bisa mencapai target ini demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Rosan menutup pernyataannya.
Dengan target pertumbuhan 8 persen sebagai tujuan jangka menengah, Indonesia memasuki fase penting di mana investasi menjadi motor penggerak utama, sekaligus pengukur keyakinan pasar global terhadap arah ekonomi nasional.