JAKARTA - Di tengah kemajuan transportasi darat dan maraknya pilihan moda transportasi modern, rute penyeberangan laut antara Cilacap dan Kampung Laut menghadapi kenyataan penurunan drastis jumlah penumpang. Meski demikian, empat hingga lima kapal tetap beroperasi setiap hari dengan tarif yang terjangkau. Di balik itu, sejumlah tantangan mulai mengemuka, terutama terkait keselamatan pelayaran dan upaya mempertahankan eksistensi rute vital bagi masyarakat pesisir tersebut.
Transportasi Laut yang Semakin Sepi Penumpang
Trayek laut Cilacap-Kampung Laut yang dulunya ramai kini mengalami penurunan signifikan jumlah penumpang. Zaenal Arifin, petugas pengawasan pelabuhan, mengungkapkan bahwa saat ini kapal-kapal penumpang yang biasanya mampu menampung 50 hingga 100 orang jarang terisi penuh. “Dulu bisa penuh, sekarang jauh menurun,” ujarnya. Meski ada 7-8 perjalanan pulang-pergi tiap hari dengan tarif Rp12.500 per penumpang, jumlah peminat justru menipis.
Faktor kemudahan transportasi darat dan harga yang lebih murah dari moda online dinilai sebagai penyebab utama berkurangnya minat menggunakan kapal penumpang tradisional ini. Namun, bagi warga yang tinggal di daerah perairan dan terpencil, jalur ini tetap menjadi akses vital yang tak tergantikan oleh moda lain.
Pentingnya Keselamatan dan Upaya Menghidupkan Kembali Rute
Meski kapal masih beroperasi, ada keprihatinan mendalam terkait aspek keselamatan. Zaenal menyebutkan bahwa kapal-kapal tersebut belum sepenuhnya memenuhi standar keselamatan, terutama soal kelengkapan pelampung yang masih jauh dari ideal. “Kalau bicara keselamatan, memang sudah ada pelampung. Tapi belum maksimal. Dari seharusnya 50-100 pelampung, rata-rata kapal cuma punya 10,” katanya.
Dalam menghadapi penurunan jumlah penumpang dan keterbatasan fasilitas, para nakhoda tetap berusaha menjaga ketertiban dan keselamatan selama pelayaran. Namun, Zaenal berharap ada perhatian lebih dari pemerintah untuk membantu meningkatkan standar keselamatan agar moda transportasi ini bisa beroperasi secara lebih aman dan nyaman.
Lebih jauh, Zaenal menegaskan pentingnya upaya jangka panjang untuk menghidupkan kembali minat masyarakat menggunakan rute ini. Ia menyarankan adanya kebijakan khusus, seperti pemberian tarif promosi, serta peningkatan fasilitas di kapal seperti tempat duduk nyaman dan fasilitas sanitasi yang memadai. Dengan demikian, pelayanan transportasi laut ini tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu berkembang sesuai kebutuhan dan harapan pengguna.
Transportasi laut rute Cilacap-Kampung Laut bukan sekadar moda pengangkutan. Ia merupakan jembatan hidup bagi warga pesisir yang bergantung pada akses laut untuk mobilitas sehari-hari. Menjaga keberlangsungan dan meningkatkan kualitas layanan di jalur ini menjadi kunci agar warisan transportasi tradisional ini tetap relevan di tengah era modern.