Wijaya Karya

Wijaya Karya Optimistis Hadapi Skema Pendanaan Baru dari Danantara

Wijaya Karya Optimistis Hadapi Skema Pendanaan Baru dari Danantara
Wijaya Karya Optimistis Hadapi Skema Pendanaan Baru dari Danantara

JAKARTA - Meski pemerintah mengubah skema pendanaan dari Penyertaan Modal Negara (PMN) ke Danantara, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) tetap memprioritaskan penyelesaian proyek-proyek strategis yang tengah berjalan. Emiten konstruksi milik negara ini menegaskan bahwa perubahan pola dukungan tersebut tidak akan menghambat kinerja maupun komitmennya dalam menuntaskan berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

Alih-alih merasa terbebani, WIKA justru menanggapi transisi ini secara positif. Langkah pemerintah dianggap sebagai bagian dari upaya memperkuat landasan bisnis yang berkelanjutan dan adaptif terhadap dinamika pendanaan pembangunan nasional.

Fokus Proyek Berjalan dan Optimalisasi Dana PMN

Pada tahun 2024, WIKA memperoleh suntikan dana sebesar Rp6 triliun melalui skema PMN untuk mendukung pengerjaan 29 proyek strategis nasional. Corporate Secretary WIKA, Ngantemin, menyampaikan bahwa dana tersebut telah dialokasikan pada sejumlah proyek prioritas, seperti Jalan Tol Serang–Panimbang Seksi 1, 2, dan 3 di Banten, pembangunan fasilitas LPG Refrigerated di Tuban, pembangunan Smelter Manyar di Gresik, Jawa Timur, hingga pembangunan jalan tol di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN), tepatnya Segmen 3B-2 Kariangau–Tempadung.

WIKA kini tengah memusatkan perhatian pada progres fisik proyek yang telah berjalan. Proyek Jaringan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1 dan 3 Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN telah mencapai 44 persen. Sementara itu, proyek EPC Coal Handling TLS 6 & 7 mencatatkan progres 40 persen, pembangunan Tol Jakarta–Cikampek telah rampung 68 persen, dan pembangunan Tol Semarang–Demak telah selesai sebesar 66 persen.

Ngantemin menegaskan bahwa proyek-proyek tersebut masih mengandalkan pendanaan dari PMN yang sebelumnya telah diterima oleh WIKA. Kendati begitu, ia juga menanggapi keputusan pemerintah mengalihkan skema pendanaan ke Danantara secara optimis.

Sambut Skema Danantara dengan Keyakinan

Seiring dengan transformasi kebijakan pendanaan, pemerintah memutuskan bahwa ke depan, perusahaan-perusahaan, termasuk BUMN seperti WIKA, tidak lagi menerima PMN dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebagai gantinya, dukungan keuangan akan diberikan melalui hasil pengelolaan BUMN yang dikelola Danantara, lembaga investasi negara yang baru dibentuk.

Menurut Ngantemin, WIKA percaya bahwa skema ini akan tetap memberikan ruang bagi perusahaan untuk mengakses dukungan dana pemerintah secara efisien dan berkelanjutan.

“Skema baru ini diyakini akan menjaga keberlanjutan, memperkuat fundamental bisnis, dan meningkatkan daya saing perseroan dalam meraih peluang pasar secara lebih optimal,” ungkap Ngantemin.

Lebih lanjut, ia menilai skema Danantara tepat diterapkan untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur strategis yang menjadi bagian dari Asta Cita Pemerintah. WIKA pun akan menyesuaikan strategi bisnis dan pembiayaan agar tetap selaras dengan skema baru tersebut, sembari terus menjaga kualitas pelaksanaan proyek.

Komitmen ESG dan Penguatan Portofolio Infrastruktur Hijau

Selain menuntaskan proyek berjalan, WIKA juga merancang langkah ekspansi ke proyek-proyek baru yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Dalam waktu mendatang, perseroan berencana memperkuat portofolio di sektor infrastruktur hijau, termasuk proyek Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC) yang mendukung hilirisasi industri dan ketahanan pangan nasional.

“Ini sejalan dengan komitmen perusahaan pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG),” ujar Ngantemin.

Pendekatan ESG menjadi pijakan WIKA dalam memperluas cakupan bisnis, serta menjawab tantangan global terkait perubahan iklim, keberlanjutan lingkungan, dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, transformasi skema pendanaan bukan hanya dianggap sebagai perubahan teknis, melainkan momentum untuk menata ulang strategi bisnis jangka panjang.

WIKA meyakini bahwa keberhasilan pembangunan proyek strategis bukan semata ditentukan oleh sumber pembiayaan, tetapi juga oleh kesiapan perusahaan dalam mengelola proyek secara efisien, adaptif, dan berorientasi pada hasil. Dengan rekam jejak yang kuat di sektor konstruksi nasional, perseroan optimistis tetap dapat menjalankan amanah pembangunan meski dalam lanskap pendanaan yang berubah.

Proyeksi Kinerja Tetap Positif

Meski menghadapi tantangan transisi skema pendanaan, WIKA tetap menargetkan pertumbuhan kontrak baru dan kinerja positif pada 2025. Beberapa waktu lalu, perusahaan juga mencatat perolehan kontrak baru senilai Rp4,3 triliun pada semester I 2025, menandakan geliat usaha yang terus berjalan di tengah dinamika industri konstruksi nasional.

WIKA juga telah mengantongi proyek-proyek lain di sektor infrastruktur, termasuk jaringan irigasi di Jambi dan Kalimantan Utara. Ini menunjukkan bahwa meskipun perubahan pendanaan tengah berlangsung, minat pasar terhadap jasa konstruksi WIKA tetap tinggi.

Dengan menjaga sinergi antara penyelesaian proyek lama dan perolehan proyek baru, serta menjawab tantangan skema pendanaan alternatif melalui Danantara, WIKA berupaya membuktikan bahwa transformasi tidak harus diikuti oleh perlambatan. Justru, ini adalah waktu yang tepat untuk menguatkan fondasi bisnis dan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index