Penyeberangan

Penyeberangan Bali Lombok Lumpuh Akibat Cuaca Ekstrem

Penyeberangan Bali Lombok Lumpuh Akibat Cuaca Ekstrem
Penyeberangan Bali Lombok Lumpuh Akibat Cuaca Ekstrem

JAKARTA - Aktivitas pelayaran antara Bali dan Lombok terhenti sementara setelah gelombang laut meninggi hingga empat meter. Keputusan penghentian operasional kapal ferry dan fast boat diambil demi keselamatan penumpang, menyusul peringatan cuaca ekstrem yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

BMKG memprediksi kondisi cuaca ekstrem ini berlangsung hingga 3 Agustus 2025. Gelombang tinggi, angin kencang, dan potensi bencana hidrometeorologi menjadi ancaman utama bagi jalur laut di sekitar Bali dan Lombok.

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III dalam keterangan resminya menyampaikan, pola angin di perairan utara dan selatan Bali bergerak dengan kecepatan 6–30 knot. Kecepatan angin di perairan selatan Bali berkisar 6–20 knot, yang berisiko besar bagi pelayaran kapal nelayan, tongkang, maupun ferry.

Imbauan BMKG dan Langkah Keselamatan

BMKG memetakan beberapa wilayah laut yang paling terdampak. Gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diperkirakan terjadi di Perairan Bali bagian utara dan Selat Lombok bagian utara. Sementara itu, gelombang 2,5 hingga 4 meter berpotensi muncul di Selat Lombok bagian selatan, Selat Badung, dan Perairan Selatan Pulau Bali.

BMKG juga merinci langkah keselamatan yang harus diikuti pelaku pelayaran:

Perahu nelayan diimbau kembali ke darat bila kecepatan angin mencapai 15 knot dan gelombang 1,25 meter.

Kapal tongkang diminta berlindung bila angin mencapai 16 knot dan gelombang 1,5 meter.

Kapal ferry dilarang beroperasi saat angin 21 knot dan gelombang mencapai 2,5 meter.

Menindaklanjuti peringatan tersebut, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Padangbai dan Lembar menghentikan sementara keberangkatan kapal penyeberangan sejak Rabu, 30 Juli 2025 pukul 10.00 WITA.

Berdasarkan pembaruan BMKG pukul 09.31 WITA, tinggi gelombang di perairan mencapai 3,1 meter, cukup untuk menutup jalur penyeberangan.

Langkah ini diambil untuk mencegah risiko kecelakaan laut, mengingat kondisi cuaca yang masih belum stabil dan gelombang yang berpotensi meningkat. Penumpang dan pelaku wisata diminta menunggu informasi resmi berikutnya mengenai kapan jalur laut Bali-Lombok bisa kembali beroperasi normal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index