JAKARTA - PT Angkasa Pura tengah mengkaji pembangunan akses transportasi baru bagi penumpang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali. Berbeda dari sebelumnya yang mengandalkan jalur darat, kini rencana konektivitas keluar masuk penumpang akan memanfaatkan jalur laut melalui layanan water taxi. Ini diharapkan menjadi solusi efektif mengurai kemacetan yang kerap terjadi di sekitar bandara dan kawasan Bali Selatan.
Gede Eka Sandi, Kepala Divisi Komunikasi dan Hukum Bandara Ngurah Rai, menyampaikan bahwa water taxi akan beroperasi dari kawasan Pantai Sekeh, tepatnya di sisi barat pantai yang dikenal juga sebagai Pantai Jerman. Lokasi ini dipilih untuk mengakomodasi kebutuhan infrastruktur transportasi air yang aman dan nyaman bagi penumpang.
“(Akan) dibuat akses melalui air yakni water taxi,” ujarnya.
Persiapan dan Uji Coba untuk Jalur Laut Bandara
Proyek ini masih dalam tahap pembahasan intensif bersama Pemerintah Provinsi Bali, pihak Syahbandar, dan sejumlah instansi terkait lainnya. Selain mempersiapkan sarana dan prasarana, pihak Angkasa Pura juga akan melakukan uji coba dengan mempertimbangkan faktor keselamatan yang dipengaruhi oleh kondisi alam seperti pasang surut air laut dan siklus bulan purnama maupun tilem.
“Masih akan diuji coba juga. Pada saat (bulan) purnama, bagaimana ketinggian airnya. Bagaimana saat bulan tilem (bulan tidak nampak di langit). Safety-nya juga harus dipikirkan,” jelas Sandi.
Melalui water taxi ini, penumpang pesawat bisa dengan mudah menjangkau kawasan wisata populer di Bali Selatan seperti Uluwatu, Kuta, Canggu, dan Nusa Dua. Dengan adanya jalur laut ini, diharapkan arus lalu lintas dari dan menuju bandara dapat lebih lancar dan terurai secara signifikan.
“Jadi, penumpang (pesawat) yang dari dan ke bandara, lalu tujuannya ke Canggu, Uluwatu, Kuta, Nusa Dua, itu akan bisa terurai,” tambah Sandi.
Mengatasi Kemacetan dan Alternatif Infrastruktur yang Efisien
Rencana water taxi ini muncul sebagai respons atas masalah kemacetan parah yang sempat terjadi di Tol Bali Mandara pada tahun 2023 dan kepadatan lalu lintas harian di sekitar bandara. Sebelumnya, sempat muncul wacana membangun underpass atau jalur bawah tanah sebagai solusi, namun proyek tersebut batal dilaksanakan karena biaya investasi yang sangat tinggi dan waktu pengerjaan yang lama.
“Kalau kami tambahkan jalur seperti subway, itu investasinya tinggi. Jadinya juga kapan. Karena nggak bisa seperti membangun terminal bus,” ujar Gede Eka Sandi.
Dengan solusi transportasi air, Angkasa Pura berharap dapat memberikan alternatif yang lebih cepat dan efektif untuk menghubungkan bandara dengan destinasi wisata utama di Bali Selatan. Rencana ini juga diharapkan mampu mendukung pertumbuhan pariwisata Bali sekaligus meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan dan warga lokal.
Pengembangan jalur transportasi air berupa water taxi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai adalah inovasi strategis untuk mengatasi masalah kemacetan sekaligus memperkuat konektivitas kawasan Bali Selatan. Dengan pengujian menyeluruh terhadap kondisi alam dan kolaborasi lintas instansi, proyek ini memiliki potensi besar mengubah pola mobilitas penumpang udara yang selama ini bergantung sepenuhnya pada jalur darat. Jika berhasil, water taxi ini akan menjadi contoh inovasi transportasi yang ramah lingkungan dan efisien bagi kawasan pariwisata dunia seperti Bali.