JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menegaskan kemungkinan mempertahankan tarif impor sebesar 25% untuk mobil asal Jepang, hanya beberapa hari sebelum tarif tersebut berpotensi naik secara menyeluruh jika tidak ada kesepakatan perdagangan tercapai antara kedua negara. Pernyataan ini memperlihatkan ketegangan yang masih tinggi dalam negosiasi dagang AS-Jepang terkait sektor otomotif.
Dalam wawancara dengan Fox News yang tayang Minggu, 29 Juni 2025, Trump mengkritik ketidakseimbangan perdagangan antara AS dan Jepang, khususnya dalam hal ekspor mobil. “Jadi kita tidak mengirim mobil ke Jepang. Mereka tidak mau ambil mobil kita, kan? Tapi kita menerima jutaan mobil mereka masuk ke Amerika Serikat. Itu tidak adil,” ungkapnya.
Trump juga menyebut bahwa Jepang bisa memanfaatkan produk lain seperti minyak untuk mengurangi defisit perdagangan. “Sekarang, kita punya minyak. Mereka bisa ambil banyak minyak. Mereka bisa ambil banyak hal lain,” tambahnya, menekankan upaya AS agar Jepang mengimbangi neraca perdagangan dengan berbagai komoditas.
Negosiasi Masih Jalan di Tempat
Pernyataan Trump tersebut muncul tidak lama setelah putaran pembicaraan terakhir antara negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, dan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Akazawa tiba di Washington pada akhir pekan untuk memimpin pembicaraan tatap muka, meski beberapa diskusi lanjutan berlangsung melalui sambungan telepon.
Meski kedua pihak mengaku telah menggelar diskusi yang “bermanfaat” dan sepakat melanjutkan pembicaraan demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, pernyataan resmi tidak mengungkapkan kemajuan konkret.
Dampak Terhadap Pasar Otomotif
Ketidakpastian ini berdampak langsung pada pasar modal di Jepang. Saham perusahaan otomotif yang masuk dalam indeks Topix sempat turun hingga 0,5% pada Senin pagi, 30 Juni 2025, di Tokyo, sementara indeks utama justru mencatat kenaikan 1%. Hal ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap potensi tarif tinggi yang dapat mengganggu rantai pasok dan penjualan mobil Jepang di pasar AS.
Tarif Jadi Pusat Perselisihan
Tarif impor untuk sektor otomotif menjadi isu utama yang menghambat kemajuan negosiasi. Pemerintah AS menyoroti defisit perdagangan yang besar pada sektor ini, sedangkan Jepang berusaha mempertahankan perlindungan untuk industri vital tersebut.
Akazawa secara konsisten menolak tarif 25% yang diberlakukan AS. Ia menekankan kontribusi industri otomotif Jepang terhadap ekonomi AS, termasuk investasi lebih dari 60 miliar dolar dan penciptaan sekitar 2,3 juta lapangan kerja lokal.
“Kami berharap pembicaraan ini menghasilkan solusi yang adil dan berimbang, bukan sekadar pemberlakuan tarif yang merugikan,” ujarnya.
Tenggat Waktu dan Potensi Kenaikan Tarif
Putaran ketujuh pembicaraan ini berusaha mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu 9 Juli 2025, saat tarif “resiprokal” yang lebih tinggi akan mulai diterapkan jika negosiasi gagal. Saat ini, tarif impor mobil dan suku cadang Jepang yang diberlakukan AS adalah 25%, bersamaan dengan tarif 50% untuk produk baja dan aluminium. Tarif menyeluruh yang saat ini 10% berisiko melonjak menjadi 24% tanpa kesepakatan.
Risiko Ekonomi Jepang
Kegagalan menyelesaikan sengketa tarif ini berpotensi memperparah kondisi ekonomi Jepang yang sudah menunjukkan tanda-tanda melambat. Kuartal pertama 2025 mencatat penurunan produk domestik bruto, sehingga negara itu berisiko mengalami resesi teknis.
Trump Tegaskan AS Bisa Bertindak Sepihak
Dalam wawancara tersebut, Trump bahkan menegaskan bahwa Amerika Serikat dapat menetapkan tarif secara sepihak tanpa persetujuan Jepang. “Saya akan mengirim surat,” kata Trump. “Saya bisa kirim satu ke Jepang. ‘Yth. Tuan Jepang, begini ceritanya. Anda akan membayar tarif 25% untuk mobil Anda.’”
Pernyataan ini menegaskan sikap keras AS dalam negosiasi yang menunjukkan bahwa peluang adanya kelonggaran tarif makin tipis.
Tarif impor mobil Jepang sebesar 25% yang diberlakukan AS menjadi batu sandungan utama dalam negosiasi perdagangan kedua negara. Ketidaksetujuan dari pihak Jepang, yang menilai tarif tersebut merugikan, berbanding terbalik dengan dorongan keras AS untuk mengurangi defisit perdagangan sektor otomotif.
Dengan tenggat waktu yang semakin dekat dan ancaman kenaikan tarif menyeluruh, tekanan bagi kedua pihak untuk mencapai kesepakatan semakin besar. Namun, pernyataan Presiden Trump menandakan bahwa Amerika Serikat bersiap untuk mempertahankan, bahkan memperketat tarif impor mobil Jepang secara sepihak jika solusi yang adil tidak segera tercapai.