MIND ID

MIND ID Genjot Produksi Aluminium 900 Ribu Ton per Tahun

MIND ID Genjot Produksi Aluminium 900 Ribu Ton per Tahun
MIND ID Genjot Produksi Aluminium 900 Ribu Ton per Tahun

JAKARTA - Indonesia semakin serius dalam memperkuat industri aluminium nasional. Holding Industri Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) tengah mempersiapkan ekspansi besar untuk mendorong kapasitas produksi aluminium hingga sekitar 900 ribu ton per tahun (KTPA).

Langkah strategis ini dilakukan melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) yang kini memiliki kapasitas terpasang sebesar 275 KTPA. Dengan penambahan fasilitas baru, MIND ID berharap bisa menutup sebagian besar gap antara kebutuhan dan pasokan aluminium di dalam negeri yang mencapai 1,2 juta ton per tahun.

Fasilitas utama yang akan menjadi tulang punggung penguatan kapasitas ini adalah proyek pabrik aluminium baru di Mempawah, Kalimantan Barat, yang ditargetkan mampu menghasilkan hingga 600 KTPA. Jika digabung dengan produksi eksisting, total kapasitas bisa mendekati 900 KTPA.

Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin, menegaskan bahwa upaya ini merupakan bagian dari strategi hilirisasi yang terintegrasi.
“MIND ID berkomitmen untuk menjadi penggerak hilirisasi aluminium terintegrasi guna memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen aluminium dunia,” ujarnya.

Memperkuat Hulu dan Menyokong Industri Masa Depan

Di sektor hulu, MIND ID telah mengoperasikan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun. Alumina ini menjadi bahan baku utama untuk memproduksi aluminium.

Tak berhenti di situ, SGAR Fase II tengah dipersiapkan dan diharapkan dapat menambah kapasitas produksi sebesar 1 juta ton alumina per tahun. Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), yang juga menjadi anggota MIND ID, memperkuat pasokan bijih bauksit melalui pembangunan fasilitas washed bauxite di Mempawah dengan kapasitas 1,47 juta ton per tahun.

Ekspansi besar ini bukan tanpa alasan. Konsumsi aluminium nasional diperkirakan melonjak hingga 600% dalam 30 tahun mendatang. Lonjakan ini dipicu pertumbuhan industri kendaraan listrik, baterai kendaraan listrik, dan energi terbarukan seperti panel surya.

Sebagai gambaran, satu battery pack membutuhkan sekitar 18% material aluminium dari total bahan baku, sementara untuk membangun panel surya berkapasitas 1 MW diperlukan sekitar 21 ton aluminium. Presiden Joko Widodo pun menyoroti fakta bahwa 56% kebutuhan aluminium nasional masih dipenuhi dari impor.

Hilirisasi Terintegrasi dan Keberlanjutan

Maroef Sjamsoeddin menegaskan, pengembangan kapasitas aluminium ini bukan sekadar memenuhi kebutuhan industri, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kedaulatan ekonomi Indonesia.
“Bagi MIND ID, penguatan ekosistem hilirisasi terintegrasi ini merupakan investasi untuk masa depan bangsa. Kita harus mengelolanya dengan tanggung jawab, profesionalisme, dan semangat transformasi,” tegasnya.

Ia juga memastikan setiap proyek strategis yang dijalankan mengacu pada standar global, mulai dari efisiensi produksi, transparansi, hingga penerapan prinsip keberlanjutan. Maintenance dan reliability seluruh fasilitas akan diperkuat untuk menjamin kelancaran operasional sekaligus responsif terhadap dinamika pasar global.

Dengan rencana ini, MIND ID menargetkan Indonesia tidak lagi bergantung pada impor aluminium dalam jangka panjang. Hilirisasi bauksit, alumina, hingga aluminium akan menjadi motor penggerak industri manufaktur dan energi baru terbarukan, sekaligus memperkuat daya saing Indonesia di kancah internasional.

Ekspansi produksi aluminium hingga 900 ribu ton per tahun menjadi langkah nyata untuk memastikan Indonesia siap menghadapi lonjakan permintaan industri modern, sekaligus menegaskan posisi negara sebagai produsen aluminium terkemuka di dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index