Wijaya Karya

Rugi Wijaya Karya (WIKA) Turun 68 persen Jadi Rp 2,33 Triliun di 2024

Rugi Wijaya Karya (WIKA) Turun 68 persen Jadi Rp 2,33 Triliun di 2024
Rugi Wijaya Karya (WIKA) Turun 68 persen Jadi Rp 2,33 Triliun di 2024

JAKARTA - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik sepanjang tahun 2024 meski pendapatan bersihnya mengalami penurunan. Perusahaan konstruksi pelat merah ini berhasil menekan kerugian bersih hingga 68,19% menjadi Rp 2,33 triliun, jauh membaik dibandingkan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,12 triliun.

Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan pada Kamis, 27 Maret 2025, pendapatan neto WIKA tercatat sebesar Rp 19,24 triliun pada tahun 2024, turun 14,59% dari Rp 22,53 triliun pada 2023. Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya beban pokok pendapatan dari Rp 20,66 triliun menjadi Rp 17,72 triliun, sehingga laba bruto WIKA menjadi Rp 1,51 triliun, turun 18,44% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,86 triliun.

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengatakan, “Sepanjang tahun 2024, WIKA berhasil membukukan penjualan non Kerja Sama Operasi (KSO) sebesar Rp 19,24 triliun dan penjualan KSO sebesar Rp 12,12 triliun. Dengan demikian, total penjualan mencapai Rp 31,36 triliun.”

Agung menambahkan bahwa kontribusi terbesar penjualan datang dari segmen infrastruktur dan gedung yang mencapai 49%, diikuti oleh segmen industri pendukung konstruksi sebesar 28%, segmen Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC) sebesar 17%, dan sisanya dari pengelolaan serta penjualan properti.

Selain itu, pendapatan lain-lain WIKA melonjak signifikan menjadi Rp 5,44 triliun di tahun 2024 dari sebelumnya Rp 663,47 miliar pada 2023. Beban lain-lain juga menurun dari Rp 5,36 triliun menjadi Rp 3,73 triliun.

Namun, beberapa pos beban mengalami kenaikan. Beban umum dan administrasi naik dari Rp 973,99 miliar menjadi Rp 1,22 triliun, dan beban keuangan sedikit meningkat menjadi Rp 3,28 triliun dari Rp 3,20 triliun tahun sebelumnya. Pos rugi entitas asosiasi juga membengkak dari Rp 91,14 miliar menjadi Rp 221,03 miliar, dan rugi ventura bersama melonjak menjadi Rp 606,66 miliar dari Rp 139,28 miliar.

Dengan berbagai faktor tersebut, rugi bersih WIKA yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menurun drastis menjadi Rp 2,26 triliun dari sebelumnya Rp 7,12 triliun, yang menandakan perbaikan signifikan dalam kinerja perusahaan.

Dari sisi aset, WIKA mencatatkan total aset sebesar Rp 63,55 triliun pada akhir 2024, turun dari Rp 65,98 triliun pada akhir 2023. Liabilitas juga berkurang menjadi Rp 51,68 triliun dibandingkan Rp 56,40 triliun tahun sebelumnya. Sementara itu, ekuitas perusahaan meningkat menjadi Rp 11,87 triliun dari Rp 9,57 triliun.

Kas dan setara kas WIKA naik tipis menjadi Rp 3,36 triliun dibandingkan Rp 3,23 triliun di tahun sebelumnya. Agung menyampaikan bahwa perbaikan kinerja juga terlihat dari arus kas operasi yang kembali positif sejak 2020, dengan catatan Rp 68,22 miliar di 2024. “Utang berbunga dan utang usaha juga menurun masing-masing sebesar Rp 1,37 triliun dan Rp 3,28 triliun dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

Dari segi likuiditas, WIKA menunjukkan rasio lancar sebesar 158% pada 2024, jauh lebih baik dibandingkan 80% pada 2023. Rasio gearing atau perbandingan utang berbunga terhadap ekuitas juga menurun menjadi 2,71 kali dari 3,52 kali tahun sebelumnya. “Hal ini berkat dukungan seluruh stakeholders dan pemerintah yang membantu memperkuat struktur permodalan serta fokus perseroan pada pengelolaan kas,” tambah Agung.

Perbaikan kinerja ini juga didorong oleh transformasi internal WIKA yang fokus pada eksekusi proyek dengan standar tinggi, efisiensi melalui lean construction, digitalisasi proses bisnis, serta peningkatan tata kelola dan manajemen risiko yang lebih baik.

WIKA terus berkomitmen menjaga tren positif ini guna memperkuat posisi sebagai perusahaan konstruksi pelat merah yang kompetitif di tengah tantangan industri.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index