JAKARTA - Indonesia semakin percaya diri menapaki panggung finansial internasional melalui Danantara, sovereign wealth fund (SWF) baru yang digadang-gadang mampu mengungguli Temasek Holdings milik Singapura dan Khazanah Nasional asal Malaysia. Dengan mengonsolidasikan aset BUMN bernilai fantastis hingga Rp14.715 triliun (setara US$900 miliar), Danantara hadir sebagai simbol ambisi dan kesiapan Indonesia menjadi salah satu kekuatan investasi dunia.
Beroperasi sejak Februari 2025 di bawah pengelolaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), lembaga ini dirancang untuk mengelola kekayaan negara secara profesional sekaligus memaksimalkan potensi aset publik strategis agar memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Superholding BUMN, Fondasi Ambisi Global
Danantara menggabungkan tujuh BUMN besar yang bergerak di sektor penting dan strategis: Bank Mandiri, BRI, BNI, Pertamina, PLN, MIND ID, dan Telkom. Dengan struktur superholding ini, Danantara tidak hanya menjadi salah satu SWF terbesar di Asia, tetapi juga diperhitungkan di tingkat global karena kekuatan aset yang mencapai US$900 miliar.
Menurut Muhammad Wafi, Head of Research di Korea Investment & Sekuritas Indonesia, keunggulan Danantara terletak pada basis asetnya yang mayoritas berasal dari sektor strategis. “Kalau kita lihat, aset‑aset yang dikelola Danantara kebanyakan BUMN, dan ini sektor strategis yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional,” ujarnya.
Di tahun-tahun awal, Danantara fokus memperkuat portofolio domestik melalui investasi pada proyek-proyek besar seperti energi terbarukan, kecerdasan buatan (AI), infrastruktur digital, serta ketahanan pangan. Strategi ini sekaligus mendorong target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 % pada 2029, sembari menyiapkan langkah lebih agresif ke kancah global.
Tata Kelola Modern dan Tantangan Internasional
Berbeda dengan pola pengelolaan aset negara di masa lalu, Danantara menekankan transparansi dan profesionalisme layaknya perusahaan publik internasional. Prinsip ini diambil untuk menghindari potensi kontroversi dan risiko reputasi yang kerap membayangi sovereign wealth fund di berbagai negara.
Demi menjaga kredibilitas global, Danantara menghadirkan jajaran penasihat internasional ternama, mulai dari Ray Dalio, Jeffrey Sachs, hingga mantan Presiden RI dan Perdana Menteri Thailand. Kehadiran figur-figur berkelas dunia ini diharapkan memperkuat arah investasi, meningkatkan kepercayaan pasar, dan memastikan strategi pertumbuhan berkelanjutan.
Meski ambisi besar telah tergambar jelas, para pengamat tetap mengingatkan adanya potensi risiko, termasuk politisasi dan implikasi fiskal. Jika sebagian besar dividen BUMN disalurkan untuk penguatan Danantara, penerimaan negara lewat APBN berpotensi tertekan. Oleh karena itu, manajemen profesional dan tata kelola ketat menjadi kunci menjaga keseimbangan antara ambisi global dan kepentingan domestik.
Indonesia Menuju Pusat Investasi Dunia
Keberadaan Danantara bukan sekadar proyek finansial, melainkan representasi transformasi ekonomi Indonesia yang siap menjadi pusat investasi dunia. Dengan kapasitas yang diproyeksikan mampu melampaui Temasek dan Khazanah, Indonesia menunjukkan bahwa negara berkembang pun dapat memainkan peran dominan dalam ekosistem keuangan internasional.
Dengan landasan regulasi yang kokoh, tata kelola modern, dan dukungan sektor strategis, Danantara diharapkan mampu membawa nama Indonesia ke level yang setara dengan pemain investasi global. Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan aset negara yang terintegrasi dan profesional dapat mengangkat daya saing bangsa sekaligus membuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.