Wijaya Karya

Wijaya Karya Siapkan Langkah Pemulihan Usai Rugi Semester I 2025

Wijaya Karya Siapkan Langkah Pemulihan Usai Rugi Semester I 2025
Wijaya Karya Siapkan Langkah Pemulihan Usai Rugi Semester I 2025

JAKARTA - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), emiten BUMN di sektor konstruksi, tengah menghadapi tantangan kinerja pada paruh pertama 2025. Meski membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,66 triliun, perusahaan tidak tinggal diam. WIKA kini menitikberatkan perhatian pada strategi transformasi serta perolehan kontrak baru sebagai langkah pemulihan.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kondisi ini berbalik arah. Pada semester I 2024, WIKA masih mencatatkan laba sebesar Rp 401,95 miliar. Perubahan signifikan ini menandai pentingnya langkah korektif dan strategi baru yang tengah ditempuh.

Tekanan Pendapatan dan Kenaikan Beban

Penyusutan kinerja WIKA terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan bersih. Hingga Juni 2025, pendapatan tercatat hanya sebesar Rp 5,85 triliun, turun 22,25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 7,53 triliun.

Kontribusi pendapatan berasal dari tiga segmen utama perusahaan, yaitu:

Infrastruktur dan Gedung: Rp 2,34 triliun

Industri: Rp 1,61 triliun

Energi dan Industrial Plant: Rp 1,53 triliun

Sementara itu, beban operasional turut meningkat. Beban penjualan naik dari Rp 5,30 miliar menjadi Rp 6,41 miliar. Beban umum dan administrasi juga mengalami kenaikan, dari sebelumnya Rp 479,52 miliar menjadi Rp 509,31 miliar.

Pendapatan lain-lain pun merosot tajam. Dari Rp 4,38 triliun pada semester I 2024, turun menjadi hanya Rp 891,36 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Namun demikian, terdapat perbaikan pada beberapa pos biaya. Beban keuangan berkurang dari Rp 1,85 triliun menjadi Rp 1,38 triliun. Beban lain-lain juga turun dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 714,91 miliar.

Operasional Tetap Positif

Di balik tekanan angka laba bersih, operasional WIKA tetap menunjukkan sinyal positif. Laba kotor dari proyek Non-KSO mencapai Rp 472,56 miliar, sementara dari KSO sebesar Rp 298,86 miliar.

EBITDA tercatat positif sebesar Rp 367,16 miliar. Pencapaian ini turut memperkuat Gross Profit Margin (GPM) menjadi 8,67%, naik dibandingkan semester I 2024 yang sebesar 7,81%. EBITDA Margin juga mencatatkan angka 6,27%, menunjukkan efisiensi dan keberlangsungan operasional.

Fokus Transformasi dan Kontrak Baru

Menghadapi tantangan tersebut, WIKA tidak bergantung pada perbaikan jangka pendek. Perusahaan kini fokus pada transformasi bisnis menyeluruh serta penguatan portofolio proyek. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan memperkuat struktur keuangan secara keseluruhan.

Sekretaris Perusahaan WIKA, Ngatemin (Emin), menyampaikan bahwa langkah transformasi yang telah berjalan memberikan sinyal positif, dan akan terus dilanjutkan. “Meskipun perusahaan mengalami kerugian, langkah-langkah transformasi yang dijalankan WIKA menunjukkan hasil yang positif, dan akan terus dilanjutkan guna memulihkan kinerja keuangan perusahaan,” ungkapnya.

WIKA juga terus menekankan penerapan lean construction, yakni metode pelaksanaan proyek yang lebih efisien dan hemat biaya, untuk mendukung keberlanjutan operasional jangka panjang.

Harapan di Paruh Kedua 2025

Ke depan, WIKA memproyeksikan pemulihan bertahap seiring fokus pada kontrak-kontrak baru dan efisiensi internal. Perusahaan juga berkomitmen untuk meningkatkan daya saing di sektor konstruksi, baik dari sisi kecepatan pengerjaan maupun pengelolaan biaya.

Manajemen berharap strategi ini dapat membalikkan performa keuangan ke arah yang lebih positif pada semester kedua 2025. Peningkatan efektivitas kerja, penataan portofolio, dan perbaikan arus kas menjadi bagian dari langkah menyeluruh yang telah dirancang.

Melalui kombinasi antara perolehan kontrak baru, efisiensi biaya, dan langkah transformasi yang konsisten, WIKA berambisi menciptakan pemulihan berkelanjutan yang dapat mengembalikan kepercayaan pasar terhadap fundamental perusahaan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index