JAKARTA - Perkembangan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan arah positif berkat sinergi antara digitalisasi dan pendampingan dari pemerintah. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga memperkuat posisi tawar pelaku usaha kecil menengah di pasar yang semakin kompetitif. Contoh paling nyata dapat dilihat di Dusun Kardangan, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, di mana Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) memanfaatkan teknologi digital untuk merombak sistem pasar lelang komoditas cabai dan sayuran.
Sejak berdiri pada 2013, koperasi ini berperan penting dalam mendampingi petani hortikultura, membantu meningkatkan hasil panen. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah fluktuasi harga dan posisi tawar yang lemah di pasar tradisional. Untuk mengatasi hal ini, pada 2017 koperasi menginisiasi pasar lelang secara manual dengan metode penawaran tertutup, yang berhasil memberikan harga lebih transparan dan adil.
Peran Pemerintah dalam Transformasi UMKM
Titik balik penting datang pada tahun 2020 ketika pemerintah memberikan pendampingan kelembagaan koperasi. Dukungan ini memungkinkan PPHPM berubah menjadi badan hukum yang lebih kuat dan mandiri, memudahkan akses bantuan dan memperbesar peluang untuk berkembang. Selain itu, pemerintah turut mendorong digitalisasi proses lelang yang sebelumnya masih dilakukan secara manual dan melalui platform sederhana seperti WhatsApp.
Melalui aplikasi diPanen.id, semua aktivitas lelang mulai dari pencatatan komoditas cabai, penawaran harga dari pedagang, hingga penutupan lelang dilakukan secara terpusat dan transparan. Inovasi ini tidak hanya mempercepat transaksi dan meningkatkan kepercayaan petani, tetapi juga berfungsi sebagai alat pengendali inflasi dan acuan harga cabai di Sleman.
Keuntungan besar dirasakan oleh para petani, yang kini tidak lagi khawatir soal harga anjlok akibat praktik tengkulak. Sistem digital ini mengokohkan koperasi sebagai koordinator pasokan cabai nasional dan turut berperan dalam stabilisasi harga di Jabodetabek.
Pendampingan untuk UMKM Kreatif dan Ekspor
Selain sektor pangan, pemerintah juga gencar mendukung UMKM di bidang industri kreatif. Salah satu contoh sukses adalah Indo Risakti, pelaku UMKM kerajinan di Bantul yang mengolah bahan alami menjadi produk etnik dan menembus pasar internasional. Sejak menjadi mitra binaan pemerintah pada 2018, Indo Risakti mendapat berbagai pendampingan, mulai dari pelatihan, kurasi produk, fasilitasi pameran, pembuatan video profil, hingga business matching dan akses pembiayaan.
Pendampingan berkelanjutan ini berhasil meningkatkan kapasitas ekspor perusahaan secara signifikan. Dari awalnya hanya mengirim satu hingga dua kontainer per bulan, kini Indo Risakti mampu mengekspor hingga lima kontainer, bahkan sempat mencapai 10 kontainer di masa pandemi. Nilai ekspor per kontainer mencapai 16.000 hingga 20.000 dolar AS, membuktikan potensi UMKM lokal dalam pasar global.
Program pendampingan tersebut termasuk kurasi ketat produk, pembuatan profil perusahaan dan katalog elektronik, serta membuka peluang business matching dan pameran di tingkat nasional dan internasional. Semua langkah ini bertujuan mendorong UMKM berorientasi ekspor untuk naik kelas dan bersaing di pasar dunia.
Digitalisasi dan pendampingan yang diberikan pemerintah tidak hanya membantu UMKM meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tetapi juga memperkuat daya saing dan akses pasar mereka. Dari koperasi petani cabai di Sleman hingga pengrajin etnik di Bantul, berbagai program ini membuktikan bahwa kemajuan UMKM sangat tergantung pada kemampuan memanfaatkan teknologi dan bimbingan yang tepat.
Dengan terus memperkuat kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan teknologi digital, UMKM di Indonesia diharapkan dapat terus tumbuh dan berkembang, memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional serta membuka peluang lapangan kerja baru.