JAKARTA - Upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor aluminium dan memperkuat industri manufaktur nasional terus digencarkan. Melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID menargetkan peningkatan signifikan kapasitas produksi aluminium nasional dalam lima tahun ke depan.
MIND ID menyiapkan langkah strategis untuk mengerek produksi aluminium nasional menjadi 900 ribu ton per tahun (KTPA) pada 2029, naik drastis dari kapasitas terpasang saat ini yang masih berada di level 275 ribu KTPA.
Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin menegaskan bahwa langkah ini tidak hanya soal peningkatan produksi semata, melainkan bagian dari visi besar hilirisasi industri berbasis sumber daya alam nasional.
"Grup MIND ID berkomitmen untuk menjadi penggerak hilirisasi aluminium terintegrasi guna memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen aluminium dunia, dan mampu berdaulat dalam mendukung industri manufaktur sekaligus mengurangi ketergantungan impor," ujar Maroef dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Dorong Ekosistem Hilirisasi dan Energi Baru
Langkah ekspansi kapasitas ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan domestik terhadap aluminium. Dalam tiga dekade ke depan, konsumsi aluminium nasional diperkirakan akan meningkat sebesar 600 persen. Kenaikan tersebut didorong oleh kebutuhan industri kendaraan listrik (EV) dan energi terbarukan seperti panel surya.
Penggunaan aluminium memiliki kontribusi penting dalam pembangunan infrastruktur energi baru. Untuk satu battery pack kendaraan listrik, sekitar 18 persen komponennya berasal dari material aluminium. Sementara, untuk menghasilkan panel surya berkapasitas 1 megawatt (MW), diperlukan sekitar 21 ton aluminium.
Menjawab kebutuhan tersebut, MIND ID menyiapkan pembangunan fasilitas produksi aluminium baru di kawasan Mempawah, Kalimantan Barat. Fasilitas ini dirancang memiliki kapasitas hingga 600 ribu KTPA. Jika digabungkan dengan fasilitas yang saat ini telah dioperasikan oleh INALUM, maka total kapasitas aluminium nasional yang dikelola MIND ID akan menembus angka 900 ribu KTPA.
Di sisi hulu, perusahaan telah mengoperasikan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun. Alumina merupakan bahan baku utama dalam pembuatan aluminium. Untuk memperkuat rantai pasok jangka panjang, pembangunan SGAR Fase II juga tengah digarap dan ditargetkan menambah kapasitas sebesar 1 juta ton per tahun.
Tak hanya itu, penguatan pasokan bijih bauksit juga menjadi perhatian. Melalui PT Aneka Tambang Tbk, MIND ID membangun fasilitas washed bauxite berkapasitas 1,47 juta ton per tahun yang juga berlokasi di Mempawah.
Maroef menegaskan bahwa bauksit, alumina, dan aluminium memiliki peranan strategis dalam menunjang industri manufaktur dan sektor energi terbarukan Indonesia di masa depan.
"Ekspansi ini tak hanya bicara soal volume produksi, tapi juga bagaimana menjamin keberlanjutan, efisiensi operasional kelas dunia, serta kesiapan infrastruktur penunjang," jelasnya.
Ia juga menambahkan, proyek pengembangan hilirisasi ini turut memperhatikan aspek sosial dan lingkungan di sekitar wilayah operasional.
"Kita harus mengelolanya dengan tanggung jawab, profesionalisme, dan semangat transformasi agar Indonesia menjadi negara berdaulat dalam mendukung industrialisasi berbasis sumber daya alamnya," kata Maroef.
Peningkatan kapasitas dan penguatan ekosistem aluminium nasional di bawah MIND ID diharapkan menjadi kunci penting dalam mendukung Indonesia sebagai pemain kunci di rantai pasok industri global, sekaligus menjadi pilar transisi energi yang berkelanjutan.