JAKARTA - Gelombang baru tengah terjadi di dunia sepak bola Indonesia. Sejumlah pemain naturalisasi yang sebelumnya digadang-gadang sebagai penguat skuad timnas di masa depan, kini justru memilih pulang lebih awal ke tanah air untuk bermain di liga lokal. Nama-nama seperti Jens Raven, Jordi Amat, hingga Rafael Struick kini telah resmi bergabung dengan klub-klub peserta BRI Liga 1 musim 2025/2026.
Langkah ini memunculkan tanda tanya besar: apakah kembalinya mereka ke Indonesia akan berdampak pada performa tim nasional ke depan? Padahal, PSSI sejak awal memproyeksikan para pemain ini untuk menimba pengalaman dan kualitas di Eropa.
Tiga Nama, Satu Tujuan: Bermain di Tanah Air
Yang terbaru, Jens Raven, penyerang keturunan Belanda-Indonesia, telah resmi bergabung dengan Bali United setelah menyudahi kontraknya selama dua tahun bersama FC Dordrecht di Belanda. Pengumuman ini disampaikan melalui akun Instagram resmi klub Bali United, lengkap dengan sambutan hangat kepada penggemar.
“@jensraven9 kirimkan pesan untuk seluruh Semeton, sampai jumpa di Dipta,” tulis akun @baliunitedfc, menyambut kehadiran sang pemain baru.
Sebelum Raven, dua nama lain yang lebih dahulu memastikan langkah serupa adalah Rafael Struick dan Jordi Amat. Rafael Struick, penyerang muda timnas, kini berseragam Dewa United setelah sebelumnya membela Brisbane Roar FC di Australia. Sementara itu, Jordi Amat, bek senior berusia 33 tahun, memilih Persija Jakarta setelah kontraknya dengan klub Malaysia, Johor Darul Ta’zim, berakhir.
Kekhawatiran terhadap Penurunan Kualitas Timnas
Keputusan ketiga pemain tersebut memilih Liga Indonesia menimbulkan kekhawatiran baru, terutama dari segi kualitas permainan yang akan mereka hadapi di level domestik. Liga Indonesia memang terus berkembang, namun tidak bisa dimungkiri bahwa dari sisi kompetisi dan tekanan, liga-liga Eropa masih berada di atas.
PSSI sejak awal mengharapkan para pemain diaspora seperti Jens dan Rafael agar berkembang di lingkungan Eropa yang lebih kompetitif, sehingga bisa membawa pengaruh positif saat membela timnas. Ketika pemain-pemain ini justru memilih kembali ke liga dalam negeri saat usia mereka masih produktif, maka harapan itu bisa saja mengalami pergeseran.
Meski keputusan Jordi Amat untuk kembali ke liga lokal bisa dimaklumi—mengingat usianya yang telah memasuki fase akhir karier—berbeda halnya dengan Jens dan Rafael yang keduanya masih tergolong muda dan memiliki potensi berkembang lebih jauh jika tetap bermain di Eropa.
Apakah Timnas Akan Kehilangan Taji?
Fenomena ini memunculkan spekulasi bahwa fondasi timnas yang sempat diperkuat oleh pemain diaspora dari Eropa mungkin saja akan melemah dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini, komposisi pemain timnas Indonesia memang masih didominasi oleh kombinasi pemain lokal dan keturunan Eropa yang sudah dinaturalisasi.
Namun, dengan semakin banyaknya pemain muda diaspora yang memilih bermain di liga lokal, tantangan PSSI semakin besar. Sebab, target jangka panjang berupa peningkatan kualitas skuad melalui pengalaman di kompetisi Eropa bisa saja tidak tercapai.
Meski demikian, PSSI belum menghentikan upaya regenerasi dan tetap aktif memburu talenta diaspora lainnya. Salah satu nama yang belakangan ramai dibicarakan adalah Mauro Zijlstra, striker keturunan Belanda-Indonesia yang kini bermain di FC Volendam. Ia bahkan dikabarkan sedang menjalani proses naturalisasi dan berpeluang membela timnas U-23 pada ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 yang akan digelar September mendatang.
Regenerasi Tetap Jalan, Peluang Masih Terbuka
Meskipun ada kekhawatiran, peluang bagi pemain-pemain yang kembali ke Liga Indonesia untuk tetap membela timnas tetap terbuka lebar. Selama mereka mampu menunjukkan performa terbaik di liga domestik, tentu pelatih timnas akan mempertimbangkan kontribusi mereka.
Keputusan Jens Raven, Rafael Struick, dan Jordi Amat untuk bermain di BRI Liga 1 tidak serta-merta mengakhiri peran mereka di tim nasional. Justru ini menjadi tantangan tersendiri bagi PSSI untuk terus meningkatkan kualitas kompetisi dalam negeri agar tetap menjadi tempat berkembang, bukan hanya tempat “pulang”.
PSSI juga masih memiliki deretan agenda jangka panjang terkait naturalisasi pemain diaspora. Proyek ini belum berakhir, dan ke depan, bisa saja muncul nama-nama baru yang akan mengisi lini timnas, baik dari Eropa maupun dari Asia.
Fenomena Baru yang Harus Diantisipasi
Eksodus pemain naturalisasi ke liga lokal bisa dilihat dari dua sisi. Di satu sisi, hal ini memperkuat klub-klub liga Indonesia dengan kehadiran pemain berpengalaman. Namun di sisi lain, jika tidak diimbangi dengan kompetisi yang kompetitif, kualitas mereka bisa menurun dan berimbas pada performa tim nasional.