JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan sinyal kehati-hatian. Di tengah ketegangan geopolitik yang belum mereda dan perkembangan negosiasi dagang global, harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) terkoreksi tipis pada perdagangan Kamis pagi, 3 Juli 2025.
Pukul 06.47 WIB, harga minyak WTI untuk pengiriman Agustus 2025 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 67,25 per barel, turun 0,30% dibanding hari sebelumnya di US$ 67,45 per barel.
Penurunan ini tergolong ringan, dan mencerminkan sentimen pasar yang masih menimbang-nimbang arah selanjutnya. Meski terkoreksi, harga minyak tetap berada di kisaran US$ 67 per barel, yang menunjukkan bahwa pelaku pasar cenderung mempertahankan posisi sambil menanti kepastian dari sejumlah agenda global penting.
Optimisme Dagang dan Ketegangan Geopolitik Jadi Penggerak Pasar
Sentimen positif datang dari perkembangan terbaru kerja sama dagang Amerika Serikat. Mengutip laporan Bloomberg, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang ketiga dengan Vietnam, menyusul dua kesepakatan sebelumnya dengan Inggris dan China.
Kabar ini disambut positif pasar energi, karena memberi sinyal kemungkinan tercapainya lebih banyak kesepakatan menjelang tenggat waktu 9 Juli pekan depan. Hal ini membawa harapan akan adanya kestabilan dalam arus perdagangan global, termasuk permintaan terhadap komoditas energi seperti minyak mentah.
Namun, meski kabar dari AS-Vietnam memberi sedikit dorongan, pasar masih dibayangi oleh gejolak geopolitik, terutama di kawasan Timur Tengah, yang selama beberapa pekan terakhir mendorong volatilitas harga minyak.
Selain itu, investor juga mencermati perkembangan pembicaraan tarif yang bisa berdampak langsung pada permintaan minyak. Jika kesepakatan dagang tidak berlanjut atau bahkan memburuk, kekhawatiran terhadap permintaan energi dapat kembali meningkat.
Tak hanya faktor geopolitik dan dagang, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada pertemuan OPEC+ yang akan berlangsung akhir pekan ini. Pertemuan tersebut diperkirakan akan menentukan arah kebijakan produksi negara-negara penghasil minyak, yang secara langsung berpengaruh terhadap pasokan dan harga.
Dengan begitu banyak variabel yang memengaruhi, pasar minyak berada dalam fase konsolidasi. Investor mengambil sikap wait and see, menunggu kepastian dari dinamika global yang bergerak cepat.