JAKARTA - Duka mendalam menyelimuti dunia sepakbola setelah kepergian Diogo Jota, pemain muda berbakat asal Portugal yang meninggal dunia dalam kecelakaan tragis. Kabar meninggalnya Jota mengguncang hati banyak penggemar dan rekan setimnya, termasuk Cristiano Ronaldo. Meski begitu, perhatian publik teralihkan pada satu hal yang mengundang kontroversi: ketidakhadiran Ronaldo di prosesi pemakaman Jota di Gondomar, Portugal.
Kejadian memilukan itu terjadi ketika Diogo Jota dan adiknya, Andre Silva, mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan darat menuju pelabuhan Santander, Spanyol, untuk menaiki feri menuju Inggris. Mobil yang mereka tumpangi kehilangan kendali akibat pecah ban, menimbulkan tragedi yang sangat menyedihkan. Kepergian Jota tentu meninggalkan lubang besar bagi dunia sepakbola, terlebih lagi mengingat usia dan potensinya yang masih sangat muda.
Kehilangan Jota memicu gelombang duka di kalangan pemain dan penggemar. Ronaldo, yang dikenal sebagai salah satu legenda sepakbola Portugal dan dunia, juga menyampaikan belasungkawa lewat akun media sosialnya. Ia menuliskan ungkapan dukacita yang tulus dan mengharukan, membuktikan betapa besar rasa kehilangan yang ia rasakan.
Namun, kehadiran fisik Ronaldo di pemakaman Jota tidak terjadi. Sementara banyak rekannya di Timnas Portugal seperti Bruno Fernandes dan Bernardo Silva hadir memberikan penghormatan terakhir, serta Ruben Neves yang rela menempuh perjalanan jauh demi turut serta dalam prosesi pemakaman, Ronaldo justru memilih untuk tidak datang. Hal ini menimbulkan reaksi dari publik dan media, yang mengkritik sikap sang megabintang.
Ketidakhadiran Ronaldo ini sempat menjadi bahan perdebatan dan spekulasi. Banyak yang bertanya-tanya mengapa seorang figur besar seperti Ronaldo tidak hadir di momen penting tersebut, mengingat kedekatan mereka sebagai sesama pemain tim nasional dan sesama warga negara Portugal. Apakah ada alasan khusus yang membuat Ronaldo absen?
Pembelaan datang dari pihak keluarga Ronaldo sendiri, khususnya sang kakak, Katia Aveiro. Ia memberikan penjelasan yang cukup menyentuh dan membuka perspektif baru mengenai situasi tersebut. Katia menilai kritik terhadap absennya Ronaldo sudah terlalu jauh dan kurang memahami konteks yang sebenarnya.
Menurut Katia, keputusan Ronaldo untuk tidak hadir merupakan bentuk penghormatan terhadap keluarga mendiang Diogo Jota. Ia menegaskan bahwa lebih penting untuk menghormati kedukaan dan privasi keluarga yang sedang berduka ketimbang sibuk mengomentari kehadiran atau ketidakhadiran seseorang. Pernyataan ini mengingatkan bahwa ada batasan yang harus dijaga ketika seseorang tengah merasakan duka mendalam.
Katia pun membagikan pengalaman pribadinya tentang bagaimana keluarganya pernah menghadapi situasi serupa ketika ayah mereka meninggal dunia. Ia menggambarkan bagaimana mereka harus berhadapan dengan perhatian media yang berlebihan dan banyaknya orang yang ikut mengamati momen pemakaman, yang justru mengaburkan makna sebenarnya dari proses berduka.
Menurutnya, rasa takut dan tekanan dari sorotan media membuat seseorang sulit fokus pada hal yang paling penting, yaitu mengurus dan menghormati keluarga yang berduka. Dalam konteks ini, sikap diam dan tidak hadir dari Ronaldo justru bisa dipandang sebagai wujud empati yang dalam dan pengertian terhadap situasi emosional yang sedang dialami keluarga Jota.
Katia berharap masyarakat bisa belajar dari kejadian ini dan lebih bijak dalam menilai tindakan orang lain, terutama saat mereka sedang menghadapi situasi sulit. Tidak semua hal terlihat seperti yang tampak di permukaan. Ada banyak pertimbangan dan rasa hormat yang mungkin tidak tampak jelas di luar.
Kehadiran Ruben Neves yang rela meninggalkan perjalanan dan pertandingan untuk hadir di pemakaman Jota pun mendapat pujian. Aksi tersebut dianggap sebagai bentuk penghormatan nyata dari sesama pemain yang memahami pentingnya memberikan penghormatan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa cara menghormati dan berduka bisa berbeda-beda bagi setiap individu.
Sementara itu, berbagai rekan dan tokoh di dunia sepakbola turut menyampaikan dukanya atas meninggalnya Diogo Jota. Mereka memberikan penghormatan lewat kata-kata dan doa, serta mengenang bakat dan kepribadian Jota yang begitu cerah dan menjanjikan.
Meski kehilangan begitu besar, kisah tentang bagaimana setiap individu merespons dan menghormati peristiwa ini memberikan pelajaran berharga tentang empati, penghormatan, dan privasi. Dunia sering kali terlalu cepat menghakimi tanpa memahami situasi sepenuhnya, terutama di era di mana media sosial begitu cepat menyebarkan opini.
Keputusan Ronaldo untuk tidak hadir di pemakaman Jota, sebagaimana yang dijelaskan oleh Katia Aveiro, adalah pilihan yang didasari oleh rasa hormat yang dalam. Hal ini mengingatkan kita semua untuk memberi ruang bagi rasa duka dan tidak memaksakan ekspektasi atas bagaimana seseorang harus berperilaku dalam momen kesedihan.
Situasi ini juga mempertegas bahwa dukungan dan penghormatan tidak selalu harus diwujudkan secara fisik. Ungkapan dukacita dan penghormatan bisa disampaikan dengan cara yang berbeda, termasuk melalui kata-kata yang tulus dan doa dari jauh. Hal ini tak kalah bermakna dibandingkan kehadiran langsung di lokasi pemakaman.
Pada akhirnya, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi kehilangan, yang terpenting adalah memahami dan menghormati perasaan semua pihak yang terlibat. Kita diajak untuk lebih bijaksana dalam memberikan penilaian dan lebih peka terhadap situasi yang ada.
Kehilangan Diogo Jota memang meninggalkan duka yang dalam bagi sepakbola dan masyarakat luas. Namun, respons dan cara setiap orang menunjukkan penghormatan bisa menjadi cermin nilai kemanusiaan dan empati di tengah hiruk-pikuk dunia modern. Ronaldo, meskipun tak hadir secara fisik, telah menyampaikan rasa dukanya dengan cara yang menurut keluarganya penuh empati dan penghormatan.