JAKARTA - Khamzat Chimaev dikenal sebagai petarung yang lebih banyak berbicara lewat aksi di dalam oktagon daripada lewat kata-kata di luar. Namun, jelang pertarungan terbesarnya dalam UFC 319, perhatian Chimaev malah terseret ke perseteruan lama dengan mantan rekan latihannya yang dikenal tajam dan kontroversial, Sean Strickland.
Belakangan ini, Sean Strickland tidak segan mengeluarkan komentar pedas terhadap Chimaev. Dalam sebuah wawancara, Strickland melontarkan kritik tajam, “Saya pernah latihan dengan dia. Ada video saya bilang, ‘Wah, kamu hebat, kamu lebih baik dari semua orang,’ tapi itu sebenarnya sarkasme. Kamu boleh pilih petarung UFC kelas atas, tapi kamu pilih 1–1 cuma karena tingginya sama dengan lawanmu? Tidak, kamu pilih karena kamu pengecut. Mentalnya lemah.”
Pernyataan tersebut bukan sekadar ocehan biasa, tapi serangan yang cukup pribadi bagi ‘Borz’, julukan Chimaev. Keduanya pernah berbagi sesi latihan di gym Xtreme Couture di Las Vegas beberapa tahun lalu, namun Chimaev mengaku bahwa selama latihan, tidak ada tanda-tanda permusuhan yang terlihat.
Tantangan Terbuka dan Sikap ‘Borz’ Menjelang Pertarungan
Dalam wawancara terbaru yang diunggah di YouTube, Chimaev menanggapi komentar Strickland dengan tenang, “Saya nggak tahu. Saat saya di sana, dia nggak pernah ngomong apa-apa. Tapi setelah saya pergi dari Vegas dan visa saya dihentikan, dia mulai bicara.”
Lebih jauh, Chimaev memberikan tantangan terbuka kepada Strickland, “Kalau itu urusan pribadi, ayo ketemu saja. Saya di LA, kapan pun dia mau.” Sikap berani ini menunjukkan bahwa meski perseteruan verbal sedang berlangsung, Chimaev tetap fokus pada pertarungan utamanya melawan juara middleweight, Dricus Du Plessis.
Dia juga menegaskan filosofi bertarungnya, “Saya nggak suka baik-baik sama lawan saya sebelum bertarung. Setelah bertarung, salaman dan saling menghormati itu wajib. Dalam perang, kamu nggak perlu hormat, kamu cuma harus habisi musuhmu.” Mengenai masa depan setelah UFC 319, ‘Borz’ berkata santai, “Saya nggak peduli. Kalau ada uang, saya tarung. Kita lihat siapa yang beri jalan tercepat.”
Pendapat Sean Strickland dan Potensi Pertarungan Mendatang
Sementara itu, Sean Strickland tetap tajam dalam analisisnya soal pertarungan mendatang. Dalam wawancara dengan Red Corner MMA, dia menilai, “Dricus punya stand-up yang lebih baik dari Chimaev, tapi Chimaev grappling-nya gila. Saya pernah latihan dengan pegulat Dagestan, jadi saya tahu bagaimana caranya bangkit dari tekanan mereka. Saya nggak yakin Chimaev pernah menghadapi level gulat seperti itu.”
Strickland menambahkan contoh saat Dricus Du Plessis berhasil mengendalikan Brad Tavares di atas matras, dan memprediksi jika Chimaev berhasil bangkit dari posisi bawah, arah pertarungan akan berubah.
Selain itu, Strickland juga memberi pandangan tentang gaya bertarung Chimaev yang dia sebut “bully” dalam oktagon. “Tidak ada salahnya jadi bully dalam pertarungan, tapi kalau kamu jadi bully dan lawanmu melawan balik, kamu harus tetap punya energi itu.”
Kalimat ini memperlihatkan risiko yang mungkin dihadapi Chimaev jika berhadapan dengan lawan yang tak mudah dipermainkan. Namun untuk sekarang, perhatian ‘Borz’ tetap pada pertarungan melawan Dricus Du Plessis, yang sudah dua kali mengalahkan Strickland.
Ketika UFC 319 semakin dekat, ketegangan antara Khamzat Chimaev dan Sean Strickland justru semakin memanas. Jika Chimaev mampu mempertahankan rekor tak terkalahkannya dan mengamankan sabuk juara, tantangan terbuka kepada Strickland untuk bertemu di Los Angeles bukan sekadar wacana kosong. Bisa jadi, itu menjadi awal dari duel rivalitas yang sangat dinantikan dunia MMA.