UFC

Poirier Pensiun Usai UFC 318

Poirier Pensiun Usai UFC 318
Poirier Pensiun Usai UFC 318

JAKARTA - Dustin Poirier bersiap menutup karier panjangnya di dunia bela diri campuran. Petarung asal Amerika Serikat itu akan menjalani laga terakhirnya di ajang UFC 318 yang digelar pada Sabtu, 19 Juli 2025 malam waktu setempat atau Minggu (20/7) pagi waktu Indonesia.

Dalam pertandingan tersebut, Poirier akan bertarung menghadapi Max Holloway. Pertarungan ini menandai akhir perjalanan panjang Poirier di oktagon, yang meskipun belum pernah meraih sabuk juara UFC, namun telah mencatatkan sejarah dengan menghadapi sejumlah nama besar dalam dunia MMA.

Selama kariernya, The Diamond telah melawan petarung-petarung papan atas seperti Conor McGregor, Khabib Nurmagomedov, Charles Oliveira, Michael Chandler, Justin Gaethje, hingga Islam Makhachev. Nama-nama tersebut mewakili generasi elit yang mewarnai pertarungan kelas ringan UFC dalam satu dekade terakhir.

Duel Melawan McGregor Jadi Momen Paling Berkesan

Dari deretan lawan tangguh yang pernah dihadapinya, nama Conor McGregor memiliki tempat tersendiri dalam perjalanan karier Poirier. Manajernya, Rob Roveta, menyebut bahwa pertarungan melawan McGregor adalah momen paling berkesan bagi Poirier, baik dari sisi emosi maupun mentalitas.

"Saya bisa bilang itu adalah pertarungan paling spesial dalam kariernya, dan yang paling saya suka dalam koridor memanjat gunung mentalitas," ujar Roveta.

Dalam kariernya, Poirier dan McGregor telah bertemu sebanyak tiga kali. Pertemuan pertama terjadi pada tahun 2014, saat Poirier harus mengakui keunggulan McGregor yang menghentikan pertarungan melalui TKO. Namun, tujuh tahun kemudian, Poirier mampu membalas dengan dua kemenangan beruntun.

Salah satu aspek yang membuat rivalitas ini begitu emosional adalah sikap McGregor yang dikenal sering melontarkan ucapan pedas kepada lawan-lawannya. Tidak terkecuali kepada Poirier, yang menjadi sasaran komentar tajam dari petarung asal Irlandia itu selama bertahun-tahun.

"Tantangan yang harus dilewati untuk menghadap orang yang banyak bicara buruk kepadanya selama bertahun-tahun dan masih melakukannya sampai sekarang," kata Roveta menambahkan.

Meski pertarungan mereka menyedot perhatian besar dari publik dan media, Roveta menegaskan bahwa Poirier tidak menerima keuntungan finansial besar dari trilogi itu. Ia menyebut bahwa tawaran yang diterima justru kurang menguntungkan dari sisi ekonomi.

"Rasanya penawaran itu merugikan kami dan mereka melihat sebagai batu loncatan untuk rencana yang jauh lebih besar [bagi McGregor], setidaknya saya melihatnya begitu," ucap Roveta.

"Orang-orang di luar berpikir, 'Oh, dia dapat kesempatan. Dia akan melawan superstar dan akan ada banyak uang dan hidup akan berubah selamannya.' Tetapi secara ekonomi saya bisa bilang tidak seperti itu," tegasnya.

Dari TKO hingga Cedera, Trilogi Sarat Drama

Trilogi pertarungan Poirier vs McGregor menghadirkan berbagai momen dramatis yang mempertegas rivalitas mereka. Dalam duel pertama, Poirier mengalami kekalahan TKO. Namun pada pertemuan kedua, Poirier tampil dominan dan sukses mengalahkan McGregor lewat serangan tinju yang tajam dan akurat.

Laga ketiga menjadi lebih kontroversial. McGregor harus mengakhiri pertarungan dengan kekalahan setelah dokter menghentikan pertandingan akibat cedera kaki yang dideritanya. Momen itu sekaligus menjadi penutup dari kisah panjang pertarungan dua bintang UFC ini.

Kini, jelang UFC 318, Poirier memilih menutup kariernya sebagai petarung dengan pertarungan melawan Max Holloway. Keputusan itu datang setelah bertahun-tahun melewati pertarungan keras, jatuh bangun melawan lawan-lawan terbaik, dan membangun warisan sebagai salah satu petarung paling dihormati di divisi ringan UFC.

Meskipun tidak pernah resmi menyandang status juara dunia UFC, nama Dustin Poirier tetap dikenang sebagai pejuang sejati di atas oktagon. Komitmennya terhadap nilai-nilai sportivitas, kerja keras, dan ketangguhan mental menjadikannya salah satu figur penting dalam sejarah UFC.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index