Saham

Saham Asia Bergerak Beragam Karena Tarif dan Suku Bunga

Saham Asia Bergerak Beragam Karena Tarif dan Suku Bunga
Saham Asia Bergerak Beragam Karena Tarif dan Suku Bunga

JAKARTA - Pada Kamis, 10 Juli 2025, bursa saham Asia-Pasifik memperlihatkan pergerakan yang beragam, dipengaruhi oleh berbagai sentimen global. Salah satu faktor utama adalah keputusan Bank of Korea yang memilih mempertahankan suku bunga acuannya pada level 2,5%, level terendah dalam hampir tiga tahun terakhir. Di sisi lain, pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan memberlakukan tarif impor 50% atas produk dari Brasil mulai 1 Agustus turut menjadi perhatian pelaku pasar.

Keputusan Bank of Korea ini diambil di tengah kondisi ekonomi yang sedang berkontraksi. Pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi Korea Selatan mengalami penurunan sebesar 0,2% secara kuartalan akibat lemahnya aktivitas konstruksi dan melambatnya ekspor, meski secara tahunan masih stagnan. Kebijakan suku bunga yang stabil ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan ekonomi di tengah tantangan tersebut.

Sementara itu, ketegangan perdagangan yang meningkat setelah pengumuman tarif baru dari AS menambah ketidakpastian di pasar. Presiden Trump menegaskan bahwa tarif tersebut, yang naik dari 10% menjadi 50%, ditujukan untuk mengatasi "hubungan perdagangan yang sangat tidak adil" antara AS dan Brasil. Selain itu, tarif ini juga dianggap sebagai respons atas proses hukum terhadap mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro.

Kinerja Bursa Saham dan Respon Pasar terhadap Kebijakan Global

Pergerakan indeks saham utama di Asia-Pasifik memperlihatkan variasi yang mencerminkan sikap hati-hati para investor. Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,45% pada pembukaan, disusul penurunan indeks Topix sebesar 0,54%. Sebaliknya, indeks Kospi Korea Selatan mencatat kenaikan 0,24%, sementara indeks Kosdaq naik 0,44%. Bursa Australia yang diwakili oleh indeks ASX 200 juga menguat sebesar 0,51%. Di Hong Kong, kontrak berjangka indeks Hang Seng diprediksi melemah sedikit dari posisi penutupan terakhir.

Pengumuman tarif oleh Presiden Trump pada akhir pekan sebelumnya memang sempat menimbulkan fluktuasi di pasar saham. Pada Selasa, Trump mengumumkan pungutan 50% atas impor tembaga ke AS dan mengindikasikan akan ada tarif khusus untuk sektor lain. Bahkan, ada ancaman tarif hingga 200% untuk ekspor farmasi ke AS dengan pemberlakuan yang dijadwalkan satu hingga satu setengah tahun ke depan. Hal ini memicu ketidakpastian terkait hubungan dagang AS dengan negara-negara lain, terutama yang menjadi sasaran tarif tersebut.

Namun demikian, pasar saham di Jepang dan Korea Selatan sempat mencatat penguatan pada sesi sebelumnya. Indeks Nikkei 225 naik 0,33% menjadi 39.821,28, sementara indeks Topix bertambah 0,41%. Saham-saham tertentu seperti Sumitomo Pharma, Omron Corp, dan Nissan Chemical mencatat lonjakan harga masing-masing di atas 6%. Di Korea Selatan, indeks Kospi dan Kosdaq juga menguat masing-masing 0,6% dan 0,78%. Di sisi lain, bursa Australia mengalami penurunan pada hari yang sama sebesar 0,61%.

Pergerakan IHSG dan Sentimen di Pasar Saham Indonesia

Berbeda dengan kondisi pasar di Asia secara umum, Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan kinerja positif pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,57% ke posisi 6.943,92. Mayoritas sektor saham mengalami kenaikan dengan sektor properti yang mencatat penguatan terbesar sebesar 2,02%. Sektor lain yang juga meningkat signifikan adalah sektor dasar (1,41%) dan sektor kesehatan (1,26%).

Frekuensi perdagangan mencapai lebih dari satu juta kali dengan volume transaksi mencapai 26,2 miliar saham dan nilai transaksi harian sebesar Rp 10,5 triliun. Dalam perdagangan tersebut, 362 saham menguat, sementara 205 saham melemah dan 226 saham stagnan. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah tercatat di kisaran 16.237, memberikan gambaran stabilitas nilai tukar yang turut mendukung pasar domestik.

Pergerakan bursa saham Asia-Pasifik pada 10 Juli 2025 mencerminkan dinamika pasar yang tengah berhadapan dengan sentimen global berupa keputusan suku bunga dan ketegangan perdagangan akibat tarif impor. Sementara Korea Selatan memilih stabilitas melalui kebijakan suku bunga, pengumuman tarif AS memberikan tekanan tersendiri yang membuat pasar bergerak bervariasi.

Di tengah ketidakpastian tersebut, Bursa Efek Indonesia justru menunjukkan sinyal positif, dengan IHSG mencatat penguatan cukup signifikan. Hal ini memberikan harapan bagi investor lokal dan menunjukkan ketahanan pasar domestik menghadapi turbulensi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index