Adhi Karya

Adhi Karya Pacu Pemulihan Kinerja Meski Pendapatan Tertekan

Adhi Karya Pacu Pemulihan Kinerja Meski Pendapatan Tertekan
Adhi Karya Pacu Pemulihan Kinerja Meski Pendapatan Tertekan

JAKARTA - Di tengah tekanan berat pada kinerja keuangan semester I 2025, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tetap berupaya menjaga optimisme melalui strategi kontrak baru dan klaim proyek tol. Penurunan pendapatan signifikan tak menyurutkan langkah emiten konstruksi pelat merah ini untuk fokus pada keberlanjutan bisnis jangka panjang.

Pendapatan Menyusut, Laba Terkikis

Sepanjang Januari hingga Juni 2025, Adhi Karya mencatat pendapatan usaha sebesar Rp 3,81 triliun. Angka ini turun tajam sekitar 32,8–33% dari Rp 5,68 triliun pada periode sama tahun lalu. Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan menurunnya laba bersih perusahaan secara signifikan.

Penurunan beban pokok pendapatan juga terjadi, yaitu sebesar 37% menjadi Rp 3,23 triliun dari sebelumnya Rp 5,15 triliun. Meskipun begitu, laba bruto tetap mengalami pertumbuhan sekitar 9,8–10% menjadi Rp 572–521 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh klaim eskalasi pada proyek jalan tol yang dikerjakan perusahaan.

Namun demikian, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar Rp 7,54 miliar. Angka tersebut turun sekitar 45–46% dibandingkan capaian tahun lalu sebesar Rp 13,7 miliar. Selain itu, laba dari entitas asosiasi juga mengalami penurunan dari Rp 327,9 miliar menjadi Rp 186,2 miliar, sementara rugi entitas asosiasi tercatat sebesar Rp 3,36 miliar.

Secara neraca, total aset perusahaan tercatat menyusut sekitar 5% menjadi Rp 34,3–34,4 triliun. Sementara itu, liabilitas turun sekitar 8% ke posisi Rp 24,7 triliun, menyusul pelunasan kewajiban dari PUB III Tahap III senilai Rp 1,3 triliun pada Mei 2025. Nilai ekuitas tetap berada di kisaran Rp 9,69 triliun.

Kontrak Baru Jadi Harapan Pemulihan

Walau menghadapi tekanan finansial, Adhi Karya masih mampu memperoleh kontrak baru sebesar Rp 3,5 triliun hingga akhir Juni 2025. Mayoritas proyek yang diraih berasal dari segmen pekerjaan gedung (41%), infrastruktur (26%), serta engineering dan industri (18%). Dari sisi lini bisnis, kontribusi terbesar masih berasal dari engineering & konstruksi sebesar 86%, disusul properti & hospitality 9%, investasi & konsesi 4%, dan manufaktur sisanya.

Dalam hal pendanaan, kontrak baru tersebut berasal dari BUMN sebesar 58%, pemerintah 22%, dan swasta atau entitas lain sebesar 20%.

Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Farid Budiyanto, menyampaikan bahwa perusahaan akan terus mengedepankan efisiensi operasional guna meningkatkan produktivitas proyek yang tengah berjalan. Di saat yang sama, Adhi Karya juga akan selektif dalam menerima proyek baru sebagai bagian dari strategi menjaga keberlangsungan usaha jangka panjang.

“Operational excellence menjadi prioritas, disertai seleksi ketat terhadap proyek-proyek baru,” ujar Farid.

Peningkatan laba bruto yang mencapai hampir 10% juga menunjukkan adanya kontribusi positif dari klaim eskalasi biaya proyek jalan tol. Proyek-proyek besar seperti Jalan Tol Yogyakarta–Bawen Paket 1, Solo–Yogyakarta–Kulon Progo, serta Pabrik PUSRI III‑B disebut menjadi penopang utama pendapatan pada semester pertama 2025.

Arus Kas Ketat, Pengelolaan Utang Jadi Kunci

Meski beban pokok berhasil ditekan dan laba bruto naik, tekanan terhadap arus kas tetap menjadi perhatian manajemen. Rasio DER (Debt to Equity Ratio) Adhi Karya tercatat sekitar 0,89x, sedangkan rasio liabilitas terhadap ekuitas berada di angka 2,55x. Keduanya masih dalam batas aman, tetapi memerlukan pengelolaan utang yang lebih disiplin ke depan.

Salah satu tantangan terbesar ke depan adalah ketidakpastian dalam perolehan kontrak tambahan. Untuk menjawab tantangan itu, Adhi Karya akan mengoptimalkan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), serta terus menjalin kemitraan dengan BUMN maupun swasta.

Perusahaan juga berharap penguatan kinerja proyek eksisting bisa menjaga keberlanjutan bisnis di tengah tekanan pasar konstruksi yang fluktuatif.

“Penguatan cashflow menjadi salah satu prioritas utama kami,” tegas manajemen.

Dengan perbaikan laba bruto serta komitmen terhadap efisiensi, Adhi Karya optimistis dapat membalikkan kondisi keuangan di semester kedua tahun ini. Manajemen berharap, melalui realisasi kontrak baru dan pelunasan utang yang disiplin, kepercayaan investor dan pemegang saham dapat dipulihkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index