JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2025 menunjukkan performa positif di tengah tekanan global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,12% secara year-on-year (yoy). Angka ini melampaui ekspektasi banyak ekonom yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 4,8%. Menariknya, laju ekonomi ini ditopang oleh gencarnya pembangunan infrastruktur, meskipun konsumsi pemerintah justru mengalami kontraksi.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menegaskan bahwa sejumlah proyek besar telah memberi dorongan signifikan. “Ada beberapa proyek pendorong yang men-driver pertumbuhan ekonomi, di antaranya pembangunan sejumlah ruas jalan tol seperti Kuala Tanjung–Tebing Tinggi–Parapat Seksi IV,” ujar Edy.
Infrastruktur Jadi Motor Pertumbuhan
Kontribusi sektor konstruksi terlihat jelas pada kuartal II/2025 dengan pertumbuhan mencapai 4,98% yoy, meningkat dari kuartal sebelumnya yang hanya 2,18%. Lonjakan ini tidak terlepas dari deretan proyek strategis yang tengah dikebut pemerintah bersama swasta.
Selain tol di Sumatra, beberapa proyek di kawasan Jakarta juga turut memacu pergerakan ekonomi, seperti pembangunan Tol Jakarta–Cikampek Selatan Paket 2A, Mass Rapid Transit (MRT) Fase 2A, serta Tanggul Laut Fase C. Semua proyek tersebut tidak hanya menyerap tenaga kerja, tetapi juga meningkatkan aktivitas ekonomi dari sisi suplai bahan bangunan, jasa konstruksi, hingga pendukung logistik.
Di luar Pulau Jawa, geliat serupa juga tampak pada proyek MRT Bali, Tol Samarinda–Balikpapan di Kalimantan Timur, hingga program pembangunan 3 juta rumah yang menjadi salah satu proyek nasional prioritas. Aktivitas ini mendorong pengadaan material konstruksi yang terlihat dari peningkatan impor bahan baku dan realisasi distribusi semen di kuartal berjalan.
PDB Lampaui Ekspektasi
BPS mencatat, PDB Indonesia atas dasar harga berlaku di kuartal II/2025 mencapai Rp5.947 triliun, sementara PDB atas harga konstan tercatat Rp3.396,3 triliun. Pertumbuhan 5,12% ini menandai peningkatan signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu, dan di atas prediksi pasar.
Edy Mahmud menambahkan, pertumbuhan ini juga terjadi meski konsumsi pemerintah masih terkontraksi 0,33% yoy. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan utama berasal dari sektor swasta dan rumah tangga, khususnya pada aktivitas konstruksi dan investasi infrastruktur.
Bahkan, sektor ini mendapatkan tambahan energi dari meningkatnya nilai konstruksi bangunan, termasuk proyek-proyek yang dibiayai oleh investor swasta. Peningkatan indeks nilai konstruksi dan lonjakan impor bahan bangunan menjadi bukti nyata adanya percepatan proyek.
Sektor Kontributor Utama
BPS mengungkap lima sektor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi kuartal II/2025. Industri pengolahan menjadi kontributor terbesar, disusul oleh sektor perdagangan, konstruksi, pertanian, serta transportasi dan pergudangan. Lonjakan sektor konstruksi menjadi sorotan karena perannya yang konsisten dalam menahan perlambatan di sektor lain.
Sinergi pembangunan infrastruktur ini diharapkan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, sekaligus mendukung penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing Indonesia di tengah tantangan global.
Dengan capaian tersebut, pemerintah optimistis target pertumbuhan ekonomi tahunan 2025 bisa tercapai, terutama jika proyek-proyek strategis ini terus berjalan sesuai jadwal dan memberikan efek berganda ke berbagai sektor.