Danantara

Suntikan Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO hingga GIAA

Suntikan Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO hingga GIAA
Suntikan Investasi Danantara Dongkrak Saham PGEO hingga GIAA

JAKARTA - Kinerja sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan setelah mendapatkan sentimen positif dari rencana investasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Emiten seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), hingga PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) tercatat mengalami penguatan tajam seiring masuknya dukungan modal dari Danantara ke proyek strategis masing-masing perusahaan.

CEO Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menegaskan bahwa kerja sama investasi yang dilakukan tidak hanya bertujuan memperkuat kinerja perusahaan, tetapi juga mendukung transisi energi bersih nasional. “Ini merupakan langkah penting dalam mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan,” tulis Rosan melalui unggahan di Instagram @rosanroeslani.

PGEO dan Proyek Energi Bersih 3 GW

Pertamina Geothermal Energy menjadi salah satu emiten yang paling terdorong oleh kabar investasi ini. Danantara telah melakukan pertemuan dengan jajaran direksi PGEO untuk membahas pengembangan energi panas bumi hingga 3 GW. Rencana tersebut diperkuat dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) agar masuk ke pipeline eksekusi investasi.

Kuatnya sinyal dukungan ini menjadi katalis positif bagi harga saham PGEO yang melejit 82,35% sepanjang tahun berjalan 2025. Dari harga awal Rp940 per lembar, kini per 30 Juli 2025 saham PGEO diperdagangkan di level Rp1.705 per lembar.

Di sisi lain, induk PGEO, PT Pertamina New & Renewable Energy, juga menandatangani kerja sama dengan Citicore Renewable Energy Corporation (CREC) dari Filipina senilai US$120 juta, yang menandai kepemilikan 20% saham Pertamina NRE di CREC. Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, mengonfirmasi nilai investasi tersebut. “Kalau saya tidak salah, nilainya mendekati US$120 juta,” ujarnya.

Langkah ini sejalan dengan fokus Danantara memperluas portofolio energi hijau dan meningkatkan kapabilitas pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

ANTM dan Proyek Baterai Terintegrasi

Investasi Danantara juga diarahkan pada penguatan kepemilikan di Proyek Dragon, yang mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi. Proyek ini melibatkan konsorsium CATL, Antam, dan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa saat ini porsi kepemilikan Indonesia di Proyek Dragon baru 30%. Danantara berencana menambah porsi tersebut melalui penyetoran modal ke IBC via MIND ID.

“Jadi ada yang memang dilakukan sendiri oleh perusahaan. Bagi itu berupa equity mereka sendiri, bisa juga dalam bentuk loan dan lain sebagainya. Tetapi untuk kasus ini tidak dari Danantara,” terang Dony.

Sinyal ini membuat saham ANTM melonjak 96,07% sejak awal tahun 2025. Dari harga Rp1.545 per lembar, saham Antam kini berada di Rp2.990 per lembar per 30 Juli 2025. Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji, menilai langkah ini menguntungkan. “ANTM sebagai penyuplai nikel ke IBC akan merasakan added value, yang mendukung kinerja fundamental ke depan,” ujarnya.

GIAA dan TPIA Turut Merasakan Dampak

Dukungan modal juga dirasakan PT Garuda Indonesia (GIAA). Danantara menggelontorkan Rp6,65 triliun atau setara US$405 juta sebagai shareholder loan, bagian dari total pembiayaan US$1 miliar untuk pemulihan jangka panjang maskapai. Suntikan ini berhasil mengangkat harga saham GIAA 23,64% YtD, dari Rp54 menjadi Rp68 per lembar per 30 Juli 2025.

Selain itu, Danantara bersama Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) sepakat membangun pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) senilai US$800 juta. Proyek ini akan memperkuat kapasitas produksi bahan kimia dasar seperti soda kostik dan EDC untuk mendukung industri hilir, termasuk pemurnian nikel dan alumina.

Presiden Direktur Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, mengatakan kemitraan ini menegaskan kepercayaan investor terhadap industri kimia nasional. “Masuknya Danantara dan INA mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan industri kimia nasional,” ujarnya.

Dampaknya terlihat jelas pada saham TPIA yang naik 23,67% YtD, dari Rp7.175 menjadi Rp9.275 per lembar.

Masuknya Danantara ke berbagai proyek strategis ini bukan hanya mendorong performa saham emiten terkait, tetapi juga memperkuat ekosistem energi, transportasi, dan industri kimia Indonesia. Dengan penguatan investasi lintas sektor, pasar optimistis terhadap keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index