JAKARTA - Paruh pertama 2025 menjadi periode yang penuh tantangan bagi PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Meski sejumlah proyek infrastruktur strategis tetap berjalan, kinerja pendapatan perusahaan justru menunjukkan penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya.
Hingga triwulan II/2025, ADHI membukukan pendapatan Rp3,8 triliun, turun 33% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, pendapatan Joint Operation (JO) tercatat Rp4,3 triliun dan Non-Joint Operation (NJO) sebesar Rp5,7 triliun.
Corporate Secretary ADHI, Farid Budiyanto, menyebut kontribusi utama pendapatan berasal dari proyek Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Paket 1, Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo, serta pembangunan Pabrik PUSRI III-B.
Pendapatan Tertekan, Laba Bersih Menyusut
Dari sisi laba kotor, ADHI mencatat kenaikan menjadi Rp521 miliar, tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama ditopang klaim eskalasi dari proyek jalan tol.
Namun, laba bersih triwulan II/2025 justru turun 46% menjadi Rp7,5 miliar dibanding periode yang sama tahun 2024. Farid mengakui, melemahnya kinerja bottom line ini dipengaruhi oleh dinamika perolehan kontrak yang belum optimal di awal tahun.
Total aset perusahaan per triwulan II/2025 tercatat Rp34,4 triliun, turun 5% year-on-year, sementara liabilitas menyusut 8% menjadi Rp24,7 triliun karena adanya pelunasan kewajiban. Ekuitas ADHI berada di angka Rp9,7 triliun dengan rasio DER Interest Bearing Debt 0,89x dan rasio Total Liabilitas terhadap Ekuitas 2,55x.
Di tengah kondisi yang menantang, ADHI menunjukkan komitmen menjaga kepercayaan investor dengan melunasi kewajiban jatuh tempo Obligasi Berkelanjutan PUB III Tahap III Tahun 2022 senilai Rp1,3 triliun pada 24 Mei 2025.
Kontrak Baru dan Strategi Pertumbuhan
Hingga kuartal II/2025, ADHI memperoleh kontrak baru senilai Rp3,5 triliun. Komposisinya terdiri atas proyek gedung 41%, proyek infrastruktur 26%, engineering & industri 18%, dan sisanya proyek lainnya.
Jika dilihat dari lini bisnis, engineering & konstruksi mendominasi 86% kontrak baru, diikuti property & hospitality 9%, investasi & konsesi 4%, serta manufaktur untuk sisanya. Dari sisi sumber pendanaan, BUMN menyumbang 58%, pemerintah 22%, dan sisanya berasal dari swasta.
Farid menjelaskan, ADHI akan terus mengoptimalkan perolehan kontrak baru dari berbagai skema, termasuk kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), proyek BUMN, maupun sektor swasta. Perusahaan juga menjalankan operational excellence agar produktivitas proyek yang ada tetap maksimal, sekaligus menerapkan prinsip prudent dalam memilih proyek baru dan disiplin dalam pengelolaan arus kas untuk memastikan keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Dengan strategi ini, ADHI berharap dapat memperbaiki performa pada semester II/2025 dan menjaga target kinerja tahunan tetap tercapai meski kondisi pasar konstruksi masih penuh tantangan.